Apa yang diharapkan Oryza pada pernikahan yang berawal dari kesalahan? Kecelakaan malam itu membuatnya terikat dengan Orion sang pebisnis terkenal sekaligus calon tunangan adiknya, bukankah sudah cocok disebut menjadi antagonis?
Ia dibenci keluarganya bahkan suaminya, sesuai kesepakatan dari awal, mereka akan berpisah setelah anak mereka berusia tiga tahun dengan hak asuh anak yang akan jatuh pada Oryza. Tapi 99 hari sebelum cerai, berbagai upaya dilakukan Oryza mendekatkan putranya dengan sang suami juga adiknya yang akan menjadi istri selanjutnya. Surat cerai tertanda tangani lebih cepat dari kesepakatan, karena Oryza tau ia mungkin sudah tiada sebelum hari itu tiba
Jangan lupa like, vote dan komen ya🙏🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mukarromah Isn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bunda?
Alice menangis didepan orang tuanya. Jangan salahkan ia menjadi lemah, karena didikan orang tua angkat nya selalu memanjakan dan menuruti apapun kemauannya. Tujuan mereka hanya satu, agar Alice tak mengingat tragedi kecelakaan kelam yang mengambil kedua orang tuanya. Namun, apa yang mereka lakukan justru salah, tanpa sadar tertanam di otaknya kalau apa yang ia mau akan menjadi miliknya
"Aku tak ingin berpisah dengan Orion bunda, dia sudah berjanji selama sepuluh tahun tapi hanya dalam satu hari saja semuanya selesai" ia memeluk tubuh wanita paruh baya berusia lebih setengah abad yang masih nampak cantik walau beberapa uban mulai nampak di rambutnya yang semakin termakan usia
"Apa yang dia katakan padamu?"
"Dia hanya mengatakan untuk mengakhiri semuanya" wanita paruh baya itu jelas sekali menampakkan kebingungan di wajahnya, di satu sisi Oryza juga adalah putrinya, tapi disisi lain Alice juga tak kalah membutuhkannya. Tapi bukankah sedari awal sebelum pernikahan Alice memang selalu bersama dengan Orion dan Oryza adalah orang ketiga yang terlibat dalam hubungan mereka? Jadi, ini jelas salah Oryza kan?
"Bunda akan coba bicara dengan Oryza, mungkin dia bisa mengerti" pada akhirnya ia harus membiarkan putrinya lagi yang menjadi korban keegoisan
.
"Kamu nampak pucat sekali. Apa kamu sakit?" Oryza yang sedang membantu memasangkan dasi suaminya mendongak karena ukuran Orion yang lebih tinggi kemudian tersenyum menggeleng
"Kamu benar-benar terlihat semakin kurus. Jangan terlalu banyak pikiran dan jangan terlalu lelah, kesehatanmu juga penting"
"Aku mengerti"
"Jangan hanya mengatakan mengerti tapi kamu bahkan tak melakukannya. Jangan terlalu lelah, ada Bik Ina yang memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah. Kamu tidak perlu melakukannya lagi"
"Baiklah" Orion menghela nafas menatap istrinya dengan tatapan sendu
"Kenapa?"
"Entah kenapa aku merasa kamu semakin jauh dan seakan tiba-tiba pergi, kamu tidak sedang merencanakan pelarian diri untuk kabur dari ku kan?"
"Astaga, mana mungkin aku melakukan itu. Kamu terlalu banyak membaca cerita dan menonton drama"
"Lebih baik bicarakan sekarang jika kamu ada niat begitu, aku tak akan mengizinkan dan akan terus mencarimu sampai ke ujung dunia sekalipun jika itu terjadi"
"Sudah kukatakan kamu hanya terlalu banyak menonton drama seperti itu. Jika pun aku pergi maka kamu tak akan bisa bersamaku sekalipun kamu menemukanku"
"Tidak ada yang tidak mungkin untukku, aku akan mencari dan menemukanmu sampai ke lubang semut sekalipun" Oryza hanya tertawa singkat menanggapi
"Satu minggu lagi ulang tahunmu, apa yang kamu inginkan?"
