NovelToon NovelToon
Aku Sudah Memaafkan

Aku Sudah Memaafkan

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / cintamanis / Hamil di luar nikah / Kehidupan di Sekolah/Kampus / trauma masa lalu
Popularitas:1.8M
Nilai: 5
Nama Author: yu aotian

"Aku emang cinta sama kamu. Tapi, maaf ... kamu enggak ada di rencana masa depanku."


Tanganku gemetar memegang alat tes kehamilan yang bergaris dua. Tak bisa kupercaya! Setelah tiga bulan hubunganku dengannya berakhir menyakitkan dengan goresan luka yang ia tinggalkan, aku malah mengandung darah dagingnya.

Saat itu juga, aku merasakan duniaku berotasi tidak normal. Aku terisak di sudut ruangan yang temaram. Menyalahkan diri sendiri atas semua yang terjadi. Namun, satu yang aku yakini, hidup itu ... bukan pelarian, melainkan harus dihadapi.


Adaptasi dari cerpen Aku Sudah Memaafkan, ©2022, Yu Aotian

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu aotian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31 : Rasa Manis yang Dia berikan

Tentu aku terkejut saat dia mendadak mengajukan permintaan padaku. Pasalnya, dia belum pernah meminta apa pun padaku saat perayaan hari jadi kami. Aku jadi khawatir jika permintaannya adalah sesuatu yang tak dapat kupenuhi.

"Apa? Apa yang kak Evan mau dari aku?" tanyaku dengan wajah yang menegang.

Sambil tersenyum, kedua tangannya mencubit gemas pipiku. "Kamu harus janji, pulang dari puncak nanti, kamu harus maju sidang dalam waktu dekat."

Napasku segera berembus lega. "Kiraan mau minta apa! Kalo itu sih udah pasti. Udah daftar lagi. Kan jadwalnya emang bulan ini."

"Janji, ya, harus lulus? Soalnya kata Arai kamu sering gak fokus akhir-akhir ini," ucapnya sambil memegang pundakku. Aku menganggap ini sebuah tantangan darinya, sama seperti Arai yang mengajakku bertaruh.

"Iya aku janji. Lagian, beasiswa aku dibayarin cuma sampai empat tahun. Kalo lewat dari itu bisa kena teguran," jelasku antusias.

Seutas senyum kembali tersungging di bibirnya, bersamaan dengan tangannya yang menepuk-nepuk lembut kepalaku.

Kami pun memulai perjalanan ke puncak. Padahal sudah pergi pagi-pagi sekali, tapi kami tetap terjebak macet. Sepanjang jalan, belum ada sepatah kata yang keluar dari mulut kak Evan. Dia terus diam dengan pandangan lurus ke depan. Sebagai orang yang tak bisa membuka obrolan, aku pun ikut terdiam sembari mengigit cokelat batang pemberiannya.

Nada dering di ponselku menghentikan kesunyian ini. Aku memandang layar ponsel yang bertuliskan kontak ponsel Arai.

"Arai, nge-VC, nih!" kataku pada kak Evan. Aku lantas menjawab panggilan video call dari Arai.

"Happy anniversary!" teriak Arai sambil memukul belakang wajan yang sudah menghitam.

Aku menyambut ucapan Arai dengan senyum spontan yang terukir di bibirku. "Berisik tahu!"

"Aku nelepon ke bang Evan, tapi kok nomornya ndak aktif," ucap Arai yang terlihat sedang berada di dapur.

Aku memandang kak Evan. Sejenak ia menoleh ke arah layar ponselku. Hanya sebentar, dia kembali fokus mengemudi. Bibirnya mengatup tak ucapkan apa pun.

"Kak Evan lagi nyetir, soalnya kita masih dalam perjalanan."

"Ya, udah, kalo gitu. Selamat ngerayain anniversary kalian. Kalo bisa, jangan terlalu lama pacaran, udah boleh nikah. Pacaran udah kayak kredit motor, masa mau kayak kredit rumah!" cerocos Arai.

Aku tertawa kecil. Sementara kak Evan masih tetap bungkam dan tersenyum masam. Padahal, biasanya dia akan membalas guyonan Arai dengan meledeknya sebagai seorang jomloan sejati.

Kesunyian kembali membentang saat Arai selesai melakukan panggilan video. Dia masih tak berbicara apa pun, seolah sedang larut dengan pemikirannya sendiri. Aku lantas berinisiatif memutar musik yang ada di playlist mobilnya. Sebuah lagu Ballad hits yang dinyanyikan oleh penyanyi solo pendatang baru, langsung mengalun lembut di pendengaran.

Sendiri, sendiri ku diam

Diam dan merenung

Merenungkan jalan yang kan membawaku pergi

Pergi tuk menjauh

Menjauh darimu

Darimu yang mulai berhenti

Berhenti mencoba

Mencoba bertahan

Bertahan untuk terus bersamaku (Cakra khan_harus terpisah)

Akhirnya perjalanan selama dua jam lebih, mengantarkan kami ke tempat tujuan. Sebuah vila dengan pemandangan birunya kolam renang dan indahnya alam pegunungan menyapa sejuk mataku. Ketika turun dari mobil, aku langsung melepaskan sendal, membiarkan telapak kakiku yang polos bersentuhan langsung dengan rumput Jepang yang empuk.

