Ribuan lembar di Papirus,ribuan kata kata cinta yang aku hanturkan Tidak cukup mendeskripsikan Aku mencintaimu.
"Aku tidak pernah bisa menaklukkan rindu ini."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lilly✨, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Setelah berjalan di red carpet, Selena, Elara, dan Dante akhirnya masuk ke dalam gedung tempat acara berlangsung. Suasana di dalam begitu mewah dan elegan, dengan chandelier kristal berkilauan di langit-langit dan alunan musik klasik mengisi ruangan. Para tamu yang hadir tampak menikmati malam mereka, berbincang santai sambil menikmati sampanye yang disajikan oleh para pelayan.
Di salah satu sudut ruangan, Selena berdiri bersama Elara dan Dante.
"Kau benar-benar mengejutkan semua orang, Selena," kata Dante sambil terkekeh, mengambil segelas anggur dari nampan pelayan yang lewat. "Kuharap kau sadar kalau setelah malam ini, namamu akan terus dibicarakan."
Elara mengangguk setuju. "Benar. Lihat saja, beberapa bangsawan tadi terus melirik ke arahmu. Aku yakin banyak yang penasaran denganmu."
Selena hanya tersenyum kecil, mengangkat gelasnya dengan anggun. "Aku tidak tertarik dengan perhatian mereka," katanya tenang. "Aku hanya ingin melewati acara ini dengan damai."
Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama.
"Selena."
Sebuah suara tajam dan dingin memecah percakapan mereka.
Selena menoleh, begitu pula Elara dan Dante. Seorang wanita dengan gaun merah berdiri di sana, wajahnya penuh dengan emosi yang sulit diartikan. Mata tajamnya mengunci pandangan pada Selena.
Cassandra.
Ruangan terasa lebih sunyi sejenak. Beberapa tamu yang ada di sekitar mulai memperhatikan, menyadari ketegangan yang tiba-tiba muncul.
Elara melirik Selena, lalu kembali ke Cassandra. "Oh? Lihat siapa yang akhirnya muncul," katanya dengan nada santai, tapi penuh sindiran halus.
Dante menyesap anggurnya tanpa tergesa, matanya mengamati situasi dengan ketertarikan. "Aku tidak menyangka kau akan datang, Cassandra. Biasanya kau terlalu sibuk untuk acara seperti ini," katanya dengan senyum tipis.
Cassandra tak menggubris komentar mereka. Matanya tetap tertuju pada Selena. "Kita perlu bicara," katanya, suaranya mengandung tekanan.
Elara melipat tangan di dadanya, tampak tak suka dengan nada bicara Cassandra. "Dan kalau Selena tidak ingin?" tanyanya, melindungi sahabatnya.
Cassandra menarik napas dalam. "Dia akan mau."
"siapa kau?."tanya elara.
"Dan kau siapa?."balas Cassandra.
"Kau tidak dengar?Aku teman nya."balas nya,lalu melirik Selena,"Kau mengenal orang ini?."kata elara
"Tidak."
nada itu begitu tegas dan dingin,mata biru itu menatap kosong Casandra.
Cassandra tersentak dan menggigit bibir nya,"Kau dengar itu?Selena ku tidak mengenal mu.."
"Selena ku?."suara yang pelan
"hm?Benar..Selena ku."tegas elara.
Suasana di dalam gedung masih dipenuhi bisikan dan tatapan penasaran. Percakapan antara Cassandra, Elara, dan Selena menarik perhatian beberapa tamu, tetapi sebelum Cassandra bisa merespons lebih lanjut, sebuah suara rendah dan berwibawa terdengar di antara mereka.
"Maaf mengganggu waktu perdebatan," kata suara itu, terdengar tenang namun memiliki daya tarik yang tak terbantahkan. "Tapi, nona cantik, bolehkah aku berdansa dengan Anda?"
Mata semua orang langsung tertuju pada sosok pria yang baru saja muncul.
Dia adalah pria dari Timur, mengenakan setelan hitam yang elegan dengan sulaman emas di bagian kerahnya, menunjukkan statusnya yang tidak biasa. Rambut hitamnya tertata rapi, matanya tajam seperti elang, namun bibirnya melengkung dalam senyum yang halus. Caranya berbicara begitu lembut, namun mengandung otoritas, seolah-olah dia terbiasa memberikan perintah yang tak bisa ditolak.
Selena yang awalnya ingin pergi, menghentikan langkahnya. Matanya naik menatap pria itu, menilai dengan tenang.
Elara mengangkat alis, sedikit terkejut dengan kedatangan pria asing ini. Sementara Cassandra hanya bisa menahan napas, merasa seolah-olah kehadiran pria itu telah benar-benar menghapus keberadaannya dalam percakapan ini.
"Siapa anda?."tanya Selena
!
"Saya dari Turki..."mata itu menatap mata biru Selena dengan tegas.
...Turki......
...Tempat peninggalan Hittie di masa depan...
Pria itu tetap fokus pada Selena. Dia mengulurkan tangannya dengan penuh percaya diri, menunggu jawaban. "Bagaimana, nona?" suaranya sedikit lebih lembut, penuh kesabaran namun tetap memberi tekanan halus.
Semua mata kini tertuju pada Selena. Akankah dia menerima ajakan pria misterius ini?
Selena tetap diam sejenak, menatap tangan yang terulur ke arahnya. Mata birunya menelusuri pria di hadapannya dengan penuh perhitungan. Turki… Peninggalan Hittite di masa depan. Apa kebetulan bahwa pria ini muncul di hadapannya malam ini?
Elara menyipitkan matanya, sedikit waspada. Sementara Dante hanya menyesap anggurnya sambil mengamati dengan penuh minat.
Cassandra, di sisi lain, tampak menggigit bibirnya, tidak senang dengan gangguan ini.
"Apa aku terlihat seperti seseorang yang menerima ajakan menari dari pria yang bahkan tidak menyebutkan namanya?" kata Selena akhirnya, nada suaranya tetap dingin dan berkelas.
Pria itu tersenyum tipis. "Saya Arslan," katanya akhirnya, suaranya dalam dan berkarisma. "Dan saya harap sekarang saya tidak lagi menjadi orang asing bagi Anda, nona Selena."
Selena menatapnya tanpa ekspresi, tetapi kemudian, entah bagaimana, dia mengulurkan tangannya.
"Baiklah," katanya singkat.
Arslan mengambil tangannya dengan lembut namun tegas, dan membawa Selena ke lantai dansa. Musik perlahan berubah menjadi melodi yang lebih lembut dan elegan, seolah menyesuaikan dengan momen ini.
Saat tangan Arslan melingkar di pinggangnya dan mereka mulai bergerak mengikuti irama.
