EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Nanda Maheswari tak pernah menyangka bahwa ia akan mengandung benih dari Langit Gemintang Laksono tak lama setelah pria yang ia cintai secara diam-diam tersebut merudapaksa dirinya karena emosi dan salah paham semata. Terlebih Langit saat itu di bawah pengaruh alkohol juga.
"Aku benci kamu Nan !!" pekik Langit yang terus menggempur Nanda di bawah daksa tegapnya tanpa ampun.
"Tahu apa kamu soal cintaku pada Binar, hah !"
"Sudah miskin, belagu! Sok ikut campur urusan orang !"
Masa depannya hancur berantakan. Kehilangan kesucian yang ia jaga selama ini dan hamil di luar nikah. Beruntung ada pria baik hati yang bersedia menutupinya dengan cara menikahinya. Tetapi naas suaminya tak berumur panjang. Meninggal dunia karena kecelakaan.
"Bun, kenapa dunia ini gelap dan kejam?"
Takdir semakin pelik bagi keduanya. Terlebih Langit sudah memiliki istri dan satu orang anak dari pernikahannya.
Update : Setiap Hari.
Bagian dari Novel : Sebatas Istri Bayangan🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 - Musibah Membawa Berkah
"Astaghfirullah hal adzim, Nanda. Kenapa kamu saat itu enggak segera menemui Ibu? Biar bisa aku bantu mengurus ijazah, transkrip nilai maupun semua piagam penghargaanmu yang hilang itu." Bu Merry begitu terkejut mendengar Nanda yang menjadi korban pencurian di dalam bus.
"Iya, Bu. Saat itu saya masih syok dan bingung. Ada beberapa masalah yang membuat pikiran saya tak fokus saat itu. Tak lama suami saya meninggal ketika saya melahirkan. Tak berselang lama ibu dan adik saya juga berpulang. Sehingga saya benar-benar drop dan kalut untuk berbuat apa. Kesibukan menata hidup dan mencari pekerjaan membuat saya belum bisa bertandang ke Jogja untuk bertemu Ibu," tutur Nanda sengaja memberi alasan seperti itu pada Bu Merry.
Ia tak menceritakan mengenai perihal Langit dengan dirinya yang sampai membuahkan anak. Nanda hanya menceritakan ke Bu Merry hal-hal yang masih wajar untuk ia sampaikan. Mengenai kehidupannya secara pribadi, ia simpan rapat-rapat. Ia tak mau orang lain terlalu mengasihani dirinya atas apa yang terjadi sehingga terkesan ia mengemis atau meminta bantuan.
Pengalaman hidupnya yang mengajarkan agar dia berusaha untuk berdikari sendiri tanpa meminta belas kasihan orang lain padanya. Lagi pula memang ada alasan lain dirinya tidak ke Jogja. Karena ia tahu dari Yumna dan Alden bahwa Langit selain Dokter Forensik di rumah sakit juga menjadi Dosen di UGM kala itu. Terlebih Langit dan istrinya masih tinggal di Jogja saat itu. Otomatis ia memilih untuk menghindari Langit dan keluarganya daripada menimbulkan masalah nantinya.
"Aku akan membantumu untuk menyampaikan ke bagian tata usaha urusan akademik kemahasiswaan dan alumni. Supaya mereka mempercepat untuk menerbitkan ulang ijazah, piagam dan sertifikatmu yang hilang itu. Bawa segera kartu identitasmu, surat kehilangan dari kepolisian dan data pendukung lainnya ke kampus. Setelah semua oke jika kamu berkenan menerima tawaranku, kamu bisa menjadi Asdosku kembali di UGM. Kebetulan tahun depan, aku dan beberapa dosen di fakultas kita sudah memasuki waktunya pensiun. Enam bulan lagi, kampus membuka lowongan dan uji kompetensi menjadi dosen tetap. Aku yakin kamu pasti mampu dan kompeten untuk menggantikanku. Lagi pula menjadi dosen bukan hanya dibutuhkan kepintaran semata tetapi ulet dan kesabaran menghadapi para mahasiswa zaman now tentu tidak mudah. Butuh orang-orang yang telaten dan sabar demi melanjutkan misi penting untuk mencerdaskan generasi bangsa kita selanjutnya. Bukan hanya sekedar mengejar materi semata. Aku sudah melihat kinerjamu dulu ketika menjadi Asdosku dan banyak mahasiswa atau mahasiswi yang juga senang sewaktu kamu menggantikanku mengisi kelas. Aku yakin kamu bisa lolos ujian tersebut dan meraih cita-citamu kembali. Tak ada hal yang tak mungkin di dunia ini jika kita mau berusaha maju dan terus berdoa," ucap Bu Merry seraya menggenggam tangan Nanda yang berada di atas meja dengan erat guna memberi semangat positif.
"Bu," ucap Nanda lirih dengan mata yang berkaca-kaca. Ia tak bisa berkata-kata dan tidak menyangka musibah yang menimpanya hari ini mempertemukan dirinya dengan orang baik seperti Bu Merry. Berkah yang tidak ia sangka-sangka.
☘️☘️
Akhirnya Bu Merry mengantarkan Nanda pulang. Motor Nanda pun sudah selesai diperbaiki dan berada di depan rumah. Sebelum pulang, Bu Merry membelikan beberapa kotak yang berisikan nasi, lauk dan sayur dari sebuah restoran ternama di Bandung.