Kududuki ayunan yang berhadapan dengan kolam renang sembari menoleh ke arah kak Evan yang juga sedang berjalan ke arahku. Pria itu lalu berdiri di belakangku seraya mengayunkan ayunan yang kududuki sehingga aku melayang tinggi ke atas. Rambutku yang tergerai bebas ikut melambai-lambai di udara. Dia berhenti mengayun, lalu duduk berjongkok tepat di hadapanku sambil memegang kedua tanganku.

"Kamu suka tempat ini?"

Aku mengangguk dengan senyum yang merekah sempurna.

Villa milik keluarga kak Evan ini terlihat seperti rumah-rumah pejabat atau pengusaha kaya di kotaku. Memiliki halaman luas, dua teras, dua ruang keluarga, tiga kamar berukuran besar dan dua dapur yang mana salah satunya berada di luar berhadapan dengan pekarangan samping dan kolam renang.

Aku dan dia memilih masak bersama di dapur luar dengan bahan seadanya yang kami beli dalam perjalanan. Kemudian, menyantap hasil masakan di meja samping pekarangan. Usai makan, aku segera mencuci piring kotor di wastafel.

Aku terhenyak ketika kak Evan tiba-tiba menyergapku dari belakang. Tak hanya itu, tangannya mengikuti arah gerakan tanganku yang sedang membersihkan piring dengan spons sehingga tangan kami sama-sama berbalut busa sabun.

"Katanya pengen istirahat," cetusku.

"Tunggu kamu."

"Kalo gitu bantuin aku basuh pi—"

Kalimatku terpotong saat dia membalikkan tubuhku menghadap ke arahnya dan langsung membungkam bibirku dengan kehangatan bibirnya. Gerakan romantis yang begitu tiba-tiba ini, membuat piring melanin yang kupegang terlepas dan langsung jatuh ke lantai.

Aku tersentak ketika dia menaikkan tubuhku di atas wastafel. Jari-jarinya menyusup masuk di antara celah jemariku yang masih dipenuhi busa. Mataku terkulai tak berdaya, merasai setiap manis sesapannya. Dengan tangan yang masih menggenggam, tubuh yang mulai berdekatan, napas yang berbaur satu sama lain, kami membiarkan bibir-bibir kami saling berpagutan.

Jika ini adalah kehidupan pernikahan, tentu kebahagiaanku akan bertambah dua kali lipat. Aku siap menunggu lebih lama lagi untuk menunggunya mewujudkan semua mimpi-mimpiku padanya.

Di luar sana, rinai hujan tengah bercumbu mesra dengan bumi setelah sebelumnya awan telah menyelesaikan percintaannya dengan angin. Sementara kami, dua insan makhluk bumi, tengah bergelung di sofa yang berhadapan langsung jendela kaca seluas dinding. Dia tidur di sofa putih panjang tersebut, sementara aku berbaring telungkup di atas tubuhnya. Udara dingin yang mengirim kebekuan membuat kami memilih saling berpelukan seperti ini.

Kurasakan jari-jarinya menyisir lembut kepalaku.

"Sudah bangun?" tanyaku mencoba mendongak.

"Hum," angguknya.

"Kalo gitu aku mandi dulu, ya!" Aku bersiap beranjak, tapi tangannya mengeratkan pelukan seolah tak mengizinkan aku ke mana-mana.

"Ngapain mandi ujan-ujan gini," lontarnya dengan suara yang terdengar berat.

Kepalaku kembali tersandar di dadanya. Kurasakan kecupannya hinggap di pucuk kepalaku.

Sekali lagi, jika ini adalah kehidupan pernikahan, pasti kebahagiaanku bertambah dua kali lipat. Ah, dasar serakah!

Malam sudah menemui sang waktu. Namun, hujan belum juga usai. Aku duduk bersandar di ranjang sembari memerhatikan kak Evan. Sudah sekitar dua jam, pria itu duduk diam di kursi samping jendela kamar dengan earphone yang terpasang di telinganya. Sepasang matanya menutup dan kedua tangannya bersedekap.

Bukan hal baru melihatnya seperti ini. Namun, ini baru pertama kali ia lakukan di perayaan hari jadi kami. Cukup aneh! Apalagi, seharian ini ia mendadak tak banyak bersuara. Ya, dia memang tak secerewet Arai, tapi juga tak sependiam diriku.

"Kak Evan ...."

Dia membuka mata dengan pelan, lalu menurunkan earphone-nya.

"Kak Evan baik-baik aja?"

"Ya ...."

"Aku kira kak Evan kurang enak badan."

Dia diam sejenak, lalu berkata, "Aku hanya bingung cara memulainya."

"Heh? Memulai apa?" Sepasang alisku sontak bergelombang.

Dia tersenyum, lalu kembali berkata, "Aku hanya bingung ... cara buat nyerang kamu malam ini."

