kisah cinta seorang gadis bar-bar yang dilamar seorang ustadz. Masa lalu yang perlahan terkuak dan mengoyak segalanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon uutami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 25
"Mas tidak suka, ada yang menikmati tubuhmu walau hanya dengan pandangan, Adiba."
Ucapan Satria membungkam gadis cantik itu, menunduk samar mengecup punca kepala Faraaz. Rona merah tampak menjalar di pipi.
"Apa sih, mas? gitu aja kok," ujar Adiba malu-malu.
"Bukan gitu aja, Adiba. Mas benar-benar nggak rela, tubuh istri mas dinikmati pria lain."
"Adiba kan pake baju mas, semuanya tertutup," sanggah Adiba yang masih tak mengerti.
"Tapi kalau kena air, membentuk tubuhmu, Diba."Tangan Satria menggenggam erat setir, pandangan matanya lurus ke depan. Namun, terlihat jelas rahangnya mengeras, sebisanya, Satria tidak menunjukkan pada Adiba.
Adiba tercenung, lalu menoleh pada suaminya. "Apa tadi mas bayangin yang aneh-aneh ya?" tunjuknya di wajah Satria.
Satria jadi malu sendiri dan berdeham, "Ehem, semua laki-laki pasti berpikir begitu, Diba."
Adiba malah tertawa, "Mas mesum!"
tawa renyah gadis itu menular pada Satria, membuat pria tampan itu menggeleng pelan. lalu mengacak rambut Adiba.
"Pokoknya, nggak boleh berenang di tempat banyak orang."
"iya, iya, mas," angguk Adiba patuh. "Tapi, kalau terdesak, boleh kan?"
****
beberapa hari kemudian,
"Wah, ini Abi beli?"
Mata Faraaz berbinar-binar melihat kolam renang yang cukup luas untuk dia masuki.
"Iya, biar nggak usah kemana-mana. Di sini aja, sama Umi, sama Abi."
Faraaz memeluk Abi-nya, "Makasih, Abi," ucap anak itu tulus.
Satria mengusap kepala Faraaz, lalu berjongkok menyamakan tinggi. "Faraaz, Faraaz kan sudah punya kolam renang, sudah punya kamar yang bagus juga. Malam ini beranikan bobok sendiri?"
Satria menjeda ucapannya, lalu mengusap lengan anak angkatnya itu. "Nggak sama Umi cantik, enggak sama Abi."
Wajah Faraaz berubah muram, "Kalau mau tidur sendiri, kalau Faraz berani tidur sendiri, nanti Abi kasih hadiah lagi. Faraaz mau apa?"bujuk Satria.
Faraaz diam, merasa enggan jika berpisah dengan Abi dan Umi-nya.
"Nanti Umi sama Abi temani Faraaz di kamar sama Faraaz bobok," cetus Adiba ikut membujuk."Mau?"
Faraaz mengangguk. Satria tersenyum, mengusap gemas kepala anaknya. setelah mereka menemani Faraz tidur di kamarnya sendiri, akhirnya, bocah itu lelap juga.
"Kamu duluan aja," suruh Satria yang masih mengeloni Faraaz malam itu.
Adiba mengangguk. Lalu keluar dari kamar Faraaz. Sudah dua bulan pernikahan nya dengan Satria, sejauh ini mereka hanya sampai tahap ciuman saja. Adiba pikir, mungkin satria sudah menginginkannya sampai membujuk Faraaz untuk tidur sendiri.
Di kamar, Adiba merasa tak tenang, "Apa mas satria sudah menginginkannya? Bagaimana ini? Rasanya kok deg-degan? Aku takut, gimana kalau sakit?"
Ditengah kegalauan hatinya, Satria masuk dan menutup pintu, tak lupa ia menguncinya, membawa debaran yang tak karuan di dada Adiba.
"Duhh, beneran mas Satria udah mau, ini. Sampai di kunci segala," batin Adiba memeluk bantal di atas ranjang.
"Kok belum tidur?" tanya lelaki berambut gondrong itu.
Adiba tak menjawab, masih sibuk mengatur debaran di dada yang makin tak karuan. Apalagi, saat Satria mendekat lebih dekat lagi. Adiba bagai kehilangan oksigen untuk bernapas.
"Iya, mas. ini baru mau tidur," ucap Adiba lalu berbaring. Rasanya makin berdebar saja dadanya itu.
Derit suara dipan terdengar, penanda Satria juga ikut beranjak naik. Jantung Adiba semakin bertalu-talu. Lalu mulai ia rasakan dada Satria di balik punggungnya. Adiba hampir terjenggit saat tangan Satria melintang di perut, membuat desiran aneh yang menjalar.
"Mas... Mas Satria udah pengen, ya?"
"Pengen apa?" Satria malah balik bertanya yang membuat Adiba makin salah tingkah.
Napas hangat Satria terasa menyentuh di telinga gadis yang membiarkan rambutnya tergerai.
"Ya itu..." Adiba terlalu gugup sampai tak berani menoleh.
Satria menahan senyumnya, "Boleh?"