Arrayan menikahi Bella, seorang gadis cacat, karena dendam. Kecelakaan tragis yang menewaskan kedua orang tuanya membuat Arrayan yakin Bella adalah penyebabnya.
Namun, Bella hanyalah korban tak bersalah, sedangkan pelakunya adalah Stella, adik angkatnya yang penuh ambisi. Ketika Stella melihat wajah tampan Arrayan, dia menyesal menolaknya dulu dan bertekad merebutnya kembali. Di tengah rahasia yang semakin terungkap, cinta dan kebencian menjadi taruhan.
Akankah Arrayan menemukan kebenaran sebelum semuanya terlambat? Apa pilihan Arrayan saat cinta dan balas dendam saling beradu?
Happy reading 😘🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 ( Penyesalan Stella )
jangan lupa like subscribe dan vote nya yah. Biar aku semangat lagi up nya 🙏😘
Satu tahun sudah pernikahan Arrayan dan Bella. Benar saja, Arrayan membuktikan ucapannya tiada hari tanpa menyiksa Bella. Apa yang Bella lakukan selalu salah di mata Arrayan, bahkan tidak segan-segan Arrayan mengurung Bella di kamar mandi sampai ia pingsan hanya karena hal sepele.
Bahkan saat ini Bella berdiri di taman di bawah matahari yang sangat terik hanya karena Bella tidak sengaja memecahkan vas bunga Rose milik mendiang sang mama karena ia terkejut mendengar Arrayan memanggilnya dengan berteriak.
Semua asisten rumah tangganya melihat apa yang dilakukan Tuannya pada Bella, mereka tidak berani menolong Bella karena takut dengan Arrayan yang mengancam akan memecat mereka. Letak taman terlihat dari arah dapur Ana dan Ani selaku maid di kediaman Mahendra merasa kasihan melihat Bella dengan wajah yang sudah sangat pucat.
“Ana, aku gak tega lihat Nona yang sudah berkeringat dan wajahnya yang pucat. Lihat saja bibirnya kering pasti dia kehausan,” ujar Ani.
“Ya, aku juga khawatir, Ani tapi kita juga gak mungkin menolong Nona Bella, kau mau dipecat sama Tuan Arrayan?” ujar Ana.
Bella merintih merasakan panas yang amat sangat serta keringat yang membasahi seluruh tubuhnya. Sedangkan Arrayan dengan santainya menikmati segelas ice kopi dan duduk di kursi sandar seraya menatap Bella yang terlihat tidak berdaya, tetapi ia malah mengabaikannya.
Dreett
Dreett
Panggilan telepon dari Toni sedikit menganggu kesenangannya,”Ada apa?” ketus Arrayan.
“Tuan, kau di mana? Apa kau lupa siang ini ada janji temu dengan Tuan Yahiko dan adiknya?” peringat Toni.
“Ya, ampun aku lupa, aku langsung ke sana sekarang,” jawab Arrayan mengambil kunci mobil dan bergegas pergi begitu saja.
“Ck, gara-gara wanita itu pekerjaanku jadi berantakan,” gerutu Arrayan langsung menancapkan gas mobilnya menuju restoran.
Waktu bergulir sangat cepat jam dinding menunjukkan pukul lima sore, tetapi Bella belum beranjak dari tempatnya walaupun matahari sedikit lagi akan tenggelam dan langit mulai menggelap. Arrayan belum juga kembali karena malam ini dia ada lembur bersama Toni di kantor.
William baru saja pulang karena pekerjaannya sudah selesai,”Huh … hari ini aku lelah sekali cuaca hari ini juga sangat ekstrim,” ujar Wiliam seraya menuangkan air kedalam gelas dan langsung meminumnya dengan berbalik ke arah taman
Byurr
Uhuk, uhuk
“Yah, Tuan bajuku basah semua,” rengek Ana yang tiba-tiba lewat di hadapan Wiliam dan menjadi korban semburan air olehnya.
“Maaf, aku tidak sengaja. Mbak Ana, kenapa Bella berdiri di situ? Sepertinya dia ketakutan?” tanya Wiliam.
“Nona Bella sedang dihukum Tuan Arrayan, Tuan,” jawab Ana sedikit takut.
“Apa! Dihukum? Memangnya dia buat salah apa dengan Arrayan,” ujar Wiliam sangat terkejut.
“Itu karena Nona tidak sengaja memecahkan vas bunga milik nyonya Nania,” sahut Ana.
Bruuukk
Tubuh Bella akhirnya tumbang setelah tujuh jam berdiri dengan tidak minum dan juga makan. Karena Arrayan tidak memberikan Bella makan siang dan seperginya Arrayan setelah mendapat telepon Bella juga tidak berani pergi dari tempat ia berdiri. Bella takut Arrayan akan menghukumnya lebih kejam dari berdiri di taman dengan matahari yang sangat terik.
Wiliam langsung menghampiri Bella dan segera menggendongnya menuju kamar Arrayan. Tidak lupa ia menyuruh Ana menghubungi dokter pribadi keluarga Mahendra untuk segera datang memeriksa Bella.
Ani datang dengan segelas air hangat dan semangkuk bubur agar perut Bella terisi. Namun, baru saja Ani mengarahkan sendok ke mulut Bella ia menepisnya,”Haus … aku sangat haus,” lirih Bella yang sekujur tubuhnya berkeringat dingin Bella juga memegangi perutnya yang terasa sakit akibat melewatkan makan siangnya.
Wiliam mengambilkan segelas air hangat dan membantu Bella untuk meminumnya, baru setengah gelas air yang ia minum tiba-tiba Bella memuntahkannya kembali ke lantai,”Sakit … perutku sangat sakit, hiks,”
Wiliam bangkit dari tempat tidur ia terkejut melihat Bella meringis kesakitan,”Ada apa dengannya?” tanya Wiliam panik.
