Camaraderie berarti rasa saling percaya dan persahabatan diantara orang-orang yang menghabiskan banyak waktu bersama.
Seperti halnya dengan dua anak manusia yang bertemu dan berteman sejak mereka kecil, namun karena tuntutan pekerjaan orang tua, mereka harus terpisah.
Mereka percaya bahwa dikemudian hari mereka akan bertemu dan bersama kembali, entah sebagai teman bermain seperti dulu atau sebagai teman hidup di masa depan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon firefly99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dijemput Air
Entah sudah berapa lama Ale berada di Kodam, namun yang pasti saat ia tiba di rumah dinas papanya, ia merasa tidak enak saat melihat Pajero Dakar terparkir di depan.
"Mobilnya Air yah?" tanya Ara.
"Iya, ma."
"Ada janjian kak? Kok gak bilang ke papa? Tahu gitu tadi gak usah ikut ke Kodam. Kasihan anak orang." ujar Altair.
"Lupa, pa. " cicit Ale.
"Mas, udah. Masuk gih. Sekarang kakak telepon kak Air, tanya dimana dia sekarang?" suruh Ara.
Ale mengangguk. Namun baru saja hendak mengambil ponselnya, ia dihentikan dengan teriakan adik bungsunya.
"Mama papa!" teriak Aric.
Ara dan Ale kompak menoleh, ia mendapati Aldric, Aric dan Air berjalan semakin mendekat.
"Habis darimana nak?" tanya Ara.
"Tadi pagi waktu mama pergi, main bola sama anak-anak. Terus waktu kak Air datang, lanjut mancing, terus bakar-bakar ikan di rumah om Andi. Di sana sambil main juga sampai lupa waktu " Aric bercerita dengan sangat detail.
Ale melihat jam pada pergelangan tangannya. Sudah pukul 3 sore. Mereka pergi cukup lama, tadi sekalian singgah belanja bulanan.
"Owalaah. Maaf yah, perginya lama. Kak Air juga pasti menunggu sejak tadi yah?"
Air tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Nggak masalah, Tante. Saya datang untuk meminta izin membawa Alesha dan juga twins "
"Ngomong nya ke om yah, nak. Tunggu sebentar, Tante panggilkan. Ayo, masuk dulu." ajak Ara. Ia menarik lengan anak perempuannya yang diam seolah-olah tidak merasa bersalah.
Air duduk di kursi ruang tamu sembari menunggu Altair. Sementara Ara menarik anaknya ke dapur untuk berbicara.
"Sengaja yah ikut mama pergi?" tanya Ara dengan penuh selidik.
"Maaf ,ma." ucap Ale, tanpa menjawab pertanyaan mamanya.
"Gak boleh gitu, sayang. Kalau kakak beneran gak mau pergi, gak mau dijemput, bilang secara terang-terangan. Kasian anak orang, sudah menunggu itu."
"Iya, mama."
"Iya apa?"
"Kakak paham."
"Bagus. Sekarang gimana?"
"Mama pake nanya segala. Minta anaknya segera siap-siap." ucap Altair dengan sangat tegas.
"Sana, siap-siap." suruh Ara.
Ale lalu masuk ke dalam kamarnya dan bersiap-siap.
"Jadi twins gak ikut?" tanya Altair.
"Tidak, papa. Kami ada janji dengan bujang di depan, akan mengadakan acara barbeque malam ini, karena om om habis gajian." jawab Aric.
"owalaah, papa lupa. Air, gak apa-apa yah mereka gak ikut?"
"Sebenarnya apa-apa, om. Tapi kalau twins ada rencana lain, mungkin lain kali baru bisa bergabung." jawab Air.
Ale dan Air meninggalkan rumah saat jarum jam menunjukkan angka 5 sore. Selama itu Ale bersiap-siap, mungkin sengaja juga.
"Mau kemana?" tanya Ale.
"Dinner."
Ale mendengus.
"Tenang, ada teman-teman saya yang lain. "
"Saya?"
"Iya. Sepertinya kamu sedang menjaga jarak dan menganggap saya sebagai orang asing. Saya cukup tahu diri untuk itu."
"Kak-"
"Diam, Sha dan nikmati perjalanan ini." ujar Air.
Mereka tidak langsung ke restoran, melainkan ke apartemen dulu untuk mengambil kue yang Ale bawa tempo hari.
"Aku kira kuenya sudah habis. Ternyata belum disentuh. Gak suka yah?" Ale mendumel saat melihat kuenya masih utuh.
Air diam saja, ia sibuk menyalakan lilin dan menancapkan ke atas kue tersebut.
"Niat banget " ujar Ale lagi saat Air menyalakan lilin di depannya.
