Apa yang diharapkan Oryza pada pernikahan yang berawal dari kesalahan? Kecelakaan malam itu membuatnya terikat dengan Orion sang pebisnis terkenal sekaligus calon tunangan adiknya, bukankah sudah cocok disebut menjadi antagonis?
Ia dibenci keluarganya bahkan suaminya, sesuai kesepakatan dari awal, mereka akan berpisah setelah anak mereka berusia tiga tahun dengan hak asuh anak yang akan jatuh pada Oryza. Tapi 99 hari sebelum cerai, berbagai upaya dilakukan Oryza mendekatkan putranya dengan sang suami juga adiknya yang akan menjadi istri selanjutnya. Surat cerai tertanda tangani lebih cepat dari kesepakatan, karena Oryza tau ia mungkin sudah tiada sebelum hari itu tiba
Jangan lupa like, vote dan komen ya🙏🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mukarromah Isn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya satu
Suasana dalam mobil itu lebih hening dari tadi ketika mereka berangkat, jam hampir menunjukkan pukul dua belas dan kendaraan yang melintas mulai sepi, Oryza menatap keluar jendela mobil dengan pikiran yang jauh melayang, memikirkan tentang masa depan
"Kamu bisa nyetir pelan-pelan nggak, takutnya Saga nanti kebangun" ia mengusap rambut putranya yang tertidur pulas dalam pelukannya, mungkin karena terlalu lelah
"Sejak kapan kamu deket sama mantan napi itu?" Oryza menatap sejenak pada suaminya kemudian menghela nafasnya. Orion jelas tau siapa Dion, mereka dulu satu sekolah bahkan satu kelas. Tragedi itu cukup terkenal di kalangan anak sekolahan saat itu
"Dia cuma minta maaf"
"Minta maaf karena ngebunuh pacar kamu?"
"ORION!" Suara Oryza yang sedikit keras membuat Saga dalam gendongannya membuka mata
"Tidur lagi sayang, kita belum sampai" ucapnya mengelus rambut halus itu dan Saga kembali kealam mimpinya
"Kamu meneriaki suamimu sendiri untuk kekasihmu yang sudah meninggal itu?"
"Kamu tak perlu membawa orang yang sudah meninggal dalam percakapan kita, dia sudah tenang disana, jangan bawa-bawa namanya lagi" Oryza tak perlu menjelaskan lagi, ia terlalu lelah. Semuanya menganggap ia dan Rendra adalah sepasang kekasih karena seringnya mereka bersama. Tak ada yang menyangkal, dulu mereka hanya diam ketika ada yang menggoda tanpa mencari pembelaan, karena bagi mereka hanya buang-buang tenaga. Ternyata itu berakhir menjadi kesalahpahaman bahkan sampai sekarang
"Mereka saudara, apa kau sekarang tertarik pada saudaranya juga" Oryza menarik sudut bibirnya keatas, tersenyum sinis
"Aku bukan kamu yang memiliki dua wanita sekaligus" balasnya sarkas. Bahkan ia tak peduli semisal Saga mendengar apa yang dikatakan mamanya
"Setidaknya aku hanya mencintai satu orang" bela Orion yang tak mau kalah
"Lalu kamu pikir aku jatuh cinta dengan berapa orang?"
"Mustahil kamu masih jatuh cinta dengan orang yang meninggal" Oryza diam tak menanggapi, terlalu malas meladeni hal yang sulit untuk dipercaya
.
Pagi yang kesekian kalinya datang, dengan harapan baru, dengan mimpi yang mungkin baru dan dengan usaha yang jauh lebih baik
"Saga, kalau mama pergi jauh banget, Saga mau nggak tinggal sama papa dan Bibi Alice?" Di halaman belakang rumah, Oryza sedang menemani putranya yang asik bermain dengan kolam renang kecil yang berisi ikan hias. Padahal jam masih menunjukkan pukul tujuh pagi, terlalu pagi untuk bermain
"Saga mau ikut mama"
"Nggak bisa sayang, mama perginya jauh sekali" anak itu yang semula sedang mengambil ikan di kolam mengernyitkan alisnya, ia mendekati ibunya dan memeluk erat wanita itu
"Saga janji tidak akan main lagi dengan Bibi Alice, tapi mama jangan pelgi" ia dekat dengan bibinya karena perempuan itu selalu membelikan apapun yang ia mau, tak seperti ibunya yang banyak melarang. Tapi Saga sudah mengerti kalau ibunya sangat menyayanginya
"Bukan itu sayang, Saga boleh kok main sama Bibi Alice, tapi mama memang harus pergi kalau nanti udah waktunya"
"Mama mau pergi kemana?" Mata anak itu memerah, terlalu sulit menafsirkan kata pergi yang dimaksud mamanya. Ia pikir mamanya akan pergi karena marah kepadanya yang bermain dengan Bibi Alice. Sedangkan Oryza berpikir sejenak, bingung menjelaskan bagaimana mendeskripsikan kematian
"Gini, orang tua Saga kan mama sama papa. Terus orang tuanya mama itu kakek sama nenek. Nah terus orang tua nenek Saga pernah liat nggak?"
