Menikah sekali seumur hidup adalah mimpi Adel. Namun, gadis berhijab yang memiliki nama lengkap Dandelion Az-Zahra itu harus menerima kenyataan bahwa pernikahannya dengan orang yang pernah ia sukai di masa putih abu itu bukanlah pernikahan impiannya. Karena, Sakha Rafardhan, menikahinya hanya sebatas rasa bakti kepada sang ayah di akhir hayatnya yang ingin melihat putra semata wayangnya menikah. Sementara sang kekasih yang akan ia nikahi justru hilang bak di telan bumi tanpa meninggalkan pesan apapun kepadanya.
" Jangan berharap lebih dari pernikahan ini. Aku terpaksa menikahimu karena Lisa tiba-tiba hilang tanpa kabar. Jika aku telah menemukannya kembali, maka di saat itu pula pernikahan ini berakhir". Sakha
" Sampai waktunya tiba, izinkan aku tetap melaksanakan tugasku sebagai istrimu. Karena apapun alasanmu menikahi ku, aku tetaplah istrimu." Adel
Bagaimana perjalanan mahligai rumah tangga mereka di saat akhirnya Sakha bisa menemukan Lisa?
Benarkah tidak ada cinta untuk Adel?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DBW 26 Pulang Ke Rumah
Di Batas Waktu (26)
" Betul Ma, kalau sikap Mas Sakha ke Lisa dulu, itu baru namanya bucin", jelas Adel tanpa dosa. Sementara Mama Ria dan Sakha langsung melihat ke arah Adel.
" Apa bedanya?" tanya Mama Ria akhirnya penasaran.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
" Mama kan tahu seperti apa sikap Mas Sakha pada Lisa selama ini?", Mama Ria hanya mengangguk. " Dia rela melakukan apapun demi Lisa bahkan sekalipun harus merugikan dirinya sendiri. Bahkan tidak bisa menolak keinginan Lisa, apapun yang Lisa mau pasti dia lakukan", Adel mulai menjelaskan.
Adel memang tidak mendengar sendiri seperti apa suaminya memperlakukan sang mantan. Tapi, Mama Ria menceritakan semuanya. Bagaimana sikap Sakha yang selalu menuruti keinginan Lisa. Dari mulai antar jemput, bersedia datang kapanpun dalam kondisi apapun sekalipun mendatangkan kerugian. Bahkan membatalkan janji dengan seorang klien yang akan menyewa cafenya untuk menemui Lisa yang mengakibatkan klien itu membatalkan niatnya karena merasa Sakha tidak profesional. Padahal Lisa hanya ingin di temani nonton. Bukan karena hal yang urgent.
Jika Mama Ria antusias mendengarkan Adel, Sakha justru tak ingin mendengarnya sama sekali.
" Ya, seperti kata pepatah, cinta itu buta . Orang bucin juga begitu, Ma. Ia melihat pasangannya baik juga sempurna di matanya, tak ada cela. Jadi, ia tidak akan mendengarkan omongan orang yang mengatakan keburukan orang yang ia cintai dan lebih mendengar perkataan sang pujaan hati", Adel menekankan perkataan terakhirnya. Sakha diam tak berani menyangkal memang semua yang di katakan Adel benar adanya.
" Benar juga", Mama Ria mengangguk-anggukkan kepalanya. " Sakha memang lebih percaya pada perkataan wanita itu daripada ibu kandungnya ", Mama Ria melirik tajam sang anak.
" Tapi, bersyukurnya, bucinnya juga belum terlalu parah. Buktinya masih bisa di sadarkan ", Adel terkekeh. " Kalau bucin parah. Pasti tetap akan menerima walau kesalahannya segudang", tambah Adel.
" Iya, mama juga bersyukur, Sakha masih bisa sadar kalau pilihannya salah"
Sakha hanya menghela nafas. Inikah rasanya di gosipkan di depan mata?.
" Sudah ghibah nya ?", Sakha mendengus kesal.
Dua wanita berbeda generasi itu hanya terkekeh saja.
" Maaf, mas. Gak maksud apa-apa kok".
" Lagian ini memang fakta", Mama Ria membela diri.
" Karena itu Sakha bilang ghibah. Karena yang Mama dan Adel bicarakan memang fakta. Kalau mama dan Adel membicarakan sebuah kebohongan itu namanya fitnah", jelas Sakha.
" Ya udah, mama minta maaf kalau kamu tersinggung ", ucap Mama Ria akhirnya. " Mama ke kamar duluan. Mau istirahat. Lagian Mama sudah selesai makannya. Kalian habiskan saja dulu makanan kalian", Mama Ria pergi meninggalkan keduanya. Kabur menghindari rajukan sang anak.
" Sudah puas membicarakan keburukanku?", tanya Sakha setelah Mama Ria tidak terlihat lagi.
" Maaf, jangan marah ya", Adel duduk di kursi yang sebelumnya di duduki Mama Ria. " Aku hanya menjelaskan saja kalau mas memang bucin sama Lisa", jelas Adel biasa saja walau berulang kali menyebut nama mantan pacar suaminya. Sementara Sakha justru tidak suka mendengar nama itu lagi. Karena mengingatkan akan kesalahannya di masa lalu.
" Jangan di ulangi lagi", pinta Sakha akhirnya. " Setiap nama itu di sebut, itu mengingatkan pada keb0d0han dan kesalahanku yang teramat besar padamu", Sakha menggenggam kedua tangan Adel. " Bukankah kita sudah berjanji untuk melupakan masa lalu dan memulai lembaran baru?", Sakha mengingatkan.
