Alaska Krisan dan Dionna Patrania terlibat dalam sebuah konspirasi bernama perjodohan.
Demi bisa hidup tenang tanpa campur tangan Mamanya, Alaska akhirnya menuruti keinginan mamanya untuk menikahi Dionna . Spesis wanita yang berbanding terbalik dengan kriteria wanita idaman Alaska.
Bagi Dionna, Alaska itu tidak bisa ditebak, sekarang dia malaikat sedetik kemudian berubah lagi jadi iblis.
Kalau kesetanan dia bisa mengeluarkan seribu ekspresi, kecepatan omelannyapun melebihi tiga ratus lima puluh kata permenit dengan muka datar sedatar tembok semen tiga roda.
Ini bukan cerita tentang orang ketiga.
Ini tentang kisah cinta Alaska dan Dionna yang
"manis, asem , asin = Alaska orangnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaBucin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Buruk Juga
Tidak ada Honeymon.
Oke.
Dionna tidak peduli yang dipedulikannya saat ini hanya kartu no limit yang baru saja Alaska berikan padanya. Diotaknya sudah berjejer daftar nama-nama barang apa saja yang akan dia beli setelah ini.
Sedang tujuan Alaska memanggil Areksa yaitu berhubungan dengan rencana bulan madu mereka ke Hawai. Karena Alaska menolak untuk pergi bulan madu, sebagai perwakilan dari perhimpunan yang ada Areksa menggantikan sang kakak keHawai, dengan begitu tiket penerbangan beserta fasilias-fasilitas liburan ke Hawai yang dihadiahi kedua orangtuanya tidak terbuang percuma.
Mobil yang dikendarai Alaska berhenti dihalaman rumah yang tidak terlalu luas, halamannya cukup untuk diparkiri satu mobil saja namun halaman itu tertata apik dengan banyaknya bunga-bunga indah dan tanaman hijau. Penataan tamannya begitu rapi dan indah meskipun ukurannya tidak besar .
Rumah modern yang memiliki dua tingkat dengan sentuhan vintage - modern tidak membuat kesan menarik dimata Dionna.
"Rumah siapa ini ?" Dionna masih celingak-celinguk meneliti setiap sudut rumah yang sudah dipenuhi perabot-perabot rumah lengkap. Seperti sudah dipersiapkan siap untuk ditempati tapi siapa yang akan menempati rumah ini ?
"Rumahku" Alaska melengos masuk membiarkan Dionna membeku diambang pintu. Kedua kakinya ragu untuk melangkah masuk kedalam.
"Rumahmu ? Ini rumahmu ?" Nada suaranya meninggi hingga berdengung ditelinga Alaska
Bukan penthouse mewah bukan juga rumah yang menyerupai istana kokoh , hanya bangunan minimalis yang tak ada apa-apanya untuk sekedar dipuja seperti rumah keluarga Krisan
Apa Alaska sedang mengerjainya ?
"Mulai hari ini kita akan tinggal berdua disini."
"Berdua ?"
Alaska mengangguk menatap Dionna "Hanya kau dan aku. Memangnya kau mau mengajak siapa tinggal disini ?"
"Kenapa harus disini ? apa tidak ada pilihan rumah lain selain disini ? Ini bukan rumah impianku." Keluh Dionna.
"Ini rumah impianku." Tekan Alaska.
"Kau sedang mempermainkanku ?" Pria itu menaikkan satu alisnya."Ya Tuhan Alaska , tolong jangan bercanda. Seleramu payah sekali. Aku tidak mau tinggal dirumah kecil ini." Sungut Dionna tiada henti .
"Kalau begitu tinggal saja dijalanan." Dionna mendegus, mulutnya menyebalkan.
"Mulutmu itu jahat sekali. Aku ini sudah jadi istrimu, bisakah kau sedikit berbaik hati dan mulut padaku ?"
"Kalau begitu jaga sikapmu."
Sebenarnya Dionna ingin protes lebih banyak tapi--- oke Dionna mengalah !
"Mulai hari ini juga aku tidak akan menggunakan jasa asisten rumah tangga."
Pernyataan kali ini membuat mata Dionna melotot lebih besar "Tidak ada pelayan ? Lalu siapa yang akan memasak dan mengurus rumah ini kalau tidak ada pelayan ? hanya kita berdua yang akan tinggal disini."
"Kau."
Alaska mendadak gila, kepalanya harus dipukul pakai palu sekarang. Palu ? mana palu ?
"Kau gila ?! Aku bukan pelayan !"
"Memangnya siapa yang menyebutmu pelayan ?"
Dionna memasang wajah tak terima . Bagaimana bisa dalam sekejap ia dijadikan babu ?
"Dionna, kita perlu membicarakan masalah ini." Alaska sudah duduk disofa diikuti Dionna duduk disebelahnya , ia memandang Dionna dengan serius.