“Mungkin karena Nona tidak makan dari siang, Tuan. Jadi, perutnya sakit,” ujar Ana.
“Memangnya sudah berapa lama dia berdiri di taman?” tanya Wiliam lagi.
“Sekitar tujuh jam, Tuan Arrayan membiarkan Nona melewatkan jam makan siangnya,” ujar Ani memberitahu.
“Astaga … Arrayan!”
Wiliam menepuk keningnya tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan keponakannya. Ia tidak memikirkan akibat dari perbuatannya walau Wiliam tau alasan Arrayan melakukan itu untuk balas dendam pada Bella, tidak ada rasa iba sedikitpun dengan keadaan Bella yang c4c4t. Setidaknya dengan melihat keadaan Bella yang c4c4t bisa mengetuk hati dan pikirannya agar bisa membuang niatnya untuk membalas dendam.
*
*
“Aku sudah menyuntikkan obat sebentar lagi dia akan tertidur,” ujar Saka dan membereskan kembali peralatan nya ke dalam tas.
Dokter Saka merupakan dokter pribadi sekaligus masih keluarga Mahendra ia merupakan sepupu Wiliam yang termuda. Tidak lama ia datang dan segera memeriksa Bella yang meringkuk di ranjang masih memegangi perutnya yang semakin sakit.
Saat Saka memberikan resep obat pada Wiliam Bella berkata kalau dia tidak bisa meminum obat dan akan memuntahkannya kembali jika dipaksakan. Bella juga tidak meminum obat untuk penyembuhan di kakinya dan dokter menyarankan agar ia rutin ke rumah sakit untuk disuntikan obat agar nyeri pada kakinya bisa sembuh walaupun hanya sementara. Jadi, Saka memutuskan untuk menyuntikan obat Pereda nyeri untuk perut Bella.
Semenjak menikah dengan Arrayan sudah setahun ini ia tidak pergi ke rumah sakit membuat kakinya terasa nyeri terus menerus dan ia sembunyikan dari Arrayan. Percuma juga jika ia memberitahu suaminya dia tidak akan membawanya ke rumah sakit. Jangankan ke rumah sakit untuk keluar saja ia tidak diperbolehkan.
“Apa dia baik-baik saja?” tanya Wiliam khawatir.
“Dia baik-baik saja. Aku sarankan agar dia selalu menjaga kesehatannya karena ia tidak bisa meminum obat langsung walaupun melalui suntikan lebih bahaya efeknya dibandingkan meminum obat. Lihat kakinya sedikit membengkak, lebih baik kau membawanya ke rumah sakit kalau dibiarkan kakinya akan merasakan nyeri yang tidak bisa kau bayangkan rasa sakitnya,”
Saka akhirnya pamit dan Wiliam hanya menatap sendu gadis yang masih sangat muda terbaring lemah dengan wajah yang pucat pasi,”kalau dia tidak bisa meminum obat bagaimana dengan penyembuhan dikakinya. Aku yakin jika Bella masih menjalani pengobatan untuk kakinya,” ujar Wiliam menatap kaki sebelah kiri Bella yang membiru.
Ana buka suara ia sudah tidak tahan dengan Arrayan yang begitu kejam pada Bella,”Tuan Wiliam, aku merasa kasihan pada Nona. Bukan hanya hari ini saja Tuan Arrayan menyiksanya, bahkan dua hari lalu ia mengunci Nona Bella di kamar mandi dari pagi sampai malam bahkan Tuan membiarkan Nona Bella tidur dalam keadaan lapar. Mungkin itu yang membuat perut Nona terasa sangat sakit,” ujar Ana yang terus tidak berhenti bicara. Ani khawatir jika Tuan Wiliam memarahi Arrayan dan Ana akan dipecat dari pekerjaannya.
“Terimakasih, sudah memberitahuku. Kalian boleh pergi,” ujar Wiliam yang masih menatap Bella.
“Baik, Tuan,” sahut keduanya secara bersamaan dan melangkah pergi meninggalkan kamar Bella.
*
*
Stella sedang berada di balkon kamarnya beberapa hari ini ia merasa kesal dan timbul penyesalan,”Kamu, gak kuliah, sayang?” tanya Daisy berjalan menghampiri Stella yang duduk di ayunan.
“Gak, lagi capek,” jawabnya sedikit ketus.
“Ada apa? Mama perhatikan beberapa hari ini kau terlihat kesal dan mengurung diri di kamar?” ujar Daisy.
Tidak biasanya sepulang dari kampus Stella langsung pulang ke rumah dan menghabiskan waktunya hanya berdiam diri di kamar. Biasanya ia selalu pulang sore atau bahkan malam membuat Johan harus mengomel setiap hari karena Stella pulang larut malam selalu bermain dengan teman-temannya.
“Aku menyesal, Mah,” celetuk Stella.
“Soal apa?” tanya Daisy.
“Arrayan … aku menyesal menolak menikah dengannya. Mama lihat kan dia sekarang sangat tampan dan dia tipe pria idaman Stella,” sesal Stella.
Daisy hanya menghela napas kasar mendengar putrinya mengatakan itu,”Lalu Mama harus bagaimana, Stella. Tidak mungkin juga kan Mama menyuruh Bella untuk menceraikan Arrayan dan membuat Arrayan menikahi mu,” ujar daisy.
“Mama coba dulu bicara dengan Kak Bella, pasti dia akan menurut sama Mama dan Stella yakin kak Bella mau berpisah dengan Arrayan dan memberikan Arrayan padaku,” saran Stella.
“Papa gak akan biarin kalian ngelakuin itu sama Bella,” pekik Johan.
*
*
Bersambung.
😅