Aluna adalah seorang gadis cantik dan seorang Hacker yang sangat hebat, namun ia menutupi kehebatannya itu untuk membalas dendam kepada seseorang dimasa lalunya, sampai ia bertemu dengan CEO menyebalkan yang membuat harinya berwarna, mampukah Aluna membalaskan dendam masa lalu yang telah menghancurkan hidupnya, dan juga mampukah Aluna menerima cinta pria menyebalkan yang terus mengusik harinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sabia X, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sahabat Lama
Satu bulan berlalu Juna dan Luna tak pernah lagi bertemu menyisakan kekosongan di sudut hati yang paling dalam dari diri mereka, angin yang begitu lembut mempermainkan rambut Luna yang tergerai indah, tatapan itu lurus ke depan memandang hamparan laut biru dihadapannya,
“Aluna,” sapa suara pria yang sedikit ragu untuk menyapa karena takut salah orang, Luna mendongakkan kepalanya kesamping, kearah suara yang memanggilnya, terlihat wajah putih bersih dengan rahang kokoh mata sedikit sipit rambut lurus dengan hidung mancung serta bibir yang seksi karna terdapat belahan dibibir pria dihadapannya, Luna memicingkan matanya mengingat pria dihadapannya.
“Siapa?” tanya Luna cengoh.
“Astaga beneran kamu, kamu lupa sama aku, Haris prasetyo” ucapnya penuh binar kebahagiaan walau yang disapa tidak terlalu ingat dengannya.
“Ketos?!” jawab Luna mengingat nama itu, ketua osis nya waktu dibangku menengah pertama.
“Akhirnya kamu ingat, sendiri?” tanya Haris duduk disebelah Luna namun memberi jarak, agar Luna tidak risih.
“Enggak sih sama temen kampus, ada acara, rame-rame kamu?,”
“Oh, sama aku juga lagi ada acara ma temen-temen, santai aja sih healing, hehe” Haris menjawab dengan cengengesan sembari melirik Luna, gadis yang dari dulu sangat amat ia kagumi, lama tidak bertemu, membuat Haris semakin takjub karena Luna semakin cantik dan seksi walau sekarang Luna hanya memakai celana jeans dan kaos berwarna putih, tapi tetap tak mengurangi sedikitpun kecantikannya, Luna yang mendengar hanya tersenyum,
“Lun..”
“Hmm”
“Kalau duduk berdua denganmu begini serasa membawa adik SMP aku,” ledek Haris yang melihat Luna hanya terdiam dengan tatapan kosong, membuat Luna menoleh membulatkan matanya kearah Haris.
“Habis kamu masih imut sekali, kamu yang terlalu imut atau aku yang terlihat tua,” lanjut Haris membuat guyonan agar Luna tidak berdiam diri.
“Ck, menyebalkan,” Haris tertawa melihat bibir Luna yang cemberut.
“Makanya, jangan kayak orang patah hati saja,” ledek Haris kembali.
“Sudah pergi sana aku ingin sendiri, gangguin saja,”
“Astaga kau tega sekali kita ini lama gak ketemu lo, masa main usir, gak kangen ma ketos mu ini,” Luna langsung mencebik kan bibirnya mendengar ucapan Haris.
“Mau banget gitu dikangeni, males banget siapa lo,”
“Hahaha, orang yang selalu mengagumi mu, sudah jangan sedih terus, pantai itu bukan hanya dilihat tapi juga dihampiri.” Haris langsung menarik tangan Luna membuat Luna seketika tertarik berdiri Haris terus menarik tangan Luna mengajaknya berlari mau tidak mau Luna ikut berlari, Haris tertawa puas terus menarik tangan Luna hingga ke bibir pantai seketika ombak langsung menyapa kaki mereka, membuat Luna meloncat karena geli, Haris semakin tertawa melihat tingkah Luna yang lucu, Haris kembali membuat ulah mencipratkan air laut kearah Luna membuat Luna seketika terpekik.
“Haris!” baju gua putih gila, tidak akan hilang kena air laut.” teriak Luna kesel.
“Nanti aku ganti,” ucap Haris kembali melakukan hal yang sama, membuat Luna seketika membalas jadilah mereka bermain air melupakan masalah yang ada, dari jauh seseorang mengepalkan tangannya rahangnya mengeras menahan amarah melihat pemandangan dihadapannya siapa lagi kalau bukan Arjuna yang tanpa sengaja ia juga mempunyai acara yang melibatkan tempat kuliah Luna berada.
Setelah puas bermain di pantai Luna kembali ke penginapan diantar oleh Haris.
“Astaga Luna, kenapa kamu basah semua,” tanya Mira terkejut melihat Luna yang basah kuyup.
“Ni ulah si haris,” jawab Luna, mengibaskan bajunya yang terkena pasir Mira menatap pria disebelah Luna dengan intens, orang yang ditatap hanya nyengir.
“Maaf Lun, tapi kan asik dari pada bengong sendirian, nanti kalau kesambet gimana,”
“Alasan, bilang aja lo modus,” Haris tertawa ngakak.
“Bukan modus, hanya pengen lihat lo senyum aja, .”
“Dah balik sana, makasih ya waktunya, gua mau mandi dulu,” Luna langsung ngeloyor masuk tanpa menunggu jawaban dari Haris, membuat laki-laki itu hanya garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“Permisi,” ucap Haris kepada Mira yang masih berdiri disana memandangi Haris dan masuk kedalam penginapan setelah melihat laki-laki itu pergi. Tak lama Luna keluar dari kamar mandi dengan memakai pakaian yang sudah lengkap.
