Melodi sunyi berdendang indah di keheningan malam. Detak bisu memecah kesunyian dalam langkah-langkah sepi. Dalam diam, kata-kata berseru keras dalam hati.
Jihan malam ini berniat ingin memberikan kejutan kepada suaminya karena beberapa hari tidak pulang ke rumah disebabkan ada kerjaan di luar kota.
Tapi kenyataannya, Jihan lah yang mendapatkan kejutan. Jantungnya meletup-letup, darah panas mendidih mengalir sampai ke ubun-ubun. Jihan tak mampu bersuara, hanya tetesan air mata yang mewakili perasaannya.
Tepat di depan matanya, suaminya tidur bersama seorang wanita tanpa busana dalam satu selimut sambil berpelukan.
Apa yang akan terjadi?
Ikuti terus jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Kabar Duka
CRAAAAANG!
Televisi yang tergantung di dinding yang tadinya utuh kini hancur tak berbentuk, berceceran di lantai. Leena sama sekali tidak meringis saat pecahan kacanya terinjak kakinya. Leena memandangi Sulthan yang ketakutan melihatnya. Leena yang dikenal Sulthan lemah lembut tiba-tiba saja berubah mengerikan. Wajahnya memancarkan aura kemarahan dan kebencian.
"Apa kamu cemburu melihat dia bersanding dengan orang lain!"
"Ti ... tidak," mulut Sulthan bergetar.
"Kenapa kamu melempar gelas!"
"A ... aku benci dia! Karena dia kita jadi buronan. Kita tidak bebas seperti dulu lagi! Aku benci dia! Aku ingin dia tidak bahagia!" Sulthan berdiri sambil membanting kursinya.
"Bagus, kita akan buat dia menderita," Leena kembali menjadi Leena sebelumnya.
Perubahan diri Leena sangat cepat. Leena kembali lembut dan hangat kepada Sulthan. Leena menghampiri Sulthan. Sulthan semakin ketakutan.
"Sayang, jika kamu kembali padanya, kamu akan merasakan akibatnya."
Leena kembali mengambil gelas yang ada di dekat Sulthan dan melempar ke belakang televisi. Jendela kaca yang berada tepat di belakang televisi pecah. Pecahan kaca berhamburan di mana-mana.
Leena kemudian berbalik badan dan mengambil satu pecahan kaca itu. Leena dengan cepat menghampiri Sulthan dan menggoreskan pecahan kaca itu ke wajah Sulthan seperti orang kesurupan.
"AAAGGGHHHHH!" wajah Sulthan mengeluarkan darah.
Sulthan berteriak kesakitan memegang wajahnya. Leena juga melakukan hal yang sama. Dia menggores wajahnya dengan pecahan kaca. Leena menangis berteriak kesakitan.
"Apa yang kamu lakukan!" Sulthan dengan wajah bercucuran darah menghampiri Leena. Sulthan mengambil pecahan kaca di tangan Leena dan membuangnya.
"Kamu hanya perlu diam dan menurut!"
Leena mengamuk, Leena mengobrak-abrik rumah kontrakan mereka. Leena kemudian keluar rumah dan berteriak, "Rampoooook, rampoooook!"
Sontak semua tetangga kanan kiri mereka berhamburan keluar rumah. Mereka mendapati Sulthan dan Leena yang berlumuran darah. Mereka juga memeriksa kondisi rumah Leena yang seperti kapal pecah.
Leena meminta mereka semua tidak usah melaporkan kejadian ini kepada polisi. Leena takut perampok itu akan kembali menyakiti mereka. Leena dan Sulthan dibawa ke puskesmas terdekat oleh tetangga mereka.
Leena dan Sulthan sekarang berada di sebuah desa terpencil. Di sana tidak ada internet. Leena dan Sulthan aman karena tidak ada satupun dari mereka yang mengenalinya.
Leena dan Sulthan mengalami luka parah di wajah dan mereka harus segera di operasi. Mereka segera dibawa ke rumah sakit besar yang ada di kota. Mereka dibawa mobil ambulans puskesmas di desa mereka.
Sepanjang perjalanan, Sulthan tidak mengerti apa yang direncanakan Leena sebenarnya. Sulthan harus berhati-hati sekarang dengan tingkah lakunya. Sulthan tidak ingin membuat Leena sakit hati. Sulthan takut Leena akan berbuat sesuatu yang membahayakan hidupnya.
Setelah satu jam perjalanan akhirnya mereka tiba di rumah sakit kota. Mereka berdua dimasukkan ke dalam ruangan UGD. Dokter memeriksa kondisi wajah Leena dan Sulthan. Sungguh luka yang sangat dalam.
"Sungguh kejam pelakunya. Untung saja mulut Anda tidak sobek," Dokter memandangi wajah Sulthan.
Sulthan bergidik. Kalau saja Dokter itu tahu pelakunya adalah istrinya sendiri yang tiba-tiba saja seperti orang gila. Leena juga menyakiti dirinya sendiri.
