Uang 50 Ribu Yang Kau Sebut Upah
" Dek mas pergi dulu,mas harap saat mas jauh nanti kamu sering-sering berkunjung kerumah ibu ya dek."
Ucap Wiji saat ia berpamitan pada istrinya sebelum berangkat merantau ke kota.
"Iya mas,sebenarnya berat sekali jika aku harus hidup jauh dari kamu mas.Apa lagi Arga masih kecil aku sangat butuh bantuan kamu dalam mengurus dia mas."
Wajah Ranti penuh tetesan airmata kala melepas kepergian suaminya.
Ranti dan Wiji adalah pasangan suami istri yang baru saja menikah beberapa tahun lalu.Satu tahun pernikahan mereka baru saja dikaruniai seorang anak laki-laki yang kini usianya baru menginjak 2 bulan.
Kehidupan didesa sangatlah sulit,apa lagi Wiji yang hanya lulusan SLTP sangat susah mencari pekerjaan yang mumpuni didesa.
Wiji terpaksa harus meninggalkan istri dan anaknya dikampung lantaran dia tak bisa mencukupi kebutuhan anak istrinya jika terus bekerja dikampung.
Belum lagi putranya Arga yang harus minum susu formula lantaran asi Ranti sama sekali tak keluar meskipun sudah dilakukan berbagai cara.
" Sudahlah ran,kamu ihlaskan saja suami kamu kerja merantau.Toh nanti setiap bulan kamu akan dapat transferan dari gaji Wiji." Ucap ibu mertuaku,ibunya mas Wiji .
" Iya Bu,Ranti hanya merasa berat saja jika harus berpisah dengan mas Wiji.Arga kan masih kecil Bu,dia butuh bapaknya.Ranti juga.."
"Dek,sudah jangan sedih gitu nanti mas jadi gak tenang.Mobil trevel sudah datang,mas pergi sekarang ya sayang .Kamu yang sehat dirumah,jaga Arga baik-baik nanti kalau mas udah cukup uang mas pasti akan balik.Doakan mas biar dipermudah jalannya."
" Em,mas kamu hati-hati ya.Mas gimana nanti caranya kita berkomunikasi kita sama-sama gada ponsel mas.Nanti kalau aku atau Arga kangen kamu gimana?"
Ranti dan Wiji memang tidak memiliki ponsel.Semua ponsel dijual untuk biaya persalinan dan kebutuhan saat Ranti melahirkan Arga dirumah sakit.
Arga lahir prematur dan dia terpaksa harus dirawat khusus dirumah sakit selama beberapa hari.Meskipun biaya rumah sakit gratis tapi untuk transportasi dan biaya lainnya itu tidaklah sedikit.
"Halah gitu aja ko repot ran,jangan mempersulit suami kamu yang mau cari nafkah ran.Disana kan ada mas Catur dia ada ponsel nanti dia bisa berkabar lewat ibu.Kamu jangan manja ran, suami kamu mau pergi kerja cari uang buat kamu sama anak kamu jangan banyak drama!" sentak ibu mertuaku.
Entah mengapa ibu mertua begitu menggebu meminta mas Wiji untum pergi merantau padahal dikampung sudah ada beberapa orang yang menawarkan pekerjaan pada mas Wiji.
Mas Wiji memang hanya berijazah SMP namun saat muda dulu dia sering bekerja diluar kota sebagai sopir.Pengalamanya membawa kendaraan sudah tidak bisa diragukan lagi.Akhir-akhir ini banyak yang menawarkan pekerjaan pada mas Wiji,namun entah mengapa mas Wiji memilih untuk pergi merantau.Bukan aku tidak mengizinkan atau ingin mencegah hanya saja perasaanku sedikit tidak enak saat mas Wiji memutuskan untuk pergi merantau.
Mungkin karna kami baru saja memiliki seorang bayi,atau benar kata ibu mertuaku aku terlalu manja dan banyak drama.
" Ranti kamu jangan begitu dong kasian Wiji nanti dia gakan tenang kalau kamu nangis begitu.Dulu bapak juga merantau waktu Wiji masih kecil dan ibumu baik-baik saja malah setelah beberapa bulan ibu sama Wiji nyusul bapak kekota.Kamu juga bisa melakukan hal yang sama.Nanti kan kalau Wiji udah kerja bisa cari kontrakan sendiri kamu bisa nyusul.Kamu bisa tuh kerja cuci gosok atau dagang apa ,mumpung anak kamu masih kecil jangan terlalu membebankan semuanya sama Wiji.Contoh ibu nih,ibu mandiri gak pernah nyusahin bapak."
