Jihan Lekisha, seorang gadis cantik yang mempunyai rasa sosial tinggi terhadap anak-anak. Ia selalu membantu anak korban kekerasan dan membantu anak jalanan. Karena kesibukannya dirinya sebagai aktivis sosial , pekerja paruh waktu dan seorang mahasiswa ia tidak tahu kalau kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya. Hingga suatu hari ia melihat sang kekasih tidur dengan sahabatnya. Karena hal itu ia sampai jatuh sakit, lalu dirawat ibu bos tempatnya kerja. Tetapi ujian hidup tidak sampai disana. Siapa sangka anak bosnya maalah merusak kehormatannya dan lari dari tanggung jawab. Tidak ingin nama baik keluarganya jelek di mata tetangga, Rafan Yaslan sang kakak menggantikan adiknya menika dengan Jihan.
Mampukah Jihan bertahan dengan sikap dingin Rafan, lelaki yang menikahinya karena kesalahan adiknya?
Lalu apakah Jihan mau menerima bantuan Hary, lelaki yang menghamilinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sonata 85, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ibu Mertua Judes
Setelah pulang dari rumah sakit dalam mobil Rafan kembali diam seperti balok es entah apa yang ia pikirkan. Sementara Jihan dan Dila mengobrol santai membahas banyak hal salah satu membahas artis Turkey idola mereka.
Tiba di rumah Dila memamerkan gambar USG pada Kakek dan Ayahnya.Tidak disangka Ayah mertua dan Kakek sangat antuias mendengar cerita Dila mengenai calon bayi dalam rahim Jihan. Rafan, ayah dan kakeknya sama-sama melihat foto USG
“Wah perempuan! Benarkah?” Pak Wilson tertawa sumringah. “Wah, akhirnya aku akan punya cucu juga,” ucapnya bahagia.
"Aku berharap dia secantik dan sebaik Dila," ujar Kakek Ali.
"Aamiin!" seru Dila tersenyum lebar.
Jihan hanya diam, ia tidak tahu kalau keluarga Rafan akan sebahagia itu saat ia hamil, kecuali sang ibu mertua. Saat Jihan datang ia memilih pergi pura-pura sibuk. Jihan tidak perduli ia duduk tenang.
‘Terimakasih Nek berkat nasihatmu aku tidak melakukan kesalahan’ Jihan membatin, menatap ke jendela kaca Jihan melihat bayangan omanya tersenyum padanya. Saat ia melihat ke arah jendela Rafan terus mencuri-curi pandang menatap Jihan. Tapi Jihan tidak perduli lagi dengan Rfan ia akan menjalani hidupnya sendiri.
“Ji, kalau kamu lelah istirahat saja. Kopermu sudah ada di kamar kalian,” ujar Dila.
‘Kamar kami …? Oh, itu hanya kamar Rafan’ Jihan berucap dalam hati.
“Baik Kak.”
“Ayo.” Rafan mengajak ke kamar. Jihan tadinya ingin menolak karena ada keluarga Rafan di sana ia jadi menurut saja. Dalam kamar ia merasa sangat asing di sana. Dulu tidak seperti itu tapi setelah beberapa bulan meninggalkan kamar dan kembali ke sana ia merasa seperti ada yang berbeda dalam bagian hatinya. Dulu Jihan selalu berharap bahkan mengemis perhatian dan cinta dari Rafab tetapi sekarag ia tidak membutuhkannya lagi. Ia berusaha keras agar menjauh dari Rafan, melihat Jihan yang selalu membuat jarak darinya ia mengajak bicara.
“Jihan, kita perlu bicara,” ujar Rafan.
“Iya.”
“Kita akan tinggal bersama aku akan menjaga kalian berdua,” ujar Rafan.
'Apa kamu juga menjanjikan hal yang sama pada Naya? Kamu tidak perlu melakukan itu Pak Polisi' ucap Jihan dalam hati.
"Pak Rafan begini-"
Baru saja Jiha ingin menjawab, pintu tiba-tiba terbuka ibu mertuanya masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu. Melihat hal itu Jihan sudah punya feeling kalau ibu mertuanya akan mengeluarkan kata-kata mutiara yang menyakitkan hati. sang ibu mertua menatap Jihan dengan tatapan tajam lagi.
“Ada apa Umi?” tanya Rafan
“Kamu memang senang ya membuat keributan di rumah ini. Apa kamu ingin rumah ini hancur,” tuduhnya pada Jihan.
“Apa yang saya lakukan Bu.”
Wanita behijap biru tua itu mendengus sebal dan berkata dengan mata melotot tajam. “Masih nanya lagi Kamu.”
“Umi sudah! Tolong sekali saja biarkan aku bicara dengan Jihan," ujar Rafan
"Sampai kapanpun aku tidak akan menerima dia sebagai istrimu Rafan!"
"Umi kami sudah menikah, tolong ingat itu."
“ Aku tidak akan mau menerimanya sebagai menantu. Biarkan Umi bicara dengan gadis kampung ini Fan, gara-gara wanita ini kamu ditampar dan dimarahin sama ayah kamu.”