"Nyanyi gih!" suruh Air.
Ale lalu bernyanyi dan bertepuk tangan, mengiringi Air yang meniup lilin.
"Happy birthday, kak. Semoga panjang usia dan selalu bahagia." harap Ale.
"Thanks." Air lalu memotong kue di depannya dan memberikannya kepada Ale.
"Aku banget?"
"Iya, mau siapa lagi? Hanya kamu yang ada di depan saya sekarang." jawab Air.
"Kemarin kuenya dikasih ke siapa?" tanya Ale, sembari menyuapi Air.
"Gak ada kue. Cuman ngundang mereka untuk makan-makan."
"Mereka?"
"Bara, Ardya, Agam dan Rara "
"Owalaah. Kirain kemarin hanya berdua dengan pacarnya."
"Pacar? Dasar bocil. Nanya dulu makanya, baru langsung lari. Mana ngaku-ngaku jadi kurir pula." Air menyentil kening Ale.
Ale meringis.
"Saya bersih-bersih dulu, udah berkeringat banget ini, seharian main di luar."
"Sorry, kak. Kak Air tadi pasti nunggu nya lama yah?"
"Cuma 5 jam, santai lah." jawab Air sebelum berlalu masuk ke dalam kamarnya.
Ale dibuat semakin merasa bersalah sekarang. Sebenarnya ia ingat betul dengan ucapan Air tempo hari, tapi entah kenapa ia merasa tidak ingin melihat Air dan bertemu laki-laki itu.
Jam setengah 7 malam, Air mengendarai mobilnya ke restoran bintang-bintang yang telah direservasi oleh Adriel.
Ale tidak bisa berhenti mengucapkan kekagumannya terhadap interior restoran yang terlihat sangat megah.
"Duduk saja, Sha. Sambil tunggu yang lain." Air menarik kursi untuk Ale. Mereka kini berada dalam sebuah ruangan yang memperlihatkan city light di luar sana.
Air ikut duduk di sebelah Ale.
"Mau foto?" tawar Ale.
"Boleh."
Ale lalu mengeluarkan ponselnya dan mengarahkan kameranya ke arah mereka berdua .
"Sorry, lama. Pesawatnya nih orang tadi delay." ujar Aruna yang datang bersama Sky dan juga Arslan.
Ale lalu berdiri dan bercipika cipiki dengan Aruna. Ia lalu berhi-5 dengan Sky dan bersalaman dengan Arslan.
"Arslan" suaranya sangat dingin.
"Alesha." ucap Alesha lalu melepaskan jabatan tangannya.
"Ini kak Arslan, soon to be suaminya mbak Aruna." beritahu Air.
"Owalaah. Salam kenal, kak." ucap Ale yang hanya ditanggapi dengan anggukan oleh lelaki itu.
"Tadi katanya kamu habis dari rumahnya Araya?" tanya Aruna.
"Iya, mbak."
"Iya, dia kesana. Terus dijadikan bahan percobaan nya Araya. Tapi hasilnya not bad." Sky ikut nimbrung dan memperlihatkan foto Araya dan juga Ale yang tadi di makeup.
"Wah, keren juga skill nya Araya. " ujar Aruna.
"Ada foto sendiri gak kak?" tanya Air.
"Gak ada, dek. Minta ke Ale lah." jawab Sky.
"Ada, tapi untuk apa?" tanya Ale saat menyadari tatapan Air tertuju padanya.
"Untuk apa, apa? Tadi saya hanya bertanya." jawab Air.
"Kalian musuhan apa gimana?" heran Sky.
"Musuhan, Sky. Tatar mereka gih" Aruna memanasi keadaan.
"Nggak, kak" kompak Ale dan Air.
"Jodoh tuh " Arslan ikut menyiram bensin.
"Jodoh terus." beo Ale.
"Sky, kamu tahu gak, Ale bahkan ngaku-ngaku jadi kurir kapan hari. Gemes sih." Aruna menaik turunkan alisnya menggoda Ale.
"Serius? Wah, gak kebayang gimana komuknya Ale ." Sky sudah tertawa sendiri membayangkan kondisi muka Ale.
"Udah ih, malu" Ale menutup wajahnya menggunakan telapak tangannya.
Dan pecahlah tawa Aruna dan Sky. Luntur sudah pesona Sky sebagai taruna tingkat akhir.
Tidak lama kemudian, Aland dan Adriel ikut bergabung.
"Maaf, tadi jalannya cukup padat." ucap Adriel.
mksih ya kak jd ikut happy sama geng nya Alesha... 😍😍
kapan terbongkarnya ini kayaknya semakin seru 😁
Kapan nihh ale sama air nikah hehe 😂