NovelToon NovelToon
Menikahi Tuan Danzel

Menikahi Tuan Danzel

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Nikahmuda / CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:300.3k
Nilai: 4.9
Nama Author: Aquilaliza

Penyelamatan yang dilakukan Luna pada seorang Kakek membawanya menjadi istri dari seorang Danzel, CEO dingin yang tak memepercayai sebuah ikatan cinta. Luna yang hidup dengan penuh cinta, dipertemukan dengan Danzel yang tidak percaya dengan cinta. Banyak penolakan yang Danzel lakukan, membuat Luna sedikit terluka. Namun, apakah Luna akan menyerah? Atau, malah Danzel yang akan menyerah dan mengakui jika dia mencintai Luna?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kau Milikku Sekarang!

Langkah Danzel yang menaiki tangga dipercepat. Dia berhenti tepat di depan pintu. Tanpa mengetuk, Danzel langsung membuka pintu.

Luna yang berdiri diam menatap dirinya di depan cermin seketika menoleh. Dia terkejut melihat Danzel di depan pintu yang juga berdiri mematung menatapnya. Secepat mungkin Luna mengubah mimik wajahnya menjadi tersenyum dan langsung menghampiri Danzel.

"Danzel," ujarnya sambil merentangkan tangannya, hendak memeluk Danzel yang tak lepas menatapnya.

Tubuh Danzel menegang ketika Luna berhasil memeluknya. Jakunnya naik turun ketika dia meneguk ludahnya. Sungguh, Luna sedang mengujinya.

"Danzel, kenapa kau tidak membalas pelukanku?" tanya Luna, mendongak menatap wajah Danzel.

Danzel tak menjawab. Dia mengangkat tangannya, lalu memeluk Luna erat. Dia meletakkan dagunya di bahu Luna, dan tangannya bergerak naik turun mengusap punggung hingga ke pinggang Luna.

"Kenapa tidak mengangkat telponku? Hmm?" tanya Danzel dengan suara serak.

Luna menggigit bibir bawahnya untuk menenangkan dirinya dari rasa gugup. Setelah itu, dia dengan lembut menjawab pertanyaan Danzel.

"Aku tidak mendengarnya. Mungkin aku sedang mandi."

"Lalu pesan yang ku kirimkan? Kenapa hanya dibaca?"

"Itu, aku sengaja." Luna hendak meregangkan pelukannya, tapi Danzel tidak membiarkannya. Dia semakin mengeratkan pelukannya. "Danzel, aku kesulitan bernafas jika kau memelukku erat seperti ini."

"Katakan dulu, kenapa tidak membalas pesanku? Setelah itu, aku akan sedikit mengendurkan pelukanku."

"Aku sengaja tidak membalas pesanmu. Aku ingin melihat, apakah kau marah-marah padaku atau tidak."

"Lalu? Apa yang kau dapatkan?"

"Aku senang ternyata kau tidak marah."

"Siapa bilang?" Danzel meregangkan pelukannya, lalu menatap Luna yang mendongak menatapnya. "Aku marah dan kesal. Aku akan memberimu hukuman," lanjut Danzel.

"Hukuman? Aku— hmmpp...." Ucapan Luna langsung dibungkam oleh ciuman Danzel. Lelaki itu mencium lembut bibir Luna, melepaskan rasa rindu yang begitu mendalam.

Beberapa menit berciuman, Danzel melepaskannya. Ia menatap mata Luna sembari ibu jarinya mengusap lembut bibir Luna.

"Kenapa pakai gaun itu?" tanyanya. Sejak tadi, otaknya tidak bisa berpikir jernih. Rasanya dia ingin membawa Luna ke ranjang dan menerkamnya.

"Aku hanya ingin mencobanya," balas Luna.

"Benarkah? Bukan karena ingin menggodaku? Hmm?"

Luna tersenyum. Dia mengalungkan lengannya di leher Danzel, berjinjit lalu mengecup bibir Danzel. "Ya, aku memang memiliki niat menggodamu."

Danzel menarik nafasnya. Dia mengecup kening Luna lama, kemudian menjauhkan wajahnya dan kembali menatap Luna.