"Kamu mengingatnya?" Oryza sendiri justru lupa karena terakhir kali merayakan itu sekitar bertahun-tahun lalu. Setiap tahun Gabril kadang mengucapkan selamat yang justru di saat hari sudah mulai berakhir, maka hanya pada saat itu Oryza akan mengingatnya
"Tentu saja, mulai sekarang aku akan mengingat semuanya"
"Aku ingin membeli sesuatu"
"Apa? Tas mahal itu lagi?" Oryza menggeleng, mana pernah ia peduli pada barang-barang itu. Itu hanya sebuah alasan untuk membantu membayar obat sedangkan uangnya sendiri akan diberikan untuk Saga
"Aku ingin membeli pakaian yang dipakaikan saat kita sudah tak lagi ada"
"Maksudnya pakaian yang desainnya tak akan pudar meskin kita semakin tua?" Oryza menggeleng
"Aku ingin selembar kain putih yang akan di kubur bersama tanah saat kita sudah tiada"
"ORYZA!" Orion sedikit meninggikan ucapannya, ia tak suka, sungguh. Mendengar itu semakin membuat perasaan cemas menghampirinya
"Tak ada yang salah dengan itu Orion, lagipula itu hanya sebagai pengingat kala kita merasa melampui batas kita sebagai hamba yang lemah"
"Maaf kalau aku terkesan membentakmu, tapi aku tak suka kamu mengatakan kalimat itu"
"Maafkan aku, aku tak akan mengulanginya lagi" Oryza tersenyum dan meraih tangan suaminya untuk ia kecup sebelum berangkat kerja. Tentu ini kebiasaan baru, karena interaksi mereka sebelum ini tak ada kecuali dihadapan publik sebagai formalitas
"Jangan mengatakan apapun lagi tentang itu, waktu yang kita miliki masih panjang untuk menuju hari tua bersama" Orion meraih kepala istrinya untuk dikecup lumayan lama, kebiasaan yang sayang sekali baru ia lakukan sekarang
"Aku tak akan mengulangi lagi" Orion terkekeh karena istrinya mengucapkan kalimat yang sama dari tadi
"Aku lebih suka merasakan rambutmu yang dulu, apa kamu mengganti shampo?" Oryza menggeleng, bukan samponya yang ia ganti, tapi dengan rambutnya sekalian. Ingin sekali ia tertawa saat mengatakan itu
"Mungkin karena di potong lebih pendek jadi terasa berbeda" ucapnya mencari alasan yang terkesan tak logis
"Hmmm, aku akan pulang lebih awal sekarang. Kita akan pergi bersama Saga ke tempat bermain. Dia pasti senang karena akan bersama orang tuanya"
"Aku akan menunggumu" Oryza termangu didepan pintu menatap mobil suaminya yang sudah menjauh. Ingin sekali ia memberitau Orion sekarang, tapi memikirkan bagaimana reaksi suaminya membuatnya tak bisa. Tapi tak mungkinkan jika Orion tiba-tiba mendapat dirinya sudah tak bernyawa?
"Mama" suara Saga mengalihkan pandangannya ke atas
"Hati-hati turunnya sayang" ia selalu was was saat anak kecil itu menapak satu persatu anak tangga
"Telpon mama bunyi" Oryza mengernyitkan alis, tumben sekali. Biasanya yang menelpon tak akan jauh-jauh dari Ibu Rega sekaligus dokternya tapi biasanya beliau juga hanya mengirim pesan. Oryza jadi berpikir itu Bik Ira, tapi asisten rumah tangganya ada disini. Oryza tak punya banyak teman sedari dulu, pekerjaannya di masa putih abu tak jauh dari ikut tawuran dengan teman gengnya karena itu teman perempuannya hanya bisa dihitung jari, itupun tak terlalu dekat. Teman-temannya yang dari Amerika juga sama, mereka hanya berkomunikasi lewat email atau media sosial sesekali, tak ada yang sampai menelpon. Daripada berpikir macam-macam ia lebih baik melihat sendiri, siapa gerangan yang mendadak menelponnya
"Bunda?" Mata Oryza sedikit melotot karena terkejut, mungkin ini pertama kali ah tidak, ini adalah kedua kalinya wanita yang melahirkannya itu menelpon setelah dulu juga menelpon hanya untuk bertanya mengenai Alice
"Oryza, bisakah kamu datang kerumah sekarang? Ada hal yang ingin bunda bicarakan denganmu"
Oryza terdiam sebentar, entah kenapa ia merasa wanita itu menelpon untuk datang bukan karena merindukannya, Oryza memang terlalu berharap. Ia merasa wanita itu menelpon mungkin hanya tentang sebuah perasaan putrinya yang lain
Oryza 😭😭😭😭😭🤧
begitulah versi cerita ni... semua feeling jg ada d situ d uli sebati ole author. huhhh sedih bnget ya
karena Allah lebih tahu bahwasanya kita tidak boleh terlalu terlena & memuja yg ada di dunia ini tanpa mengingat penciptanya... Allah mengambilnya supaya kita selalu mengingat & berdoa kepada sang pencipta