Sulthan dimasukkan ke dalam ruang operasi. Sulthan kesakitan, entah bagaimana nasib wajahnya. Sulthan hanya pasrah. Perlahan Sulthan terpejam di bawah pengaruh obat bius.
Sementara itu di ruangan lain. Leena bernegosiasi pada Dokter rumah sakit. Leena ingin semua informasi tentang dirinya dan Sulthan yang merubah wajahnya dirahasiakan. Leena juga meminta Dokter mengumumkan kematiannya dan Sulthan di media sosial.
Dokter sebelumnya menolak keras permintaan Leena. Setelah dia memikirkan tawaran Leena yang sangat-sangat menggiurkan, Dokter itu menerima kerja sama yang sangat menguntungkan baginya.
Leena meminta Dokter itu juga memberikan identitas baru untuk mereka berdua. Kesepakatan pun terjadi. Dokter meminta Assistennya mencari mayat yang tidak ada identitas dan wajahnya tidak bisa dikenali.
Assistennya menemukan dua mayat tanpa identitas yang baru saja mengalami kecelakaan. Wajahnya hancur tidak bisa dikenali, mayat itu seorang wanita dan pria.
"Kerja bagus, apakah kamu masih belum pulang ke rumah?" tanya Dokter ke Assistennya.
"Saya tidak berani pulang. Saya masih belum bisa bayar pinjol. Ibu saya juga masih memerlukan obat-obatan," jawab Assistennya.
"Pulanglah. Bayar semua hutang-hutangmu dan bawalah Ibumu berobat ke rumah sakit," Dokter menepuk pundaknya.
"Saya tidak punya uang," Assisten itu terduduk lesu.
"Di dalam amplop ini ada uang cash. Pergilah ke kantor polisi. Katakan pada mereka, kamu telah menemukan mayat dengan identitas ini," Dokter memberikan identitas Leena dan Sulthan kepada Assistennya.
"Siapa mereka?"
"Jangan banyak tanya! Nasib Ibumu ada di tanganmu!"
Setelah diam dan berpikir sejenak, Assisten itu membuka amplop besar berwarna coklat. Isinya uang merah dalam jumlah yang sangat banyak. Karena kebutuhan ekonomi yang sangat mencekik dan keinginan kuat terbebas dari kejaran pinjol akhirnya malam ini juga dia pergi ke kantor polisi.
Di kantor polisi, Assisten Dokter itu datang memberikan laporan telah menemukan dua mayat di rumah sakit dengan identitas Leena Jasmine dan Sulthan Raffasa.
Petugas kepolisian segera memeriksa identitas tersebut. Dan ternyata mereka berdua masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO). Petugas polisi itu segera menuju rumah sakit untuk memeriksa apakah benar mayat itu adalah mayat Leena dan Sulthan.
Keesokan paginya, tersebar lah berita kematian Leena dan Sulthan di berbagai media massa dan media sosial. Petugas kepolisian di Kota Z telah melakukan investigasi. Mereka membenarkan mayat yang ditemukan itu adalah mayat Leena dan Sulthan. Petugas kepolisian Kota Z meminta pihak keluarga untuk datang ke Kota Z.
🌑 Di Kota A.
"Leena, Leena, apakah betul mayat itu adalah kamu Nak?" Ghani menangis bersimpuh di depan televisi.
"Ini semua gara-gara kamu! Jika tidak kamu biarkan dia pergi, mungkin sekarang dia masih hidup!" Jamal meneteskan air mata. Walaupun Jamal keras terhadap Leena, tapi dalam hati, Jamal sangat menyayangi cucunya satu-satunya.
Jamal dan Ghani memutuskan ke Kota Z. Sebelumnya mereka mampir ke rumah keluarga Arkan. Mereka menyampaikan berita duka. Mereka juga meminta maaf atas kesalahan yang pernah dilakukan Leena dan Sulthan.
"Saya atas nama keluarga besar Leena dan Sulthan, meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada Jihan atas tindakan kriminal yang mereka berdua lakukan. Saya siap bertanggungjawab," ucap Pak Jamal.
"Saya sudah memaafkan mereka. Saya ikhlaskan. Semoga mereka berdua dilapangkan jalannya, diampuni dosa-dosanya," jawab Jihan.
"Terima kasih atas kebaikanmu Jihan. Terima kasih juga atas segalanya Pak Arkan. Maaf, sekali lagi maaf," Jamal dan Ghani sedikit membungkukkan badannya.
Arkan merangkul Ghani dan Jamal. Arkan dan keluarga juga sudah memaafkan. Mereka saling menguatkan. Arkan dan keluarga juga melepaskan kepergian Ghani dan Jamal ke Kota Z untuk memakamkan Leena dan Sulthan.
"Selamat jalan Kak Sulthan. Aku ikhlaskan segalanya. Selamat jalan Leena," ucap Jihan.
Arsen memeluk Jihan yang tidak kuasa meneteskan air mata. Arsen sangat paham. Walau bagaimanapun juga Sulthan pernah mengisi kehidupan Jihan. Mereka pernah menikah. Arsen tidak akan cemburu pada orang yang telah tiada.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...