Buku ini menceritakan tentang pemuda yang bernama Arman Haydar Hilmawan seorang pemuda yang dipaksakan nikah oleh keluarga nya.
#Nikahpaksa #Penderitaanistri
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulia Kamila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keesokan harinya.....
Waktu telah menunjukkan pukul 07.00 pagi di sebuah apartemen milik Peter. Namun Ibrahim telah mengingat akan perjanjian dengan mafia lain soal tebusan uang, dan ia pun bangkit dari tempat tidur nya sambil membangunkan ayahnya.
"Ya Allah. Sepertinya ini waktu yang ditunggu oleh bos mafia tersebut. Namun aku belum memiliki dana? Mengapa aku bisa begitu bodoh? Kan papa pasti bawa dana kemari." Ibrahim berkata dalam hati nya dan berjalan perlahan menuju kamar yang dimana ayahnya menginap.
"Pah. Bangun." bisik Ibrahim pelan ketika sudah tiba di kamar tersebut.
"Nak. Ini baru terlalu pagi. Mengapa kau terlihat gelisah?" tanya Arman.
"Sudahlah pah. Aku tidak bisa menjelaskan nya. Yang aku ingin tahu adalah apakah papah membawa uang?" tanya Ibrahim.
Sang ayah pun menyerah kan koper yang berisi dana sangat besar kepada Ibrahim.
"Nak tunggu. Papah akan ikut dengan mu!" perintah Arman.
"Tidak pah. Mereka sungguh berbahaya. Nanti papah akan kehilangan nyawa." ucap Ibrahim yang berlalu pergi meninggalkan kediaman Peter.
"Peter. Siapkan mobilnya. Kita akan ikuti Ibrahim secara diam-diam!" perintah Arman kepada ajudannya.
"Baik bos." sambung Peter yang meraih segala senjata dan berlalu pergi bersama Arman.
Tidak lama kemudian Anjana Malhotra pun bangun dari tempat tidur nya, dan ia pun terkejut melihat Ibrahim tidak ada ditempat ranjang nya. Tetapi hatinya bertanya tentang ayahnya Arman yang membawa senjata di pagi hari.
"Paman Arman mau kemana dengan bawa senjata. Apakah papa menculik Ibrahim?" tanya Anjana seorang diri sambil meraih ponsel dalam saku celana untuk menelpon orang tua nya.
Tririringgggg...... tririringgggg.......
Bunyi ponsel seorang pria yang sudah memasuki gedung perusahaan Inggris, dan ia pun menerima panggilan tersebut.
"Sekarang kau baru ingat papa anakku. Dimana kau kini nak?" tanya ayahnya Anjana.
"Aku di tempat yang aman. Papah jawab jujur. Apakah papah menculik Ibrahim?" tanya Anjana.
"Kau sungguh tega anakku karena menuduh ayah mu sendiri. Jika papah ingin melakukan nya. Sejak kemarin sudah papah lakukan. Walaupun papah benci dengan anak muda itu." ucap ayahnya yang mematikan telpon ketika di dalam lift.
"Jika papah tidak bersama Ibrahim. Terus Ibrahim kemana? Mengapa paman Arman membawa senjata? Sepertinya banyak rahasia di keluarga Ibrahim." Anjana bergumam dalam hati nya dan tiba-tiba ibunya Ibrahim bangun.
"Nak kau kenapa? Tadi tante dengar kau menyebutkan senjata." ucap Kayla.
"Tante sepertinya saya harus pergi. Terima kasih atas pertolongannya." ucap Anjana yang tidak menjawab ucapan wanita tua itu dan berlalu pergi meninggalkan apartemen Peter.
Disisi lain Ibrahim menelpon bos mafia tersebut.
Tririringgggg..... tririringgggg.....
Bunyi ponsel seorang laki-laki tua yang ada di sebuah ruangan rahasia bersama anak buahnya, dan ia pun menerima panggilan tersebut.
"Bagaimana anakku? Kau menemukan dananya?" tanya bos itu.
"Paman kirim alamat kediamannya. Agar kita bisa menyelesaikan masalah ini!" perintah Ibrahim.
"Peter. Tolong tidak terlalu mendekat dengan mobil putraku agar tidak ketahuan!" perintah Arman.
"Baik bos." ucap Peter.
"Baiklah anak muda kalau kau memaksa untuk menemui ku. Silakan hadir ke rumah ku!" perintah bos mereka.
"Aku sudah melihat alamat nya. Kau tunggu disana paman!" perintah Peter.
Namun tidak lama kemudian Ibrahim pun tiba di alamat tersebut, dan ia pun langsung keluar mobil sambil berjalan memasuki rumah itu dengan membawa tas uang.
"Dimana bos kalian?" tanya Ibrahim.
"Apakah kau telah membuat laporan?" tanya penjaga.