"Kau tahu? Aku terpancing sekarang. Aku tidak ingin memaksamu. Ayo, pergilah ganti pakaianmu."

"Aku tidak mau pergi! Ayo, kita lakukan! Aku siap," ucap Luna mantap.

"Jangan bercanda, Luna."

"Aku tidak bercanda. Tapi, aku memiliki satu permintaan."

"Apa?"

"Ayo, bertemu dengan Papa dan Mamamu?"

Danzel terdiam. Sudah cukup lama dia tidak bertemu dengan kedua orang itu. Dia menyibukkan dirinya, berusaha untuk melupakan segala hal yang membuatnya terluka.

"Luna—"

"Dua malam lalu, Mama dan Papa mertua mencarimu. Kami berbincang cukup lama. Mereka ingin bertemu denganmu."

"Kau berdandan begini, hanya karena ingin membujukku bertemu dengan mereka?" tebak Danzel, yang ternyata memang benar. Luna terdiam. Entah kenapa, ada perasaan bersalah dalam hatinya pada Danzel.

Danzel menarik nafasnya. Dia menangkup pipi Luna dengan lembut. "Aku tahu, niatmu baik untuk membantu mereka. Tapi, jangan libatkan urusan pernikahan kita dengan masalah mereka," ucap Danzel.

"Aku—"

"Sudah. Sekarang, kau ganti pakaianmu. Aku juga gerah dan ingin mandi." Danzel kembali mengecup kening Luna, lalu bergegas meninggalkan sang istri. Tapi, pelukan Luna dari belakangnya berhasil membuatnya berhenti.

"Aku melakukan semua ini, bukan semata karena mereka. Aku benar-benar ingin menjalankan kewajibanku, Danzel," ucap Luna.

Tubuh Danzel menegang mendengar pengakuan Luna. Dia membalikkan tubuhnya hingga kembali berhadapan dengan Luna. "Kau serius?" tanyanya.

Luna mengangguk pelan, yang kemudian dihadiahi kecupan lembut di keningnya. "Terima kasih," ujarnya, lalu menjauhkan tubuhnya dari Luna dan berjalan mendekati pintu. Danzel mengunci pintu kemudian kembali mendekati Luna.

"Kau sudah mengizinkanku, Luna. Tidak ada kata tidak setelah kau berkata iya. Kau milikku sekarang!" ucap Danzel, langsung menggendong Luna menuju ranjang. Malam ini, dia akan membuat Luna menjadi miliknya seutuhnya. Dia tidak akan mundur meski Luna kembali berubah pikiran.

***

Danzel terdiam menatap wajah Luna yang masih terlelap. Senyum tak pernah luntur dari wajah tampan itu. Bahkan senyumnya semakin lebar saat mengingat malam panjangnya bersama Luna semalam. Semuanya terasa begitu indah.

Tangan Danzel terangkat mengusap pipi Luna. Matanya lalu tertuju pada leher jenjang Luna yang terdapat banyak tanda yang dibuatnya. Membuatnya terkekeh kecil.

"Aku tidak menyangka bisa sekejam ini pada Luna," ucapnya. Tangannya lalu tertuju pada bibir Luna. Dia mengusap bibir kenyal itu dengan lembut, lalu mengecupnya berkali-kali. Membuat Luna merasa terusik, dan akhirnya membuka matanya.

"Emmh..." erang Luna pelan. Dia mencoba menggerakkan tubuhnya. Tapi, yang dia rasakan adalah sakit sekujur tubuhnya. "Shh...."

"Sayang, ada apa? Apa kau merasa sakit?" tanya Danzel khawatir.

"Ya, seluruh tubuhku terasa sakit. Kau keterlaluan, Danzel," ucap Luna. "Aku akan melaporkannya pada Kakek. Kau melakukan kekerasan," lanjutnya dengan suara sedikit merengek.

Danzel yang mendengarnya terkekeh pelan. Luna terlihat sangat lucu. Dengan perasaan gemas, Danzel mengecup bibirnya. "Kau sungguh akan melaporkanku pada Kakek?"

"Tentu saja," jawab Luna cemberut.

