Kecelakaan tragis yang menimpa Dave di hari pernikahannya membuat XyRa merasakan patah hati hebat. Janji setia sehidup semati pun berganti dengan ucapan duka cita dan belasungkawa.
XyRa yang separuh jiwanya seakan ikut pergi bersama Sang calon suami sampai tak sadar jika sudah di nikahi oleh sepupu pria yang di cintainya tersebut.
Semua karna orang tua XyRa tak sanggup melihat kesedihan di wajah putrinya, terlebih acara pernikahan sudah siap di laksanakan..
"Saya Terima nikah dan kawinnya XyRa Rahardian Wijaya dengan mas kawin tersebut di bayar, Tunai"
Sebuah kalimat Ijab Qabul lantang di suarakan oleh Axel, duda beranak satu yang di tinggal selingkuh istrinya 4 tahun lalu.
Bisakan XyRa menerima pernikahannya dengan Sang suami pengganti?
Lalu, bagaimana ia harus menerima statusnya yang tak hanya menjadi istri melainkan langsung menjadi ibu sambung dari seorang anak kecil yang haus kasih sayang?
Ikuti terus kisahnya, sediakan kanebo buat air mata ya, 😇😇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 09
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Semua berawal dari perkenalan Axel dan Maya, gadis cantik yang ternyata kekasih sahabatnya sendiri. Ketiganya memang cukup dekat bahkan Axel selalu menjadi teman berkeluh kesah Maya saat ia sedang bertengkar atau mencari keberadaan sang kekasih. Seperti halnya hari ini, Maya datang menemui Axel di kantornya di jam. pulang hanya untuk membagi rasa kecewa yang sedang ia alami.
"Aku menyesal datang ke Apartemen Rian jika ku tahu ada gadis lain disana," ucap Maya di sela isak tangisnya.
Wajar rasanya jika Maya harus terluka dengan pengkhianatan yang selalu dia dapatkan dari Rian, sosok pria yang ia cintai kurang lebih dua tahun. Bukan semakin serius, nyatanya hubungan itu kian berantakan dengan sikap Rian yang selalu bermain api.
"Aku udah gak bisa bantu apa-apa lagi, May. Rian gak pernah dengar omonganku," balas Axel yang sudah melakukan apa yang ia bisa demi hubungan Maya dan Rian.
Sesakit apapun gadis itu terluka, ia tak pernah mengakhiri status Pacarannya tersebut, begitu pun dengan Rian yang hanya beralasan bosan dan berjanji akan kembali. Axel yang sebenarnya sudah sangat muak kini hanya bisa jadi pendengar yang baik sebab ia pun tak pernah punya pengalaman berpacaran dan tak sekalipun merasakan indahnya jatuh cinta yang kata orang orang bisa membuat lupa diri dan mabuk kepayang.
"Aku akan balas dendam padanya, aku ingin ia merasakan apa yang aku rasakan, Axel!" tekadnya dengan tangan mengepal menahan kesal.
Axel hanya mengernyitkan dahi, ia tak menaruh curiga atau berpikir yang macam macam pada kekasih sahabatnya tersebut. Mengenal Maya layaknya seperti saudara sendiri, sedekat apapun mereke nyatanya tak pernah tumbuh rasa cinta.
"Pikirkan baik-baik jika ingin melakukan sesuatu, jangan sampai merugikan dirimu sendiri," pesan Axel yang tak jawab oleh Maya.
Ia yang bangun dari duduknya karna sudah hampir dua jam bersama langsung mengajak Maya untuk pulang, Axel yang tahu jika wanita itu tadi datang menggunakan Taksi pun kini mau tau mau mengantar ke Apartemennya lebih dulu.
"Terimakasih ya, Aku gak tahu gimana hidupku jika tak ada kamu, Axel. Kamu selalu ada untukku," ucap Maya saat di perjalanan pulang.
"Hem, aku hanya melakukan apa yang aku bisa selebihnya terserah pada kalian," jawab Axel santai dengan mata masih fokus pada jalan di depannya.
Keduanya terus mengobrol tentang Rian dan keputusan Maya yang mungkin akan bicara baik baik untuk memutuskan hubungan mereka, tak perduli dengan janji manis pria itu karna Maya sudah lelah terus di selingkuhi.
"Aku tak bisa mampir ya, ini sudah malam," ujar Axel ketika mobilnya sudah berada di parkiran Apartemen.