"Sudah. Beliau bilang aku langsung saja masuk!" perintah Ibrahim.
"Baiklah jika begitu silahkan!" perintah penjaga.
Ibrahim pun langsung menemui bos mereka untuk menyerahkan dana. Disisi lain Arman tanpa sengaja melirik ke arah Natasha Qisty yang tengah berhenti di hotel Inggris.
"Tunggu. Tunggu. Bukankah itu Natasha? Namun sejak kapan dia mulai bebas? Ah ini tidak mungkin terjadi. Sebab jika dia tahu anaknya masih hidup?" Arman bertanya dalam hati dan dikejutkan oleh Peter.
"Kau tidak apa-apa bos. Sebab kita sudah tiba di tempat putramu tadi datang kemari!" perintah Peter.
"Disini kita harus menyamar agar tidak diketahui oleh bos mafia tersebut." ucap Arman.
"Baik bos." ucap Peter dan berlalu pergi meninggalkan mobil tersebut.
"Siapa kalian?" tanya penjaga yang seolah curiga pada Arman dan Peter.
"Dia ayahku paman." ucap Peter untuk mengalih perhatian.
"Ayah ada perlu dengan bos kalian paman."
"Sebentar saya akan melaporkan kepada bos kami!" perintah penjaga dan berlalu pergi memasuki area rumah tersebut.
"Peter kau pasti kan mereka tidak mencurigai kita!" perintah Arman.
"Bos ku bilang tentang kalian diizinkan masuk!" perintah penjaga.
Mereka berdua pun melirik ke arah Ibrahim yang sedang berbincang dengan bos mafia tersebut.
"Aku rasa setelah pelunasan ini. Paman tidak boleh mengganggu ketenangan ku. Atau paman akan tahu akibatnya." ancam Ibrahim yang bangkit dari sofa dan berlalu pergi.
"Baiklah." sambung bos mafia tersebut.
"Tuan. Saya ingin mengambil beberapa busana dan susu yang sudah kosong untuk diisi!" perintah Arman yang menyamar sebagai kakek.
Namun Peter tiba-tiba menyelinap ke sebuah kamar bos mereka.
"Foto siapa ini?" Peter bertanya dalam hati nya sambil meraih foto tersebut untuk disembunyikan dalam busananya.
"Sepertinya foto ini akan berguna untuk bosku." Peter pun meninggalkan kamar itu dan menuruni tangga dengan membawa beberapa busana kotor.
"Kakek kita sudah menemukan bajunya."
"Baiklah anakku. Kita harus pergi dari sini!" perintah Arman dan berlalu pergi memasuki mobilnya.
Di dalam mobil Arman menanyakan sesuatu kepada Peter.
"Bagaimana? Apa kau menemukan sesuatu?" tanya Arman penasaran.
"Disini aku menemukan foto seorang laki-laki." ucap Peter ketika menyerah kan foto tersebut.
Arman pun langsung terkejut menatap foto tersebut.
"Tidak. Ini tidak mungkin bisa terjadi?" tanya Arman seorang diri.
"Apa bos mengenal orang yang ada di foto tersebut?" tanya Peter penasaran.
"Iya. Tidak. Aku tidak mengetahui nya. Yang jelas dia orang yang sangat berbahaya. Aku mau kau terus mengikuti jejak Ibrahim. Kemana pun dia pergi!" perintah Arman.
"Bos Arman sungguh aneh. Tadi mengatakan "iya". Namun kini dia malah bilang tak kenal. Pasti ada yang disembunyikan oleh dirinya. Sebaiknya aku harus memberitahu bos Kayla." Peter bergumam dalam hati nya.
"Baik bos. Akan kupastikan Ibrahim aman."
Disisi lain Kediaman Anjana.....
Ibunya Anjana pulang dalam keadaan mabuk sambil dibantu oleh asisten rumah tangga.
"Nyonya. Nyonya tidak apa-apa?" tanya satpam rumah.
"Cepat kau bawa aku ke kamar!" perintah ibunya Anjana.
"Rahasiakan kepada suami ku tentang aku yang mabuk."
"Baik nyonya." sambung satpam yang merebahkan majikannya di kasurnya dan berlalu pergi.
Disisi lain perusahaan keluarga Anjana Malhotra.....
Anjana datang ke kantor ayahnya saat pagi sekali sekitar pukul 09.00 pagi. Dia pun membuat keributan disana dengan meneriaki ayahnya.
"Papa. Dimana kau papa?" teriak Anjana.
"Nona disini tempat orang bekerja. Bukan tempat orang bikin masalah!" perintah satpam yang mencoba menarik wanita itu.
Tidak lama kemudian ayahnya pun keluar ketika mendengar keributan diluar ruangan.
"Lepaskan anakku!" perintah papanya Anjana.
Bersambung.....