SWEET LOVE

“Tidak mungkin!” kaget Berlyan menutup mulutnya dengan tangan ketika melihat Arga berdiri dibagian Receptionist hotel.

“Tidak kusangka pria ini benar-benar gila!” gumamnya tanpa sadar?

“Hah? Ada apa? Apa kamu memanggilku?” Arga menoleh dan bertanya.

“Ti-tidak, aku tidak bilang apa-apa,” jawab Berlyan sembari melengkungkan bibirnya yang bergetar.

Setelah pegawai itu memberikan kartu kamar mereka. Arga langsung berbalik menghampiri Berlyan yang saat ini kakinya hampir tidakbisa bertahan berdiri. Karena sudah lemas sejak tadi, membayangkan apa yang akan terjadi padanya nanti.

“Ayo kita pergi!” ajak Arga meraih tangan Berlyan lalu menggandengnya.

“Heh, baiklah,” sahutnya lemas dan dengan melangkahkan kakinya yang terasa berat.

Arga tersenyum ketika melirik wajah Berlyan yang memerah.

“Ada apa ini? Apa yang akan terjadi jika aku masuk ke kamar bersamanya,” jantungnya berdebar dan pipinya merona tapi Berlyan tersadar kembali, “Kabur saja! Uang itu tidak sepadan dengan kesengsaraanku ini!”

Dia pun segera berbalik badan dan tidak sengaja menabrak seorang wanita yang berambut ikal dan memakai rok span hitam.

“Oh astaga, maafkan aku!” kata Berlyan.

“Woi kamu mau pergi kemana?” berang wanita tadi secara tiba-tiba dia menjambak rambut Berlyan.

Berlyan terkejut dan spontan memegangi rambut palsunya yang hampir saja terlepas.

“Hei, apa yang kamu lakukan?” protes Berlyan.

“Kenapa? apa kamu tidak tahu siapa aku?” Wanita itu nampak berapi-api ditatapannya.

“Sebentar, tolong lepaskan dulu rambutku. Memangnya siapa kamu?” teriak Berlyan tidak terima.

“Aku pacarnya Robi!” ucap wanita itu.

“Roby? Siapa dia aku tidak kenal!” Berlyan menghempaskan tangan wanita itu dengan kasar.

“Apa yang kamu lakukan pada pacarku? Lepaskan dia? Mari bicarakan ini baik-baik!” Arga datang merangkul Berlyan dengan erat.

“Sepertinya wanita ini sudah gila!” keluh Berlyan seraya memeluk badan Arga.

“Jangan pura-pura, aku tahu kamu ada di kamar ini dengan Roby dua jam yang lalu, tapi malah memesan kamar lagi dengan pria yang berbeda? Wah sungguh luar biasa! Dasar wanita sampah!” maki wanita itu dengan melotot.

“Apa yang kamu bicarakan? Aku bahkan tidak mengenal siapa Roby, kamu sudah gila!” elak Berlyan.

“Kamu pura-pura tidak tahu ya!” Wanita itu pun mengeluarkan ponselnya dari dalam tas lalu memperlihatkannya kepada Arga dan Berlyan.

Berlyan terkejut melihat foto tersebut yang memang dari arah belakang wanita yang bersama pria bernama Roby itu mirip dengannya.

“Ini ... kenapa ini sangat m—”

“Memang mirip tetapi....” Berlyan menatap Arga yang juga sedang menatapnya.

“Ya, dia dan aku memang mirip, tetapi, hahaha ... maaf saja, tapi rambut panjang seperti ini adalah hal yang umum dan bukan hanya aku yang memilikinya. Dasar wanita gila!”

“Jadi kamu akan terus berbohong dan tidak mau mengaku ya, huft dasar!” Wanita itu kehilangan kesabarannya dan hendak memukul Berlyan. Akan tetapi langsung ditahan oleh Arga yang berdiri menjadi tameng didepan Berlyan.

“Jangan seperti ini, tapi seharusnya kamu yang kendalikan pacarmu. Perselingkuhan terjadi bukan hanya salah wanita ini saja, tetapi pacarmu juga! Ayo pergi!” Arga pun langsung menggandeng tangan Berlyan pergi keluar dari hotel tersebut.

“Dasar bajingan mereka berdua!” dengus wanita itu kesal.

“Pak Rey kamu dimana? Aku baru saja keluar dari lobi hotel,” ucap Arga kepada Rey yang beada dipanggilannya.

“Baik.”

Berlyan terus menatapi punggung lebar Arga dari belakang saat dia berjalan. “Apa-apaan ini? Sekarang aku malah menjadi wanita gila yang berselingkuh, ini sangat memalukan?”

“Hah, perselingkuhan? Beraninya kamu menuduhku berselingkuh?” gerutu Berlyan seraya berjalan angkuh melewati Arga yang tengah menunggu Rey dan mobilnya.

“Maksudmu itu salah paham?” Arga menegakkan pandangannya.

“Tentu saja itu salah! Apa kamu sudah gila! Aku adalah pewaris Queen Of Beauty, tidak mungkin aku melakukan hal rendah seperti itu,” tangkas Berlyan.

