Saling mengenal satu sama lain sejak dibangku sekolah namun Leon sangat membenci Elvira karena alasan yang sampai saat ini tidak dimengerti oleh Elvira.
Dan kebencian Leon terhadap Elvira semakin bertambah ketika keduanya dijodohkan oleh kedua orang tua mereka.
Leon menganggap Elvira sebagai wanita licik. Elvira merusak hidupnya. Sedangkan Elvira menganggap Leon sebagai cinta pertamanya yang kini menjadi pangerannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anindita Ningtias, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
"Naiklah" ucap Leon menurunkan kaca mobilnya menyuruh Elvira masuk kedalam mobil.
"Tidak, masuk dulu kita pulangnya nanti saja" tolak Elvira.
"Kenapa kau bisa disini? Naik apa kesini?" tanya Leon bingung melihat Elvira memintanya datang menjemput ketempat yang jauh dari rumah mereka.
"Mobil Heize, parkirkan dulu mobilmu" ucap Elvira dituruti oleh Leon.
Setelah memarkirkan mobilnya Leon turun dari mobil berjalan menuju Elvira yang sedang berdiri menunggunya.
"Kau kenapa bisa disini? Kalau kau bawa mobil Heize kenapa kau memintaku datang menjemput?" ucap Leon melontarkan pertanyaan karena ucapan Elvira membuatnya bingung.
"Um.. Ini rumah ibu Heize, aku kemari untuk mengantarkan mobil Heize lalu kau" ucap Elvira terhenti menatap Leon ragu.
"Kau mau tau yang sebenarnya terjadi di masa lalu kan? karena kau tidak percaya ucapanku kau masuk saja, mereka akan menjelaskan padamu semuanya" ucap Elvira tersenyum.
"Siapa mereka? Psikiater mu?" tanya Leon penasaran dan Elvira hanya menganggukkan kepalanya.
Ibu Heize adalah seorang psikiater di masa lalu tapi kini sudah pensiun karena mereka lebih memilih untuk membuka usaha toko roti saja di kampung karena hasilnya lebih menjamin dari pada menjadi psikolog yang hanya akan mendapat uang saat menerima pasien.
Elvira adalah pasien terakhir yang ditangani oleh ibunya Heize dan sebenarnya dari sini jugalah Elvira dan Heize kenal dan berteman sampai bersahabat dekat sampai saat ini, ibu Heize selalu mengatakan pada Heize untuk memperlakukan Elvira dengan baik.
"Kau tidak masuk?" tanya Leon karena Elvira tak mengikutinya.
"Tidak, kau saja. Aku kan menunggu di toko" ucap Elvira menunjuk toko roti disebelah rumah itu.
"Baiklah" ucap Leon masuk ke dalam rumah dan Elvira berjalan menuju toko roti.
Ia berharap dengan mendengar cerita yang sesungguhnya Leon menjadi luluh dan mulai membuka hati untuknya, ia hanya ingin Leon tau jika ia tidak seburuk dan selicik yang selama ini Leon pikirkan.
Ia ingin Leon tau bahwa ia tidak jahat, ia tidak pernah menyakiti Isabell justru ialah korban dari kejahatan Isabell di masa lalu. Mungkin memang benar Isabell selalu datang pada Leon dengan keadaan terluka tapi dirinya juga datang ke psikiater dengan keadaan yang terluka, tidak hanya fisik tapi juga mentalnya.
"Semoga kau mengerti dan membuka sedikit hatimu untukku" gumam Elvira.
Elvira menunggu Leon keluar dari rumah itu dengan gelisah tak sekali dua ia mengecek ke arah depan pintu untuk melihat apakah Leon sudah selesai atau belum, ini sudah cukup lama dari yang dibayangkan.
Saat Elvira disibukkan dengan pelanggan yang datang ke toko, Leon pun tiba di toko menatap Elvira lekat dalam diam.
"Kau mau roti?" ucap Elvira bingung melihat Leon tak mengatakan apapun padanya.
"Ayo pulang" ucap Leon singkat.
"Hm? Kau sudah bertemu ibunya Heize?" tanya Elvira namun Leon kembali diam tak menjawab pertanyaannya.
Setelah mengajak Elvira pulang Leon langsung berjalan menuju mobilnya diparkir, Elvira bingung karena masih ada pelanggan yang tidak terlayani olehnya.
"Tidak apa nak, pulanglah" ucap ibunya Heize yang datang menghampirinya.
"Ibu? Leon?" ucap Elvira kebingungan.
"Iya nak, ibu sudah bicara dengannya" ucap ibunya Heize tersenyum hangat padanya.
"Sekarang tidak apa, pulanglah. Terima kasih karena sudah mengunjungi kami" ucapnya lagi.