"Baiklah, tapi boleh aku minta sesuatu?"
"Apa?" tanya Axel,
"Datanglah besok malam ke Apartemenku, kita makan bersama, akan ku buatkan ikan bakar kesukaanmu, bagaimana?"
"Tak perlu repot repot, May," tolak halus Axel.
"Anggap ini semua adalah ucapan terima kasihku, karna jika aku sudah berpisah dengan Rian hubungan kita pun tak mungkin seperti ini lagi, apa yang akan ku ceritan padamu, hem?" kekeh Maya pelan.
"Kamu benar-benar memanfaatkanku, May!" balas Axel, keduanya pun akhirnya tertawa dan mereka sepakat akan makan bersama besok malam di Apartemen Maya.
Wanita itu pun akhirnya bergegas turun dari mobil Axel dengan membawa perasaan lega, ia selalu nyaman bicara dengan Axel meski kadang merasa di abaikan sebab Axel jarang sekali menatapnya dengan intens.
.
.
.
Esoknya, Maya yang sudah dari sejam lalu bertempur di dapur akhirnya bisa bernapas lega saat semua hidangan selesai tertata di meja makan. Ia tersenyum simpul ketika melihat satu persatu piring yang sudah terisi beberapa makanan favorit Axel.
"Maafkan aku," ucap lirih Maya, ia memegang dada lalu meremat baju bagian atasnya itu karna ada banyak perasaan yang kini rasakan, mulai dari takut, khawatir hingga cemas jika apa yang di rencanakan akan gagal.
Maya yang tak punya waktu banyak karna Axel ternyata sudah di jalan menuju apartemennya akhirnya memutuskan untuk mandi dan berdandan secantik mungkin.
Tapi, sebelum ia membersihkan diri, Maya memastikan juga Rian datang tepat waktu dimana ia harap semua rencananya akan berjalan sesuai yang ia harapkan.
Tiga puluh menit berlalu, Maya yang sudah rapi bangun dari duduknya di sofa ruang tengah saat mendengar bell pintu berbunyi, ia yakin jika yang datang sekarang adalah Axel sebab Rian akan menyusul beberapa saat setelahnya.
Ceklek
"Hai, lama ya?" tanya Axel basa basi sambil masuk ketika sudah di persilahkan.
"Aku juga baru selesai mandi, kamu udah laper? kita makan sekarang yuk," ajak Maya, telat sedikit saja rencananya pasti akan berantakan.
Axel yang mengangguk lalu ikut dengan Maya ke meja makan, senyum simpul terlihat di wajah tampan pria itu mana kala ia melihat satu persatu hidangan yang tersaji.
"Mari makan, manjakan perutmu itu dengan masakanku ya," kekeh Maya.
Axel tahu, wanita itu memang pandai memasak dan ini bukan pertama kalinya ia makan makanan buatan Maya, sejujurnya ia begitu hampir mendekati sempurna dalam kategori calon istri tapi entah kenapa Rian seolah tak ada puasnya mendapatkan satu wanita dalam hidupnya.
Keduanya makan sambil di selingi obrolan obrolan kecil tanpa membahas tentang Rian, jika sudah begini Axel hanya menimpali apa yang di ceritakan oleh wanita yang ada di sebelahnya sekarang.
"Huft, ini makan malam terbaik, terima kasih ya," puji Axel jujur dalam hati.
Perutnya memang benar-benar di manjakan hingga kenyang. Jadi tak salah jika ada kepuasan tersendiri yang di rasakan oleh Axel terlebih Ian memang belum makan apapun lagi saat pulang dari kantor.
Axel yang seorang General Manager di salah satu perusahaan cukup besar di ibukota memang sangatlah sibuk karna ia masih bergantung pada peraturan di tempatnya bekerja, ia yang pintar dan pastinya tampan membuat siapapun kagum padanya karna sudah cukup sukses di usia muda dah masih lajang.
"Sama-sama, akun senang jika kamu menikmatinya. Semua ini tak ada bandingannya dengan rasa sabarmu yang selalu mendengarkan semua keluh kesah sambil menghapus air mataku," kata Maya yang menundukkan kepalanya.
"Sudahlah, aku hanya ingin yang terbaik untuk kalian saja," balas Axel sambil mengusap pelan punggung Maya, hal yang biasa pria itu lakukan untuk menenangkan wanita itu.