“Siapa Lun?” Mira langsung bertanya karena tak mau mati penasaran.
“Oh, ketos kita dulu waktu SMP, Alex kenal kok, kalau gua dulu gak begitu sih, kenapa?”
“Kayaknya tuh cowok suka sama kamu, kalau lihat dari tatapannya.”
“Sok tau lo, tapi siapa juga yang tidak terpesona dengan pesona gue, secara gue kan cantik,” Luna mengedipkan sebelah matanya.
“Najis, dasar sok imut, jadi sudah move on dari CEO Arjuna Sebastian Brown, kalian masih berhubungan?”
“Kenapa jadi bahas dia sih, malas gua, udah gak, hanya masih bantu perusahaan tuh orang, habis ini kita kemana, gua laper,” Luna menghempaskan tubuhnya di ranjang melepas penat.
“Dasar pikun, kan nanti malam acara puncaknya, bakalan ada tamu dari luar yang mengisi materi untuk kampus kita, gimana sih kamu,” Luna cengengesan karena beneran ia lupa kalau acara nya malam nanti.
“Maaf, kan lupa, boleh gak, gak hadir malas gua, pasti membosankan."
“Enak saja, gak bisa karena bakal diabsen sama ketua, mau lo kehilangan nilai, tinggal duduk manis saja apa susahnya,” gerutu Mira membuat Luna tersenyum dan memeluk sahabatnya itu erat sembari mendaratkan ciuman di pipi gembul Mira karena sangat gemes, membuat Mira berteriak.
“Dasar bocah edan, jangan cium aku, nanti aku ketularan cantik kamu,” seloroh Mira membuat Luna tertawa ngakak mendengarnya.
“Mimpi!” teriak Luna penuh kemenangan. Terdengar pintu diketuk dari luar membuat mereka saling tatap.
“Buka sono paling juga pacar lo,” ucap Luna cuek kembali membaringkan tubuhnya memeluk guling, membuat Mira langsung melempar bantal kearah Luna sembari berdiri membuat Luna cekikikan mencoba memejamkan matanya, sampai ia tak tahu Mira entah kemana karna tidak juga kembali sedangkan Luna sudah terlelap dengan damai.
Senja sudah menenggelamkan dirinya dengan sangat manis menyisakan semburat merah di langit yang begitu angkuh ingin menunjukkan pekatnya malam, Mira hanya menggelengkan kepalanya melihat Luna yang masih asik dalam buaian mimpi, di goyangnya lengan itu perlahan agar sahabatnya terbangun karna sebentar lagi acara dimulai.
“Lun, bangun, kebo amat sih tidurnya,”
“Masih ngantuk, sebentar lagi,” jawab Luna dengan malas.
“Kalau gak bangun, aku tinggal nih, aku sudah siap lo,” dengan malas Luna duduk dengan mata masih terpejam membuat Mira gemes sekali melihatnya dan mencubit pipi Luna gemes.
“Menggemaskan banget sih bangun tidur,” Luna hanya mengerucutkan bibirnya tak bersemangat dan membuka matanya melihat Mira yang sudah siap dengan pakaian almamaternya.
“Emang siapa sih yang jadi pembicara materinya, nyebelin banget bikin acara di pantai begini,” gerutu Luna.
“Semua orang suka kali Lun, kamu aja yang gak suka, lagian sore tadi kamu juga seneng-seneng tuh main air ma calon pacar, bilang gak seneng,” sindir Mira sembari tersenyum.
“Pacar-pacar, gak ada arah kesana, masih ngurusin yang belum kelar, ngomong-ngomong kalian tadi kemana, Alex kan tadi yang datang?”
“Hmm, ke pantai lihat matahari terbenam sama ayang beb, romantis banget kamu sih, malah asik ngebo mau diajakin sudah sana mandi, keburu dingin,” perintah Mira.
“Males, gua kan tadi udah mandi, mau cuci muka aja terus ganti baju,”
“Ya udah buruan, nanti aku tinggal, Alex sudah disana masalahnya ia ikut ngurusi kegiatan.”
“Iya..iya cerewet,” Luna bangkit menuju kamar mandi dan tak lama keluar dengan wajah yang terlihat sangat segar dengan cepat ia berganti baju memakai celana jeans panjang dan kemeja warna putih tak lupa memakai jas almamaternya, dengan cepat menguncir rambutnya kebelakang, hanya dandanan simpel, tapi tetap membuat seorang Aluna Larasati terlihat imut, cantik dan mengemaskan, Mira hanya mendengus melihat sahabatnya.
“Sahabatku satu ini selalu cantik apa pun yang dipakai, sudah ayo cepat,” Luna terkekeh mendengar ucapan Mira.
“Sabar kenapa sih, belum memakai sepatu nih,” jawab Luna memasang sepatu kets nya buru-buru karna Mira sudah berdiri didepan pintu, akhirnya mereka pun keluar dari penginapan menuju auditorium dimana acara diselenggarakan, disana sudah sangat ramai penuh dengan para mahasiswa dan dosen yang sudah berkumpul, dan acara sudah dimulai dengan berbagai kegiatan sebelum acara inti dimulai, Luna duduk paling belakang, bukan karna kehabisan duduk, ia hanya malas dan ingin menyendiri dan terpaksa Mira mengikuti, ia tak kan membiarkan Luna kesepian karna ia tahu saat ini Sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja setelah berpisah dengan Arjuna.
ceritanya..
ini masa ketembak lsg ambruk pdhal ga ngenai vital.