Perkataan bapak mertuaku begitu menohok hingga keuluh hatiku.
" Sudah mas,itu sopir trevelnya udah nyamperin,kamu hati-hati ya mas.Arga tidur aku mau taruh dia dulu kekamar.Nanti kalau udah ketemu mas catur kamu telfon ibu ya mas kabarin aku.Setidaknya biar aku tenang mas,jaga kesehatan ya mas ."
" Cup
Iya sayang ,kamu juga hati-hati dirumah.Jaga diri kamu,jagain Arga maaf ya mas belum bisa bahagiakan kamu sama Arga.Doakan mas sukses biar mas bisa bahagiakan kamu sama Arga."
" Iya mas."
" Assalamualaikum, Wiji pergi dulu ya pak Bu!"
" Iya nak,yang tenang kamu ya . Jangan terlalu menghawatirkan anak istri kamu.Ada ibu tenang aja,ibu pasti bakal bantu ko."
" Iya Bu,terimakasih.Sayang kamu denger sendiri kan apa ibu bilang.Em Bu aku nitip Ranti sama Arga ya Bu."
" Iya ga,kamu hati-hati ya nak.Sudah sana ,kasian penumpang lain nungguin kamu kelamaan.Kamu mau pergi kerja bukannya mau perang militer jangan banyak drama."
" Iya Bu Assalamualaikum."
" Wa'alaikumsalam."
...****************...
POV Ranti.
Kepergian suamiku membuatku sedikit terluka.Bagaimana tidak,aku masih butuh suamiku disaat aku baru saja melahirkan anakku.Bukannya aku manja,aku baru belajar menjadi seorang ibu.Bayi diusia putraku masih rentan begadang malam,apa lagi aku melahirkan melalui proses Oprasi sesar hingga aku masih sering merasakan nyeri yang terkadang sedikit menggangguku saat beraktivitas.
" Apa Wiji sudah berangkat ran?"
Tanya ibuku saat aku pulang kerumah.
Mas Wiji memang berangkat keperantauan dari rumah orangtuanya.
Jarak rumah ku dari rumah orangtua mas Wiji tidak terlalu jauh.Kami masih satu kecamatan hanya butuh waktu kurang lebih 20 menit dari rumahku kerumah orangtua mas Wiji.
Aku pulang diantar ojek yang ibu mertuaku pesan untuk mengantarku pulang.
Hari sudah cukup sore,aku memang tidak pernah betah jika harus tidur dirumah mertuaku.Aku merasa nyaman saat tidur dirumahku sendiri,apa lagi sekarang aku dan arga sendiri jika tidur dirumah akan ada ibuku yang memanantuku mengurus Arga saat malam.
Aku pernah mendengar ibu mertuaku mengatakan kepada tetanggaku saat aku baru saja melahirkan dan tetanggaku bertanya kenapa ibu mertuaku tidak menginap dirumahku untuk menemani cucu pertamanya.
" Saya itu kalau pagi harus kepasar untuk jualan lagi pula saya cape kalau malamnya harus begadang ngrusin cucu.Belum lagi bapaknya Wiji yang gak suka kalau saya tidur terpisah dari dia.Saya juga gak suka berisik kalau malem bayi kan berisik suka nangis kalau ngompol atau haus." Ucap mertuaku kala itu.
Stelah mendengar kata-kata itu aku selalu mengingat untuk tidak merepotkan ibu mertuaku mengurus Arga apa lagi saat malam hari.
Berbeda dengan ibuku yang selalu sukarela mengurusku dan anakku,membantuku merawat anakku karna aku memang masih nol jika harus sepenuhnya mengurus anakku seorang diri tanpa bimbingan dan bantuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Mama Khalisah
deh, macam ngk pernh pnya anak aj bgtu
2024-05-24
0
Mama Khalisah
pasti ini ada sesuatu
2024-05-24
0
Mama Khalisah
palingan nanti kalo anak ny sdh gajian dia duluan yg embat gaji anak nya sisa nya bru di ksi mntu nya dikit 🤨
2024-05-24
1