Sebelum menyusul Leon ayahnya Heize memberikan sekantong penuh roti untuk dibawanya pulang ke rumah, Elvira selalu berterima kasih pada keluarga ini karena selalu memperlakukannya dengan hangat dan penuh kasih sayang.
Leon menunggunya di mobil, begitu masuk Elvira kembali mengajak Leon bicara tapi ia masih belum mendapat jawaban atas pertanyaan yang ia lontarkan pada Leon. Itu membuatnya sedikit khawatir takut yang ia bicarakan selama ini salah atau ada yang keliru dengan ingatannya, jangan-jangan yang dikatakan Leon benar jika ia dulu sering membully Isabell.
"Maafkan aku" ucap Elvira mulai meragukan ingatannya, ia takut keliru jadi lebih baik minta maaf terlebih dulu saja.
Leon benar-benar merasa dikhianati, dipermainkan ia benar-benar merasa bodoh karena tidak bisa melihat kenyataan yang sebenarnya.
Leon sudah mendengar cerita tentang Elvira dari ibunya Heize, ceritanya sebagian hampir sama dengan yang dituduhkan Isabell pada Elvira tapi sebagian ada juga hal yang tak ia ketahui.
Isabell benar-benar sudah mencuci otaknya, Victor benar belum tentu apa yang dikatakan Isabell itu benar bisa saja Isabell hanya mengarang cerita karena juga menyukai dirinya.
Sepulangnya ke rumah nanti ia harus menemui Isabell untuk meminta kejelasan dan ia harus menemui Victor juga untuk menceritakan ini semua.
Leon teringat sesuatu sebelum melakukan itu semua ada yang harus ia lakukan pada wanita yang ada disebelahnya ini.
"El, maafkan aku" ucap Leon membuat Elvira bangkit dari sandarannya.
"Hm? Barusan kau bilang apa?" ucap Elvira kaget dan kembali memastikan apa yang didengarnya itu.
"Maafkan aku tanpa perduli dengan kenyataannya aku justru mempercayai Isabell dan bahkan ikut menyakitimu" ucap Leon lirih, rasa bersalahnya pada Elvira semakin menumpuk setelah mengetahui fakta sebenarnya.
Elvira terdiam sejenak lalu perlahan terdengar suara isakan tangis yang semakin lama semakin kuat terdengar, tangisan Elvira pecah bukan karena Leon meminta maaf padanya tapi ia lega akhirnya Leon tidak salah paham lagi padanya.
Ini hal yang ia inginkan sejak lama tapi tak bisa karena sejak dulu ia tak punya akses untuk dekat bahkan untuk sekedar berbicara dengan Leon karena saat melihatnya Leon pasti akan mengusir dan mempermalukannya.
Begitu juga dengan Isabell yang tak segan untuk menyakitinya saat ia ketahuan menghubungi Leon mengajak Leon bertemu.
"Jika terlalu sulit untuk memaafkan aku, kau bisa melakukannya secara perlahan. Aku benar-benar minta maaf" ucap Leon tulus.
Elvira menggelengkan kepalanya sembari berusaha untuk menahan tangisannya, ia tak ingin Leon salah paham lagi dengan dirinya.
"Tidak aku tidak pernah membencimu, kau tidak perlu minta maaf karena kau tidak pernah membuat kesalahan padaku, kau tidak pernah menyakitiku" ucap Elvira lirih.
Ia menangis bukan karena sedih tapi nangis bahagia karena Leon sudah tidak salah paham dan menyadari yang sebenarnya terjadi.
"Masuklah, aku akan segera pulang" ucap Leon pada Elvira saat mereka tiba di depan rumah.
"K-kau mau kemana?" tanya Elvira menghapus sisa air matanya.
"Aku ada urusan sebentar setelah itu aku akan langsung pulang" ucap Leon diangguki oleh Elvira.
Merasa tak berhak untuk bertanya lebih jauh Elvira memutuskan untuk membiarkan Leon saja walaupun sebenarnya banyak hal yang ingin ia tanyakan pada Leon, ia mengalah karena berfikir siapa tau Leon memiliki urusan kantor yang perlu diselesaikan mengingat ia tadi menghubungi Leon secara mendadak.
"Kau tenang saja, kali ini aku tidak akan tertipu lagi" ucap Leon saat Elvira hendak menutup pintu mobilnya.
"Terima kasih, Leon"
Leon meninggalkan pekarangan rumah saat Elvira sudah memasuk ke dalam.
"Sekarang sudah cukup, aku sudah lama muak dengan kelakuanmu kini aku punya alasan kuat untuk membungkammu" gumam Leon dengan rahang yang mengeras.