Dia berdiri, kemudian merangkak menaiki ranjang, menghampiriku yang duduk menekuk lutut sambil bersandar dalam balutan selimut. Melihatnya yang semakin dekat menghampiriku, jari-jari tangan ini spontan meremas selimut.

Dia berhenti, duduk bersimpuh tepat di hadapanku. Kami berpandangan dalam diam. Pelan-pelan, ia mengambil kedua tanganku, mendekatkan ke bibirnya untuk dikecupi dengan lembut. Senyum lantas tersulam di bibir kami masing-masing. Inilah dia, pria yang selalu menawarkan hal manis untuk kucecap.

"Kayaknya aku butuh pengisian daya," ucapnya sambil mengembangkan senyum.

Iris warna gelap itu masih mengunci manik mataku. Suasana kian hening hingga napasnya mulai menyapa permukaan wajahku. Beriringan dengan itu, kurasakan kehangatan saat bibirnya menempel sempurna di bibirku. Dalam. Ciuman ini terlalu dalam. Tak sama dengan ciuman yang pernah kurasakan sebelum-sebelumnya. Seperti ingin menyampaikan sebuah pesan yang tak mampu dilontarkan dengan kata-kata.

Senyum tipis kembali bertengger di bibirnya seiring tangannya berhasil melepaskan tali dress yang kupakai malam ini. Ada sedikit rasa gugup yang menerjangku karena kami sudah lama tak membuat peleburan jiwa. Sialnya, tubuhnya selalu berhasil mengalirkan kehangatan yang membuatku nyaman. Hingga aku terombang-ambing dan tenggelam begitu jauh. Lagi dan lagi.

Meski di luar sana, hujan seolah tak mau berhenti lengkap dengan petir-petirnya, tapi kami berhasil membuat musim panas di kamar ini. Seolah tak mengenal waktu yang merangkak maju, kami terus larut dalam gerakan seirama. Napasnya membakar sendiku. Degup dadaku bergetar kuat. Dia sungguh hebat malam ini. Aku takjub. Entah sudah ke berapa kalinya aku berdenyut dalam tubuhnya.

Hingga aku bisa merasakan sebuah cahaya membelai kulitku dan memaksa kedua mataku terbuka. Sudah pagi ternyata. Entah sudah pukul berapa. Aku belum sanggup memulihkan kesadaranku. Dalam pandangan yang samar, aku melihat punggung telanjang kak Evan. Pria itu duduk di tepi ranjang membelakangiku.

"Kak Evan udah bangun dari tadi, ya?" Aku langsung duduk dan memakai kembali busanaku.

"Ita ...," panggilnya serak, hampir tak terdengar. Posisi duduknya masih setia memunggungiku.

"Hum ...."

"Kita akhiri sampai di sini aja, ya ...."

.

.

.

Like dan komeng

1
Ayu sutriani
wah pasti arai tuh yg barusan keluar dari lab, kalau benar senang nya😍
Diah Ayu Lukitowati
Adik untuk Evan? sel punca kan maksudnya.
gameta
sudah waktunya Ita tau Van gmn perjuanganmu selama ini,,,,, kyanya emang yg d lihat Ita beneran arai deh🤔🤔
Iroel Airoel
deg2 an
anitalita
jangan2 seseorang yang memakai jas laboratorium di ujung koridor rumah sakit yang memegang gagang kacamatan yang saling melempar senyum sama dokter evan dan saling berbalik itu arai si jomblo belitung.
iya kan kak yu?.... klo baca karya novelnya ka yu tuh mesti jeli... sebenernya w ga mau nebak2 takut salah tapi klo ga diungkapin ngeganjel dihati/Grin/
🥀 UCHRIT Ossy 🔥
ya ketahuan dong
Yoseva
kenapa aku seperti familiar dg adegan seperti ini???🤔🤔🤔
Ulil: maksud nya udah kebaca alur ceritanya
total 1 replies
Nany Setyarsi
ketahuan dong kalo akun arai ternyata milik evan
👣Sandaria🦋
yah... pasti di hari terakhir gak ada acara api unggun diiringi lagu "Kemesraan" dong Om. itu yg paling kuingat soalnya😅
Rosini Salikha
Lanjut lg kk😁
gulali
waduhhh.....ketahuan ini sama si Ita
kira2 gimana ya reaksi Ita ???
ayunda
nah lo... ketauan jg ahirnya, jd inget sm bang kei dan ameena yg ketauan pke akun bernama nisa
bunga cinta
akhirn yg tidak terduga
mybaby_huy
udah suudzon aja saya m Dion 😁 maaf ya Dion😅
essS
akankah langsung terbongkar?
1 masalah selesai, datang lagi masalah selanjutnya..
Keynandra
oo.. ketahuan deh...
Mamihna Allyne N Adlie
yaelah...ada2 masalah datang silih berganti. kasihan evan, kak yu
Rosmazita Imah
kan dah kantoi. please berterus terang evan.
Daisy❤️HilVi
halaaaaahhh di gantung lg kan😆
Alta Najwa
selalu bkin penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!