"Nggak, kata nenek orang tuanya udah disulga"
"Nah, mama juga akan pergi ke surga ketemu mereka"
"Tapi kata nenek orang yang udah pelygi kesana nggak bisa pulang lagi" Oryza menatap langit dan tersenyum, menahan air mata yang siap meluncur kapan saja
"Iya, orang yang udah disana nggak bisa pulang lagi"
"Altinya mama nggak bisa pulang lagi?"
"Makanya do'ain mama ya nak, kalau semisal nggak bisa pulang lagi juga, mama tetap bisa kok liat Saga"
"Hiks hiks" anak itu tiba-tiba menangis membuat Oryza gelagapan
"Hey, kenapa nangis sayang" sang putra yang sebentar lagi berusia tiga tahun memeluk erat ibunya dan menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher ibunya
"Saga tau mama sakit, Saga pelnah liat hidung mama luka" air mata Oryza tak terbendung mendengarnya, ia memeluk Saga semakin erat dan mengecupi wajah putranya berkali-kali. Tak heran gen orang tuanya berpengaruh, Orion yang pintar dan Oryza yang walaupun nakal dan bolos lulus predikat dengan nilai tertinggi ketika wisuda
"Anak mama pintar, anak pintar nggak boleh nangis ya?"
"Nanti Saga minta papa beliin mama obat yang mahal biar hidung mama nggak sakit lagi" Oryza tersenyum, ia tak tau pasti kapan Saga melihatnya mimisan. Tapi setidaknya sang putra tau ia sakit, membuatnya bisa menjelaskan lebih mudah karena ada yang dipahami
"Obat mama itu liat Saga ketawa terus, jadi nggak boleh nangis ya?"
"Saga nggak nangis" anak itu menghapus air matanya dengan cepat
"Pintar" Oryza mengusap kepala putranya lembut, juga membantu membersihkan ingus anaknya karena menangis
"Jangan nangis terus, Saga harus tetap tersenyum ya"
"Tapi mama jangan pelgi"
"Semua manusia juga pasti pergi sayang, tapi tergantung waktunya" Oryza menggandeng tangan sang putra menuju kolam yang dipenuhi ikan hias berbagai warna
"Kemarin ingak nggak saat Saga nangis karena ikannya mati?" Anak itu mengangguk, rutinitas paginya yang biasa tertawa karena melihat ikan-ikannya berubah menjadi tangis karena ternyata ikan itu mengapung di kolam dan tak bergerak
"Yang mati ikan kecil atau ikan besar?"
"Ikan kecil" jawabnya pelan karena perbandingan ada ikan yang lebih besar daripada itu
"Saga tau nggak kenapa ikannya mati?" Anak itu menggeleng lagi
"Saga udah kasih makan, udah kasih air juga" jawabnya polos
"Karena waktunya udah habis sayang"
"Allah ngasih kita waktu didunia, seberapa lama cuma dia yang tau"
"Ada yang dikasih waktunya panjang, tapi juga ada yang dikasih lebih pendek"
"Kayak ikan Saga yang mati kemarin, padahal dia kecil, ada yang lebih besar dari dia, tapi Allah ngambil dia karena emang waktunya di dunia udah selesai" anak itu diam menatap kolom, tapi dalam diam otak kecilnya berusaha mengerti maksud mamanya
"Saga paham maksud mama?" Anak itu menatap wajah ibunya, kemudian menggeleng gemas
"Nggak papa sayang, besok kalau udah semakin besar Saga pasti paham maksud mama" wanita itu mengecup pipi sang putra gemas, ia membuka fitur kamera pada handphonnya dan mengarahkan kedirinya dan sang putra
"Ayo senyum sayang" anak itu tersenyum menampilkan gigi putihnya yang sudah banyak dan akan bertambah seiring usia, Oryza tak tau pasti kapan itu tiba, ia hanya berharap bisa melihat tawa itu lebih lama lagi
.
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1445 H, MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN 🙏🙏🙏
Author mau minta maaf ya, sering lupa up😌
buat tu bapak nyesel Thor,,,
darah murni di sia sia kan darah campuran di elus elus
ini suami kamu lagi mau di ambil 🙄
banjir
banjir
😭😭😭😭😭😭😭
ayah biadap itu mah.
kasih nyawa mu maka anda pantas disebut ayah
sebegitu merasa sendirinya seorang oryza 🥲
- menjandakan istrinya untuk seorang janda
- menganak tirikan anak kandungnya sendiri
dan pada akhirnya cuman ada kata penyesalan. seakan dosa manusia hanya cukup selesai dgn kata maap
dan bisakah sebagai anak mengutuk orangtuanya?
tanggung jawab hiks nangis mulu nih sampe diketawain orang serumah