"Aku terbiasa hidup mandiri dan aku tidak bisa hidup bersama orang yang manja seperti kamu." Dionna hendak protes tetapi Alaska menjepit bibir wanita itu dengan jari tangannya.
"Dionna dengar, sebelum kemari kau sudah menyetujui kesepakatan yang ku tawarkan yaitu kau harus mematuhi semua aturanku." Dionna mendengarnya dengan malas.
"Sekarang ku beri kau kesempatan lagi untuk kau berubah pikiran , kau bisa memilih hidup sesuai aturanku atau kau hidup sesukamu lalu kembalikan apa yang kuberikan padamu tadi." tangan Alaska sudah terulur, telapak tangannya terbuka menanti kartu no limitnya kembali.
Dionna menggeleng cepat, tidak akan mengembalikan kartu itu pada Alaska. "Aku akan hidup sesuai aturanmu tapi aku tidak tahu apapun soal memasak apalagi mengurus rumah, aku tidak pernah melakukan itu ."
Alaska menghela napas , pria itu tahu Dionna sangat dimanja kedua orangtuanya. Sedari kecil wanita itu tidak pernah diajari untuk hidup mandiri apalagi mengurus rumah dan memasak.
"Kau bisa belajar."
"Aku paling benci belajar "
"Lalu apa yang kau suka ?"
"Belanja ."
"Dionna , aku tidak suka dengan perempuan yang menghambur-hamburkan uang untuk tujuan yang tidak jelas. Aku harap kau menggunakan kartu itu dengan bijaksana. Kau harus bisa mengendalikan dirimu untuk membeli barang-barang yang tidak kau perlukan. Belajarlah untuk menghemat."
"Ya ampun Alaska , kau sudah seperti Mamaku. Pikiranmu terlalu berbelit-belit. Kau tidak akan bangkrut hanya dengan satu kartu ini ada ditanganku." Giliran Dionna yang mengutarakan pendapatnya.
"Begini saja, biar kita berdua sama-sama enak dan tidak ada yang dipersulit, aku punya solusinya . Karenaku aku tidak bisa memasak, alternatif lain kita bisa delivery makanan dan untuk masalah hemat menghemat, " Dionna membenarkan posisi duduknya yang kini sepenuhnya menghadap Alaska.
"Kau pernah dengar pepatah " Istri itu sumber rejekimu, jika kau----"
"Dionna ! Aku serius !" suara Alaska yang kuat membuat Dionna menciut seketika.
Dia seperti beruang kutub ganas yang suka memerintah.
"Jika kau tidak bisa memasak, kau harus belajar memasak . Kau harus belajar mandiri mulai dari sekarang, hidup tak selamanya ada diatas, suatu saat kita pastii akan merasakan kesulitan hidup ." Kali ini Alaska mirip Papanya yang senang memberikan petuah-petuah hidup dan Dionna sudah bosan mendengarnya.
"Mulai sekarang belajarlah menghemat ."
Masa bodoh dengan petuah-petuah hidup yang Alaska katakan. Wanita itu sama sekali hanya menyimak namun menolak memahami apa yang Alaska katakan. Masuk telinga kiri langsung keluar lewat telinga kanan.
"Ya, ya, ya, aku mengerti." mau tak mau mulai sekarang Dionna harus menghadapi Alaska setiap hari.
Kruuuukk
perut Dionna bergolak diiringi bunyi gemuruh yang sudah pasti didengar Alaska. Dionna meringis, ia belum sarapan karena telat bangun lalu menggoda Alaska yang tak membuahkan hasil apapun. Dionna ingat ia hanya makan angin sejak tadi.
"Alaska , aku lapar apa disini ada makanan ?"
"Tidak ada." Lelaki itu tidak peka sama sekali , dan sekarang Alaska malah beranjak dari kursi meninggalkan Dionna
"Alaska ! kau mau kemana ? Aku lapar." Dionnapun mengekori Alaska seperti anak ayam mengikuti induknya.
Dengan langkah kesal Dionna melewati mini bar yang ternyata membatasi antara dapur dan ruang tamu. Ternyata itu jalan menuju dapur, desainnya glamour yang didominasi warna 70% bagian dirumah tersebut berwarna ; abu tua. Diatasnya terdapat tiga lampu gantung yang mungkin tujuannya untuk menambah daya tarik. Sayang sekali pendesainnya tidak semenarik itu.
"Kau biasanya sarapan apa ?" Dionna tersenyum tipis lalu menoleh pada pria didepannya.
"Aku ingin Beef Burgundy."
"Oh."
"Cuma 'oh' " tanya Dionna tidak percaya.
Kemudian Alaska memunggunginya membuka pintu kulkas yang lebih tinggi darinya dan mengeluarkan beberapa bahan makanan, Dionna sudah menyimpulkan Alaska akan memasak untuknya setelah diamati gerak-geriknya.
" Tidak buruk juga menikah dengannya" gumam Dionna