“Tapi aku memang suka berkencan dengan beberapa pria!” lanjutnya seraya menghitung jemarinya.

“Apa?” Arga mengerutkan keningnya menatap Berlyan yang sekarang berdiri disampingnya.

“Ya, aku sangat suka pria!” Berlyan menoleh menatap Arga yang juga sedang menatapnya sambil tersenyum.

“Aku tahu kamu suka kejujuran, tetapi bukankah ini terlalu berlebihan menurutmu? Aku wanita yang sangat gila ya, pasti bukan tipe wanita kesukaanmu!”

“WOI!” Wanita gila tadi kembali mengejarnya. Berlyan tersentak kaget dan langsung lari. “BERHENTI KAMU DISITU!”

“Kalau begitu aku akan pergi, sebelum ada hal buruk yang terjadi padaku! Bye!” pamitnya seraya melambaikan tangan pada Arga.

“Hei, Nona Hana tunggu,” teriak Arga saat Berlyan hampir tertabrak mobil yang dikendarai Rey.

“Maafkan aku!” ucap Berlyan yang kembali berlari sekencang mungkin untuk menghindari wanita gila tadi.

Rey sangat terkejut dia pun segera keluar dari mobil menatap kepergian Berlyan yang berlari memakai sepatu bootnya.

“BERHENTI KAMU JALANG! KURANG AJAR!”

“Presdir, apa anda baik-baik saja?” Rey menghampiri Arga yang juga sedang menatap kepergian Berlyan.

“Jangan bertanya, ayo kita pergi saja sekarang,” jawab Arga.

“Tapi, Pak. Bukankah anda akan mengantarkan Nona Hana pulang?” tanya Rey bingung.

“Bagaimana cara aku mengantarnya kalau wanita yang berlari itu adalah dia.” Tunjuk Arga kearah Berlyan.

“Apa?” Rey mengikuti arah pandang Arga. Berlyan terlihat masuk kedalam sebuah mobil taksi.

Arga pun segera melangkah menghampiri mobilnya dan duduk tenang dikursi belakang. Diperjalanan Arga nampak sedang melakukan sesuatu di tablet pintar miliknya. Sampai tidak memperhatikan yang lainnya.

“Jadi, Nona Hana adalah wanita yang tertangkap berselingkuh dan kabur itu?” tanya Rey geleng-geleng kepala sambil menyetir.

“Ya, katanya dia juga sangat menyukai berkencan dengan banyak pria,” jawab Arga santai.

“Wah, dia wanita yang aneh,” ucap Rey menghela nafas.

“Apa lagi jika kamu mendengar ceritanya, Luna dan Rachel,” tutur Arga sembari tersenyum mengingat hal lucu itu.

“Eh? Apa maksudmu?” Rey nampak bingung.

“Sudahlah, tidak usah kamu tahu.” Arga meletakkan tablet pintar itu disebelahnya.

“Aku rasa kali ini kamu benar-benar hanya membuang waktu saja,” terang Rey.

“Hmm, mungkin, bisa jadi juga itu menyenangkan,” sahut Arga.

Rey melirik Arga yang sedang merogoh saku jasnya saat ponselnya berdering. Tentu saja itu panggilan masuk dari Kakek Yaris, yang harus segera diangkatnya.

“Ya, kami sudah bertemu, dan sekarang aku dalam perjalanan pulang menuju rumah,” jawab Arga pada panggilannya.

“Sudah selesai?” tanya Kakek Yaris, “sepertinya tidak berjalan lancar ya?”

“Baiklah, biarkan Kakek bicara dengan Rey, untuk melanjutkan penjadwalan kencan buta selanjutnya,” tutur Kakek Yaris. Membuat Rey menghela nafasnya.

“Itu tidak perlu,” jawabnya singkat.

“Apa? Kenapa?” Kakek Yaris sedikit kesal dengan jawabannya.

“Apa kamu mau melanggar janji dan berhenti ikut kencan buta?” gerundel Kakek Yaris.

“Tidak, tapi aku akan menikahi Nona Hana yang aku temui malam ini.”

Seketika itu Rey sangat terkejut dan tanpa sadar sampai menginjak rem secara tiba-tiba.

“Apa kamu bilang?” Kakek Yaris juga tersentak kaget.

Rey menoleh tidak percaya kearah belakang, saat mendengar ucapan Arga yang tiba-tiba. Setelah dia melihat bagaiman sosok Hana Gracia Queen yang dia temui tadi. Tapi Arga malah menyetujui untuk menikahi wanita seperti itu. Tentu saja Rey dibikin terkaget-kaget, dengan jalan pikiran atasan sekaligus sahabatnya itu.

“Presdir, bukan, maksudku Arga kamu jangan gila! Bukankah kamu sendiri yang bilang wanita itu suka bekencan dengan banyak pria!” tukas Rey dengan wajah pias.

“Hmm, mau bagaimana lagi aku menyukainya. Menurutku aku dan dia akan sangat cocok,” gumam Arga seraya tersenyum licik menatap kearah luar jendela. Entah rencana apa yang akan dia lakukankali ini.

.

.

BERSAMBUNG.