Tak lupa juga ia membelikan banyak kue dan satu buah dus ukuran besar yang didalamnya berisikan coklat berbungkus warna ungu yang biasa kita jumpai di supermarket. Coklat itu sengaja ia beli untuk putra Nanda. Harga coklat tersebut cukup mahal untuk level kehidupan Nanda dan Elang saat ini.
Kedatangan Bu Merry yang berdandan rapi dan elegan memasuki perkampungan padat penduduk di daerah kontrakan Nanda, mengundang pandangan yang berbeda di beberapa tetangga. Sebab mereka tak pernah melihat Nanda bersama orang-orang yang dianggap kelas atas bagi warga kampung tersebut kecuali Alden yang bule. Terlebih Pak Pri yakni sopir Bu Merry membawakan banyak barang dari mobil menuju rumah Nanda. Semakin membuat beberapa tetangga iri namun ada juga yang biasa saja melihatnya.
"Wah, kenalan Bu Nanda orang-orang kaya ternyata."
"Ya iya lah, Bu Nanda kan baik orangnya. Pasti teman-temannya atau kenalannya juga baik. Sampai bawain banyak oleh-oleh begitu. Sudah kaya, enggak sombong dan mudah berbagi alias enggak pelit."
Salah satu tetangga sengaja menyindir dengan menekankan ujung kalimat yang ia ucapkan. Sebab di sebelahnya berdiri sosok Bu Tedjo yang terkenal kaya tapi pelit di kampung tersebut.
Suara-suara sumbang dari para tetangga yang ikut terharu melihat kebahagiaan Nanda setelah mendapat musibah yang berujung bertemu orang baik, membuat telinga Bu Tedjo meradang.
"Halah, palingan si janda gatel itu sengaja nabrakin diri ke mobil ibu-ibu orang kaya itu. Terus daripada dilapor ke polisi ya pastinya minta damai dengan syarat uang sama bawain oleh-oleh segitu banyak. Biar si janda gatel itu enggak laporin dia ke polisi. Memang dasarnya saja si janda gatel itu mata duitan!" sindir pedas Bu Tedjo yang memutarbalikkan fakta yang ada.
"Ya ampun, Bu Tedjo. Masak Bu Nanda sengaja menabrakkan dirinya ke mobil ibu-ibu tadi sih! Kalau misal Bu Nanda tadi mati ketabrak, lah terus Elang yang ngerawat siapa atuh? Apa Bu Tedjo yang rela dan ikhlas merawat Elang? Jangan berburuk sangka, Bu. Takutnya fitnah," ujar Bu Juleha yang berusaha membela Nanda.
"Mana ada orang di dunia ini yang mau mati Bu," ledek Bu Juleha kembali.
Bu Tedjo dipandang sinis oleh para tetangganya. Membuat ia menekuk wajah lalu pergi dari kerumunan ibu-ibu tersebut dan pulang ke rumah tanpa berpamitan. Para tetangganya hanya geleng-geleng kepala melihat kelakukan Bu Tedjo yang seakan sudah biasa seperti itu. Jadi mereka tidak begitu kaget karena Bu Tedjo memang terkenal julid dan pelit di kampung tersebut.
☘️☘️
"Terima kasih banyak Bu Merry. Seharusnya tidak perlu repot-repot begini," ucap Nanda yang terharu melihat kebaikan Bu Merry padanya dan juga putranya, Elang.
Walaupun Bu Merry belum tahu Elang mengalami kebutaan karena saat ini putra Nanda tersebut belum pulang sekolah. Dan Nanda juga enggan bercerita keterbatasan fisik Elang pada Bu Merry.
"Enggak apa-apa. Tolong diterima dengan baik dan semoga bermanfaat. Aku pamit dulu karena harus kembali ke Jogja. Jangan lupa segera hubungi aku kalau kamu mau ke kampus dan menerima tawaranku tadi. Jangan pernah ganti nomor ponselmu lagi tanpa kabar atau aku akan marah padamu," ujar Bu Merry sedikit mengancam.
"Iya, Bu. Nanti saya akan segera hubungi Ibu kembali. Sebelumnya saya harus mengajukan pengunduran diri dahulu pada pabrik tempat saya bekerja," jawab Nanda dengan sopan.
"Saya paham hal itu. Ya sudah, aku pulang dulu. Semoga kamu cepat sembuh. Sampaikan juga salamku untuk putramu. Dia pasti bangga telah dilahirkan dari rahim seorang ibu seperti kamu," tutur Bu Merry seraya memeluk tubuh Nanda penuh sayang khas seorang ibu pada anaknya. Sontak hal itu membuat Nanda semakin terharu dan berkaca-kaca dengan membalas pelukan hangat dari Bu Merry.
"Terima kasih Tuhan atas segala nikmat dan karuniamu yang mempertemukan aku kembali dengan Bu Merry hari ini. Semoga hal ini membuka jalanku untuk mengubah nasibku bersama putraku, Elang, menjadi lebih baik lagi ke depan. Aminn..." batin Nanda.
Bersambung...
🍁🍁🍁
Dipandang sebelah mata dan rendah oleh orang lain yang tidak kita kenal itu biasa. Akan tetapi rasanya pasti jauh berbeda dan lebih menyakitkan jika dipandang sebelah mata, direndahkan dan dihina oleh orang yang kita kenal ~ Nanda Maheswari.
trs bpk kandung ny nikah di jodohin nenek kandung nya yg mau mantu sederajad tapi asal muasalnya picik semua
kasihan alea uh salah jalan, langit juga tersiksa pnya mak rempong sombong gini