Clara yang tak tau apa-apa.. malah terjebak pada malam panas dengan seorang pria yang tak dikenalnya akibat dari jebakan seseorang. Dan dihadapkan pada kenyataan jika dirinya tengah hamil akibat malam panas pada malam itu.
Akankah clara mempertahankan kehamilannya itu, atau malah sebaliknya? Dan siapakah pria yang telah menghamilinya? Dan siapa yang telah menciptakan konspirasi tersebut?
Yuk simak kisah clara disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Shine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Saat telah sampai di kediaman keluarga Davidson, Airlen yang baru kembali dari rumah sakit bukannya langsung istirahat di kamarnya, tapi justru menuju ke dapur.
Sesampainya di dapur Airlen seperti tengah mencari sesuatu, entah apa itu.
"Bibi! Bibi Ajeng...!" panggil Airlen pada salah satu pelayan yang bertugas di dapur.
"Iya Tuan muda, Anda memanggil saya?" ucap salah seorang pelayan yang dipanggil namanya oleh Airlen.
"Dimana semua kacang-kacang ku? Kenapa tidak ada satupun di sini?" tanya Airlen seraya menunjuk tempat yang biasa kacang kesukaannya disimpan.
Ya, Airlen pergi ke dapur hanya untuk mencari kacang yang ia rindukan selama beberapa hari ini berada di Villa mommy dadakannya, Clara. Pasalnya... Selama dirinya di sana tak satupun kacang yang dapat dia rasakan, mengingat jika dirinya yang berperan sebagai Arsen mengidap penyakit alergi terhadap kacang-kacangan. Membuatnya hanya harus menelan saliva saja saat melihat semua kacang yang ia sukai hanya dilewati saja saat tengah ikut berbelanja.
"I-itu...."
"Itu, itu, apa?! Yang jelas kalau bicara!" sentak Airlen yang sudah terlanjur marah karena tak menemukan satupun kacangnya.
"Nyo-nyonya... Nyonya...."
"Granny? Apa Granny yang menyimpannya?" tanya Airlen dengan tak sabaran.
Sedangkan pelayan itu hanya tersenyum meringis, tak membenarkan ataupun menyangkalnya.
"Granny...!! Granny...!!!" panggil Airlen seraya berlari untuk segera bertemu dengan orang yang dicarinya.
"Ada apa Airlen?! Tidak usah berlarian! Apa kau tak ingat jika kau baru saja keluar dari rumah sakit?!" tegur tuan Arkhana yang melihat anaknya itu berlarian.
"Iya, Dad. Sorry..." ucap Airlen dengan senyum dipaksakan. "Oh ya, Dad. Apa Daddy melihat Granny?" lanjutnya dengan bertanya.
"Ada apa mencari Granny?" tanya Granny Aerin yang tiba-tiba sudah berada di sana.
"Granny, apa Granny yang menyimpan semua kacang Airlen?" tanya Airlen yang langsung pada intinya, karena tak ingin lagi menundanya. "Dimana? Dimana Granny menyimpannya..? Cepat katakan Granny..." ucapnya tak sabaran.
"Sudah Granny buang."
Jedder!!!
Bak petir di siang bolong, ungkapan Granny Aerin membuat Airlen menatap tak percaya wajah yang selama ini juga dirindukannya.
"Tapi, tapi kenapa, Granny?" tanya Airlen dengan wajah memelas.
Melihat itu sebenarnya Granny Aerin tak tega. Ingin sekali dirinya langsung memberikan apa yang cucunya inginkan saat ini. Tapi jika mengingat kejadian beberapa waktu lalu, membuat Granny Aerin menggelengkan kepalanya, tak ingin jika rasa kasihan nya mengalahkan rasa sayang dan cintanya, yang menyebabkan sang cucu nantinya akan seperti beberapa waktu lalu, dan Granny Aerin tidak ingin itu sampai terjadi lagi. Sudah cukup dirinya menyaksikan kejadian seperti itu dua kali, yaitu saat anaknya (tuan Arkhana) masih kecil dan beberapa saat lalu adalah cucunya. Tidak, sudah cukup. Tidak boleh ada kata untuk yang ketiga kalinya, Granny Aerin tak ingin melihatnya lagi.
"Apa kau tak ingat kejadian beberapa waktu lalu? Yang membuat kau sampai masuk ke rumah sakit? Apa kau tak ingat sebelumnya kau makan apa?" ucap Granny Aerin.
"Maksud Granny apa? Airlen tak mengerti... Airlen kan cuma minta kacang...." seketika Airlen membulatkan matanya seraya menutup mulutnya saat teringat akan sesuatu sehingga tak meneruskan kata-katanya.
"Ya..! Kau alergi kacang," ucap Granny Aerin saat mengerti mengapa ucapan cucunya tak dilanjutkan yang disertai mimik keterkejutan diwajahnya.
