Tragedi Ranjang Kakak Tiri

Nao melirik sekeliling saat mobil itu berhenti di tepi jalanan yang sepi. "Kenapa berhenti? kau mau menurunkanku?."

"Sudah ku lakukan dari tadi jika mau." Timpal Ares tetap dengan sikap dinginnya.

"Lantas?." Nao tak mengerti.

Ares mendekatkan wajahnya hingga hampir menindih Nao.

"Tunggu apa yang akan dia lakukan?." Batin Nao tegang saat wajah Ares hanya beberapa senti dari dirinya.

Ares tersenyum sekilas sambil menjitak pelan kening Nao. "Apa yang kau pikirkan sampai menatapku seperti itu?."

Setelah selesai memakaikan sabuk pengaman mobil pada tubuh Nao, Ares kembali pada posisinya. "Di depan ada polisi jangan merepotkan sampai lupa pakai sabuk."

Nao menghela nafas berat, kirain apa pikirnya padahal pikiran Nao sudah menerawang kemana-mana. "Ck aku bisa sendiri kak, kau tinggal bilang saja."

Ares diam sejenak tak langsung melanjutkan perjalanan. "Nao.."

"Ya?." Balas Nao tanpa menatap ke arah Ares, wanita cantik itu hanya meringkuk dengan pandangan ke luar jendela.

"Jangan terlalu akrab dengan semua pria termasuk Ben!."

"Dia sahabatmu juga kan? tak masalah selagi masih baik, apa hakmu melarang ku?." Balik tanya Nao yang membalas tatapan Ares.

"Kau adikku."

"Aku tahu."

Ares menatap tajam Nao. "Mama memberikanku kepercayaan untuk menjagamu jadi patuhlah!."

"No!."

"Mau ku turunkan di sini??." Ancam Ares.

"No! kau gila???." Pekik Nao.

"Maka patuhlah!."

"Iya-iya." Bohong Nao demi tidak ditinggal di tengah jalan.

Ares kembali menancap gas membelah jalanan raya.

Sudut mata indah Nao melirik Ares yang fokus menyetir. "Tentang pesta waktu itu maafkan aku yang tiba-tiba menciummu." Ujar Nao tak nyaman. "Aku harus melakukannya."

Seketika adegan ciuman panas yang mereka lakukan kembali terlintas dalam benak Ares, namun ia tampak acuh saja seolah tak peduli.

Nao semakin kesal dengan sikap dingin pria di sampingnya ini yang terus mendiamkannya tak seperti biasa. "Ya seharusnya aku tak membahas itu dan melupakannya!."

Tanpa sepengetahuan Nao Ares menyunggingkan senyum tipis. "Sepertinya waktu itu aku membantumu maka suatu saat bantu aku juga untuk melakukannya."

Nao yang belum paham maksud Ares hanya diam saja, hingga beberapa saat di perjalanan mereka sampai di rumah.

.

.

Beberapa hari kemudian.

Tepat hari ini Ares wisuda berhasil menyandang gelar S2 nya.

Sarah dan Agam menghadiri juga Andrew, sementara Nao tidak hadir karena jadwal wanita itu yang semakin padat.

Malam harinya pukul 20:00 malam..

Nao yang hendak pulang didatangi pegawai perempuan. "Naomy tuan Ares menyuruhmu datang ke ruangannya."

"Bukankah dia wisuda?."

"Setelah acara itu selesai tuan Ares kembali ke perusahaan pada jam 1 siang."

"Baiklah." Balas Nao mau tak mau ia harus menemui kakak tirinya.

Setibanya di depan pintu ruangan Ares, Nao pun masuk ke dalam ia terkejut saat di sana begitu gelap hanya remang-remang cahaya dari luar perusahaan.

"Apa ada orang??? Ares?." Tanya Nao mengelilingi ruangan itu sambil berusaha mencari saklar lampu.

Deg!

Nao seketika mematung saat sebuah tangan kekar perlahan melingkar pada perut rampingnya, wangi tubuh yang begitu Nao kenal. "Kak kau kah itu?."

"Aku butuh bantuanmu." Bisik Ares.

"Apa harus dengan memelukku seperti ini?." Sindir Nao yang tak bisa lepas.

"Tak ada waktu untuk bertanya waktu kita sedikit."

Nao diam sejenak di sini Ares tampak serius. "Aku sengaja mematikan lampunya dan sekarang ikut aku!."

Perasaan Nao tak tenang saat Ares membawanya ke kamar pribadi pria itu. "T-tunggu apa ini? kenapa membawaku ke sana? lapor mama ya!."

"Ck diamlah!."

Setibanya di kamar pribadi milik Ares, Ares membisikkan sesuatu pada Nao yang membuat wanita cantik itu melotot. "Sekarang!? kenapa harus aku yang lain saja bisa kan!."

"Ingat aku pernah membantumu!." Tegas Ares yang tidak menerima penolakan.

Sementara di luar ruangan Ares, seorang wanita cantik menghampiri bodyguard penjaga atasannya. "Aku calon tunangan tuan kalian, sudah tahu bukan?." Ujar Tessa yang tak mau banyak omong.

Karena mengetahui rumor bodyguard itu langsung mempersilahkannya masuk ke dalam.

Tessa masuk dan tentunya ia terkejut saat ruangan Ares begitu gelap.

"Aahh... Ahhh!..."

D*sahan lembut yang tiba-tiba terdengar membuat Tessa melotot serta langsung berjalan menuju kamar pribadi Ares. "Apa-apaan itu? tidak mungkin Ares!?."

.

TBC

Tinggalkan komentarnya dan dukung author!