"Hehehe... kau ini lucu, sayang. Apa kau tidak malu jika Kakek tahu apa yang kita lakukan semalam? Kalaupun benar kau menceritakannya pada Kakek, aku akan mengatakan bahwa kau yang menawarkan. Kakek juga justru akan senang," jawab Danzel panjang lebar, dengan senyum mengembang.

Luna yang mendengarnya semakin kesal. Tanpa peduli dengan rasa sakitnya, Luna terbangun dan duduk.

"Shh...." Luna kembali meringis ketika merasakan sakit. Tapi, dia lupa jika dirinya dan juga Danzel tak mengenakan apapun selain selimut yang membungkus tubuh mereka. Sehingga ketika selimut tersebut tersibak, tubuh polosnya terlihat.

Mata Luna melotot terkejut. Dengan cepat dia kembali membaringkan tubuhnya dan menarik selimut menutupi tubuhnya sebatas leher. "Akhh...." ringisnya kembali merasakan sakit.

Danzel yang melihatnya terkekeh pelan. Membuat Luna menatap tajam dirinya.

"Cih! Suami macam apa kau? Aku kesakitan, kau malah tertawa."

Danzel menghentikan tawanya, namun menyisakan senyum tampannya. Dia mendekatkan tubuhnya pada Luna, lalu mendekap tubuh istrinya itu.

"Aku tidak menertawakanmu karena kau kesakitan. Aku tertawa karena kau terlihat lucu dan menggemaskan," ucap Danzel. Tangannya tidak tinggal diam, terus bergerak naik hingga menyentuh dada Luna.

Plak!

Luna menggeplak tangan Danzel, lalu menatapnya sengit. "Jangan menyentuhnya!" tegas Luna.

"Sayang—"

"Tidak boleh!"

Danzel sedikit menjauhkan tubuhnya dari Luna. Dia menopang kepalanya dengan sebelah tangannya, sehingga bisa menatap Luna dari atas.

"Mau bertemu Mama Papa?" tanya Danzel lembut, membuat Luna langsung menatapnya.

"Kau sungguh-sungguh?"

"Ya. Tapi, biarkan aku melakukannya sekali lagi."

"Hah? Kau gila?! Tidak! Tubuhku masih sakit, Danzel."

"Sekali saja, Sayang. Anggap saja ini sebagai imbalan untuk aku karena mau bertemu Papa dan Mama."

"Kenapa bawa-bawa Mama Papa? Bukannya kau bilang tidak boleh melibatkan masalah mereka dengan urusan pernikahan kita?"

"Aku berubah pikiran dan menarik kembali perkataanku," ucap Danzel dan langsung mencium bibir Luna. Pagi ini, Danzel kembali mengulang kegiatan panas mereka seperti yang mereka lewati semalam.

1
ira
lucu juga mereka ini 😁🤗
ira
barusan aja berjanji eh sudah dilanggar aja
ira
semoga Dede bayinya cepat hadir ya
ira
selamat ya sekretaris beni atas kelahiran putra kalian 🤗
ira
semoga adonan kalian cepat jadinya ya 😁😁
ira
aku sih lebih suka panggilannya Daddy dan mommy😁
ira
hayolohhh danzel🤣🤣🤣
ira
bnr sekali tuh
ira
emangnya kamu mampu 😒😒😒
ira
heh ternyata menyebar aib sendiri 🤣🤣🤣🤣
ira
Luna itu waras yang gila itu kamu Selena 🤣🤣🤣
ira
kok luna dan Selena bisa saling kenal apa mereka dulu teman sekolah atau apa
ira
🤣🤣🤣🤣🤣
ira
gemes deh sama mereka berdua😁😁
ira
mengusir secara halus ya danzel 🤣🤣🤭
ira
ulat bulu pergi jauh jauh
ira
baru kali ini baca novel yg sekertaris nya sdh punya istri dn ank serta ramah tdk dingin seperti bosnya😁
ira
Selly oh Selly 🤣🤣
ira
klo d liat seperti ini hubungan orang tua nya danzel sepertinya baik² aj tpi knp mereka malah bercerai ya
ira
berarti kamarnya gak kedap suara dong 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!