Karena kesalahpahaman, Mavra dan Enrique berpisah cukup lama. Namun, dengan bantuan saudara kembarnya, Mavra berhasil mengatur skema untuk menjebak Enrique. Pada Akhirnya Enrique masuk dalam jebakan Mavra si putri mafia.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Simak kisah mereka di sini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Kejutan
Mark dan Ralph menatap majikannya dengan kagum dari dalam mobil. "Nona Mavra benar-benar mengesankan. Tidak heran tuan Enrique begitu mati-matian mendapatkannya," ujar Ralph.
"Siapapun orangnya, pasti akan mempertahankan mati-matian orang yang dia cintai," kata Mark puitis. Dia terus memperhatikan Rocco dan Ramona yang sedang berdebat setelah kepergian nona mudanya.
Di kelas, Mavra kehilangan minatnya untuk menuntut ilmu. Entah mengapa semenjak Enrique pergi, dia enggan melakukan apapun sesuai kebiasaannya.
"Sepertinya aku sudah mulai bodoh," gerutu Mavra. Gadis itu membenamkan kepalanya di lipatan kedua tangannya yang ada di atas meja.
"Hay, cantik. Long time no see." Mavra mengangkat kepalanya dan berdecak malas. Mati satu tumbuh sepuluh ribu. Baru kemarin dia menyelesaikan Claude. Kini Mavra dihadapkan lagi pada mantan pacarnya yang bernama Rex.
"Ada apa?"
"Aku merindukanmu."
"Sayangnya aku tidak. Jadi pergilah. Kau membuat pagiku terasa buruk, Rex."
Rex tersenyum mesum sembari memegangi dada kirinya. "Oh, rasanya sakit sekali mendengar kata-katamu, Darling."
"Rex!" Mavra menggebrak meja dengan kasar. Matanya melotot sangking kesalnya.
"Wow, calm Darling. Aku hanya menyapamu saja. Sudah lama kita tidak bertemu."
"I don't care. Pergi sekarang juga, Rex." Iris kecoklatan mata Mavra tampak berkilau tertimpa cahaya dan memancarkan kemarahan yang jelas.
"Baiklah. Baik. Aku akan pergi, tapi aku akan kembali lagi nanti."
"Tidak perlu. Menjauhlah dariku."
Beberapa mahasiswa yang sudah mengisi sebagian kursi di kelas tampak memperhatikan Mavra dan Rex. Sayangnya semuanya tidak ada yang berani mendekat. Mereka semua takut pada Mavra.
Setelah Rex pergi, Mavra menghempas tasnya di atas meja. Dia menghela napas panjang.
"Seharusnya sebelum aku berangkat aku melihat ramalan bintangku dulu. Sial sekali, pagi-pagi sudah dipertemukan dengan orang-orang menyebalkan," ujar Mavra kesal.
Mata kuliah Mavra selesai tepat waktu. Gadis itu memutuskan untuk pulang ke apartemen Enrique saja karena hari sudah sore. Mark dan Ralph sudah tidak ada di tempat. Mereka menerima tugas untuk membuntuti Ramona.
Mavra menghentikan taksi untuk mencapai apartemen Enrique. Dia sebenarnya bisa jalan kaki karena letak apartemen Enrique ada di belakang kampus. Namun, Mavra malas. Dia bersandar di jok sambil memijat pelipisnya.
"Kepalaku pusing sekali," gumam Mavra.
"Kita sampai, Nona."
"Ah, terima kasih pak."
Mavra bergegas keluar dari taksi setelah membayar ongkos taksinya. Gadis itu terlihat sedikit pucat. Dia berjalan dengan lunglai menuju lift.
Mavra tiba di unit apartemen Enrique. Dia melemparkan tubuhnya di sofa, gadis itu bahkan masih belum melepas sepatunya. Kaki mavra menjuntai di lantai. Dia menutup kedua matanya dengan lengan kanannya.
"Apa kau lelah?"
DEG!
Mavra membelalak begitu dia mendengar suara merdu Enrique. Gadis itu mengucek matanya, tapi tak lama kemudian dia menertawakan dirinya sendiri.
"Ini pasti karena aku merindukannya," gumam Mavra. Namun, dia dikejutkan dengan tarikan tangan Enrique.
"Mo_mon Cherry!"
"Aku tahu kau pasti sangat merindukanku."
"Ini, ini~"
"Ini nyata, Mi amor. Bukan halusinasi," jawab Enrique, membelai wajah Mavra, gadis itu tersenyum senang dan langsung memeluk Enrique erat.
"I miss you so bad," bisik Enrique.
"Me too," jawab Mavra tanpa berpikir panjang. Enrique tertawa, dia mengangkat Mavra dan menggendongnya seperti bayi koala. Keduanya kini saling berpagut melepaskan rindu. Padahal baru berpisah sehari.
"Kenapa kau ada di sini?"
"Mommy yang memintaku untuk kembali. Dia tidak mau jika calon menantunya nanti kabur lagi."
"Jadi kau tidak istirahat sama sekali?"
"Aku tidur di pesawat tadi."
"Kau tidak merasa jetlag?"
"Hmm, sedikit. Tapi senang akhirnya bisa memelukmu seperti ini."
"Kau memberiku kejutan yang sangat manis," bisik Mavra
...----------------...