Usai berbasa basi, Maya mengajak Axel ke ruang tengah, tak ada penolakan dari Axel karna tak mungkin juga langsung pamit pulang setelah perutnya terisi penuh.
"Aku buat kue kering juga, dan ini kopi untukmu," ucap Maya sambil menaruh piring cemilan dan minuman untuk tamunya itu.
"Terimakasih," jawab Axel, ia mencicipi satu kue yang rasa manisnya cukup pas untuknya, pujian pun di layangkan lagi oleh Axel sampai kedua pipi Maya sedikit merah merona.
"Minumlah, jangan sampai kamu tersedak."
Axel pun langsung meraih cangkir kopinya lalu meneguknya sedikit demi sedikit. Rasanya lagi dan lagi sungguh pas untuk ia yang memang penikmat kopi sejak masih di bangku kuliah.
"Kopi buatanmu makin enak, Rian beruntung memilikimu, May."
"Tidak, dia tak suka semua ini, dia lebih senang makan di luar karna tak harus repot-repot berterimakasih padaku," jawab Maya sedih.
"Dia tak sejahat itu, percayalah."
Entah dorongan dari mana, Axel malah meraih tangan Maya lalu di remasnya perlahan karna ada sesuatu juga yang ia rasakan saat ini. Tubuhnya panasa dan ada gejolak yang tak bisa ia tahan saat miliknya tiba-tiba saja meronta dari balik celana.
"Maya--aku kenapa?" tanya Axel yang bingung sendiri mengartikan dirinya saat ini.
Tak ada jawaban dari Maya, ia hanya mengusap pipi Axel dan dalam hitungan sekian detik bibir mereka malah sudah saling *******.
Ini adalah ciuman pertama bagi pria itu tapi tidak dengan Maya yang sudah jadi ahlinya sejak berpacaran dengan Rian.
Tak perduli dengan bibirnya yang seolah tebal, Axel terus menyeAP. nyA dengan rasa penasaran apalagi saat Maya ingin menerobos dengan lidahnya.
LengUHAn pun mulai terdengar manakala tangan Maya sudah aktif membuka kaos yang di kenakan Axel hingga pria di depannya itu kini sudah bertelan JaaanG daDaaa.
"Maya---," de sAH Axel di telinga kanan wanita yang ingin sekali ia jamah padahal jelas itu tak halal untuknya.
"Teruskan, lakukan apa yang ingin kamu lakukan, Sayang," balas Maya, ia yang ikut tera NGSanGG mulai memasrahkan tubuhnya.
Tak kalah dengan pria karna wanita pun akan suka jika mendapat semua yang pertama begitu pun dengan Maya yang seolah mendapat sensasi baru bersama Axel.
Mereka yang awalnya duduk di sofa kini sudah berbaring dan entah siapa yang memulai lebih dulu karna nyatanya lidah dua orang yang tak memiliki status apapun itu sudah saling membelit satu sama lain. Tak hanya baju bagian atas Axel yang terbuka karna nyatanya hal serupa pun di lakukan oleh Maya bahkan kain penutup Si gunung kembar sudah entah berada dimana.
Satu persatu di daging kenyALL itupun di lahap secara bergantian oleh Axel yang baru pertama kalinya ia lihat dan ia nikmati. Mata hatinya seolah tertutup oleh hawa napsu sesaat yang pastinya akan membuat pria itu menyesal seumur hidup karna sudah berani bermain-main dengan hal yang selama ini ia hindari.
Puas dengan menu pembuka, kini saatnya ke menu utama. Tapi, sebelum Axel menerobos lebih jauh hatinya seakan tercubit. Ia hanya memegangi miliknya yang seakan ragu untuk mengacak-acak surgawi milik wanita di bawahnya kini.
"Ayo, Axel," mohon Maya, ia yang merasa sudah tak tahan dan takut semua gagal akhirnya mengambil alih permainan hingga akhirnya Axel pasrah dengan apa yang di lakukan Maya yang saat ini berada di atas tubuhnya bagai seorang joki balap kuda, semua benar benar terjadi begitu saja tanpa bisa dikendalikan oleh Axel sampai akhirnya ia puas dan---
.
.
.
Terima beres!!!
Kesalahan besar kalo kamu niatnya bawa dia tinggal di rumah mu,Awas ya..
Mulai deh kompliknya,Baru juga Xyra ingin bahagia .huufff...🙇🙇🙇