" Iya, insya Allah aku berjanji tidak akan mengulangi lagi", jawab Adel. "Sudah . Ayo makan lagi, ini hanya tinggal sedikit lagi", Adel mengambil piringnya yang isinya tinggal sedikit lagi lalu menyendokkan makanan dan mengarahkan ke arah Sakha. " Sekarang aku yang suapi", Sakha membuka mulutnya dengan senang hati.
" Tadi kamu malu saat aku suapi", heran Sakha.
" Tadi kan ada mama, kalau sekarang kan hanya ada kita berdua", jelas Adel setelah menelan makanan di dalam mulutnya.
" Apa kita setiap hari makan berdua saja biar aku bisa selalu di suapi?", goda Sakha.
" Gak gitu juga konsepnya, Mas", kesal Adel. "Kasihan Mama kalau harus makan sendiri".
" Aku cuma bercanda", kilah Sakha.
Mereka pun akhirnya menghabiskan makan malamnya dengan di selingi obrolan.
Malam semakin larut, dua insan yang baru kembali menjalin hubungan itu, kini sedang merebahkan tubuhnya menatap langit-langit kamar. Memandangi foto yang membuat Adel malu sendiri.
Sakha merubah posisinya menghadap ke arah Adel. " Kamu belum mengantuk?", tanyanya sambil menikmati wajah sang istri dari arah samping.
" Belum", jawab Adel sambil ikut merubah posisinya menghadap ke arah Sakha.
Sakha mengangkat tangannya mengusap pipi Adel. " Kenapa?" tanyanya lagi.
Adel pun menggeleng. Ia sendiri tidak tahu.
" Kemarilah!", Sakha menarik Adel agar tidur dalam dekapannya. Tangannya ia jadikan sebagai bantal bagi Adel.
" Ceritakan bagaimana bisa kamu mempunyai foto-foto itu?", Tanya Adel penasaran.
Sakha tahu, yang Adel maksud adalah foto-foto yang kini menghiasi dinding kamarnya. Ada foto pernikahan mereka juga foto-foto kebersamaan mereka. Juga foto Adel yang berukuran cukup besar yang di tempel di langit-langit kamar.
" Selain dari foto yang kamu kirimkan, aku mengambil dari sosial mediamu. Juga dari sosial media sahabat-sahabatmu", jelas Sakha singkat.
Walaupun Sakha tidak terlalu mengenal sahabat Adel, tapi dengan mencari di sosial media, ia bisa menemukannya. Walaupun cukup menghabiskan waktu dan tenaga.
" Apa kamu bahagia?"
" Ya, aku sangat bahagia. Terimakasih atas kejutannya", Adel mengeratkan pelukannya.
" Aku hanya ingin menunjukkan kesungguhanku yang ingin memulai lembaran baru denganmu dan membuang semua yang berhubungan dengan masa laluku termasuk hubunganku dengannya ", jelas Sakha. " Maaf baru mulai melakukannya. Aku merasa begitu jahat tetap membiarkan foto-foto mantan menghiasi dinding kamar sementara aku sudah menikahimu. Aku pasti sudah menyakiti perasaanmu". Sakha memang membuat keputusan untuk membuang semua foto dirinya dan Lisa sampai tak ada satupun yang tertinggal. Kamarnya kini hanya di hiasi oleh fotonya dan foto sang istri.
" Tak apa. Lupakan "
Flashback on
Beberapa jam sebelumnya.
"Ceklek", Sakha membuka pintu kamarnya.
" Masuklah. Ladies first", ucapnya membiarkan Adel masuk ke kamarnya lebih dulu.
" Terimakasih". Adel masuk lebih dulu. Namun, baru saja masuk beberapa langkah, Adel di buat tertegun. Sebuah foto berukuran besar tergantung tepat di atas ranjang.
" Selamat datang kembali. Bagaimana, apa kamu suka?", tanya Sakha memeluk Adel dari belakang setelah menutup pintu kamar.
" Sejak kapan ada di sana?", tanya Adel penasaran tanpa menjawab pertanyaan Sakha.
"Sehari setelah kepergianmu. Aku mulai mengumpulkan foto-foto mu dan foto kita. Aku bersyukur aku memiliki foto pernikahan kita yang kau kirimkan hari itu", jelas Sakha lagi.
Pernikahan mereka yang hanya ijab Qabul saja saat di ruang rawat ayah mertuanya membuat Adel mengabadikan momen itu hanya melalui ponselnya. Ia pun mengirimkan foto-foto itu kepada Sakha. Namun, ia tak percaya Sakha masih menyimpannya di saat ia yakin Sakha pasti langsung menghapusnya setelah tahu alasan Sakha bersedia menikahinya.
Menyadari sang suami berkata mengumpulkan foto-foto yang artinya lebih dari satu, Adel pun mengedarkan pandangannya menyusuri setiap sudut kamar yang ternyata sudah tak ada satu pun foto Lisa. Berganti fotonya dan juga foto Sakha.
" Ini, bagaimana bisa?", tanyanya menemukan banyak foto dirinya.
" Nanti aku ceritakan, ayo kita sholat Maghrib dulu, nanti waktunya keburu habis", Sakha mengajak Adel untuk melaksanakan kewajiban mereka sebagai umat Islam terlebih dahulu. Adel pun mengikuti ajakan suaminya sambil tetap melihat sekilas ke arah foto-foto mereka berdua.
Flashback off