"Arseen....!!!!!" teriak Airlen saat tau siapa penyebab dan dalang yang membuat dirinya tak diperbolehkan makan kacang lagi.
Buru-buru Airlen meraih gedtet nya yang ia taruh di atas meja, kemudian berlari ke lantai dua, arah dimana kamarnya berada.
Namun tak berselang lama...
"Arseen....!!!!!"
Terdengar teriakan Airlen lagi yang sampai ke lantai bawah.
"Ada apa dengan anak itu?? Kenapa meneriakkan nama yang sama dua kali. Memang, siapa Arsen itu? Apa dia teman barunya?" ucap kakek besar yang keluar dari kamarnya karena samar-samar mendengar teriakan cicitnya. "Apa kalian mengenalnya?"
Yang dijawab gelengan kepala oleh semua orang termasuk asisten Leo yang sedari tadi diam menyaksikan.
***
Hatcih!
"Tuhan memberkati mu," ucap Clara saat mendengar Arsen yang sedang bersin. "Kau baik-baik saja?" lanjutnya dengan bertanya.
"Iya Mom. Hanya saja hidungku tiba-tiba gatal," jawab Arsen.
"Kata orang... Jika kita tiba-tiba bersin sementara kita tidak sedang sakit, katanya ada orang yang tengah membicarakan kita," ucap Clara.
"Benarkah, Mom?" tanya Arsen.
"Entahlah, Mommy juga antara percaya dan tak percaya. Karena itu dari katanya ke katanya lagi," ucap Clara seraya terkekeh.
"Memang siapa yang tengah membicarakan ku?" fikir Arsen.
Dan benar saja, baru saja Arsen berfikir, semuanya telah terjawab dengan adanya panggilan yang membuatnya memanyunkan bibirnya, tapi kemudian tersenyum penuh arti.
Arsen tak mengangkat panggilan suara itu, melainkan memutuskan sambungan lalu mengetikkan sebuah pesan untuk orang yang menghubunginya.
***
"Sialan, telepon ku diputus," gerutu Airlen.
Ting!
Terdengar suara notifikasi, yang ternyata sebuah pesan dari orang yang baru saja dihubunginya namun diputus.
Airlen pun membuka pesan tersebut.
[ Jangan menghubungi ku lewat panggilan suara untuk saat ini. Karena aku sedang bersama my mom tercinta... ]
Tulisnya yang disertai emoji mencium.
"Dasar tak tau diri!" umpatnya. "Di sana aku buat kamarnya bak surga. Tapi di sini???" Airlen kembali berucap seraya melihat sekeliling kamarnya. "Bak neraka tempat sampah," lanjutnya.
"Arsen gilaaa...!!!!!" Airlen kembali meneriakkan nama Arsen untuk yang kesekian kalinya, setelah beberapa saat lalu berteriak saat baru sampai di kamarnya dan melihat pemandangan yang tak sama sekali diharapkannya.
"Airlen?" panggil seseorang bersamaan dengan semakin lebarnya pintu terbuka.
"Astaga! aku lupa menutup rapat pintu," ucap Airlen dalam hatinya, dan saat melihat ke belakang terdapat beberapa orang di sana.
"Apa yang kau lakukan, mengapa kau selalu berteriak dengan meneriakkan nama orang? Apa itu trend baru anak sekarang?" tanya nenek besar yang juga ikut menghampirinya karena penasaran mengapa cicitnya selalu saja berteriak setelah pulang dari rumah sakit yang diinginkannya itu.
"Apa yang harus aku jelaskan?? Itu bukanlah sebuah trend, tapi bentuk kekesalanku terhadap manusia bernama, Arsen gila," Airlen membatin dengan perasaan geram.
"Astaga Airlen!!!"
Belum juga Airlen membuka suara, terdengar seruan dari Granny Aerin.
"Apa yang terjadi dengan kamarmu, Sayang?!" sambung Granny Aerin yang berdiri tepat di belakang nenek besar dan kakek besar, lalu disusul tuan Arkhana dibelakangnya, dan disusul lagi oleh asisten Leo.
"Itu dia permasalahannya mengapa Airlen sampai berteriak," batin Airlen.
"Leo, cepat panggilkan pelayan untuk membereskan kekacauan ini," perintah tuan Arkhana.
"Tidak Uncle!" cegah Airlen agar asisten Leo tidak jadi pergi. "Tidak perlu. Biar Airlen yang membersihkan sendiri kekacauan di sini," sambungnya.
"Really???" ucap hampir semua orang dan yang saling tatap satu sama lain. Mengingat si Mr.Perfect Airlen, yang benar semuanya harus sempurna dengan kemandirian yang dilakukannya sendiri, patut untuk diacungi jempol. Tapi jika untuk membersihkan sesuatu sendiri.. Maka jawabannya pasti tidak. Tapi untuk pertama kalinya seorang Airlen mengucapkan akan membersihkan kamarnya yang terbilang cukup kotor itu.... Sendiri???
Patut dicurigai!!