Mendengar hal itu Jihan kaget, ia tidak tahu kalau ada keributan di rumah itu. Tidak ada yang cerita padanya.
“Aku tidak tau Bu.”
“Iya, biar aku kasih tahu … Kamu tidak seharusnya di rumah ini.”
“Umi Sudah! Tolong jangan membuatku jadi anak durhaka karena marah sama Umi . Aku juiga tidak ingin menjadi suami yang tidak berguna untuk Jihan. Umi biarkan aku menyelesaikan masalahku dengan Jihan." Untuk pertama kalinya Rafan marah pada wanita yang dipanggil Umi itu.
“Dengar gadis kampung. Kamu dan anakmu tidak seharusnya Rafan yang bertanggung jawab. Siberandalan Hary yang harusnya menikah denganmu. Kalian cocolk sama-sama pembuat masalah!”
“Umi!” Rafan berdiri di depan Bu Neha ia menghalangi wanita itu yang terus menerus mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan untuk Jihan. “Umi Cukup!” ucap Rafan menatap dengan tatapan tajam.
“Ibu kenapa membenci Hary? Dia anak ibu Juga. Ibu tidak seharusnya pilih kasih pada anak-anak Ibu. Ini tidak adil untuk Hary, dia tidak seburuk yang ibu katakan." ujar Jihan. Untuk pertama kalinya Jihan berani melawan Ibu mertuanya. Rafan sampai melonggo saat Jihan membela Hary di depan mereka.
“Berani kamu melawan saya ! Kamu tau apa tentang anak-anakku!”
Saat wanita itu marah terdengar suara ketukan dari pintu mereka terdiam menatap ka arah pintu.
"Masuk!"
"Saya diminta Neng Dila membawa jus untuk Nak Jihan," ujar Bibi Jum dengan tatapan takut, ia tahu telah terjadi pertengkaran lagi di sana terlihat dari wajah si Nyonya yang terlihat judes.
"Bi, nanti masak lebih banyak lagi makanan, karena di rumah ini ada dua orang lagi yang menumpang makan," ucap Bu Neha menatap sinis ke arah perut Jihan.
Jihan hanya bisa meremas ujung baju dengan kuat. Hatinya terasa nyeri mendengar ucapan ibu mertuanya, ia menahan gumpalan air yang ingin tumpah dari mata.
"Umi, cukup. Jangan teruskan lagi." Rafan tidak tau harus berkata apa lagi, ia tidak ingin mendorong ibunya keluar dari kamarnya. Pak Polisi itu hanya duduk di sisi tempat tidur memegang kepala, ia menahan amarahnya pada Uminya. "Tolong keluar sekarang," bujuk Rafan dengan wajah memerah. Wanita itu keluar dari kamar Rafan .
Mendengar ada ribut-ribut Jihan masuk
“Ji, gak jadi istirahat?” tanya Jihan menatap wajah Rafan dan berganti pada Bibi Jum, lalu melihat Uminya yang melintas dengan wajah sinis.
‘Apa lagi yang dikatakan Umi’' Dila membatin.
“Aku ingin makan dulu, Kak.” Jihan terpaksa berbohong ia berjalan ke dapur dengan Bi Jum.
“Mbak Jihan sabar ya,” bisik Bi Jum menyodorkan segelas jus jeruk padanya.
“Aku tidak bisa Bi, aku bisa gila kalau terus di sini, aku lebih baik hidup di jalanan dari pada diperlakukan seperti ini.”
Saat mengobrol ternyata Hary pulang ke rumah, entah kenapa suasana hati Jihan langsung berubah lebih baik.
“Ary …? Tumben mau pulang,” tanya Dila.
“Aku ingin kerja dengan Jihan Kak.”
Mendengar hal itu Kakek dan Umi Rafan kaget, mereka belum tau kalau Jihan sudah memaafkan Hary . Mereka bahkan tidak tau kalau mereka sudah berteman baik.
“Kerja apa?” Dila menatap sang adik.
“Aku ingin memperlihatkan progres proyek baru kami pada Jihan.”
“Proyek yang mana” Jihan datang dari dapur ikut menoleh ke gulungan kertas di tangan Hary.
Hary menatap mata Jihan yang lembab, lalu menatap Rafan .
‘Apa dia habis menangis’ Hary hanya bisa menarik napas panjang menahan diri agar tidak bertanya kenapa Jihan menangis lagi.
“Oh ya. Kamu bisa desain taman, Ji?” tanya Hary.
Ia bahkan memanggil nama Jihan dengan Ji, panggilan itu biasanya dilakukan orang yang sangat dekat dengannya. Mereka semua menatap Jihan serempak.
“Bisa, taman kota dekat kampus kita, saya dan teman-teman yang mengerjakannya,” ujar Jihan menahan suara agar tidak bergetar ia mendekat dan duduk di samping Hary tidak ada jarak tidak sungkan seperti pada Rafan.
‘Apa mereka seakrap itu?’ Ayah Rafan sampai diam.
“Apa kamu punya waktu? Aku ingin kita mengerjakannya sekarang. Nanti malam mereka ingin melihatnya.”
“Jihan mau istirahat ,” potong Dila.
“Tidak apa-apa Kak, aku tidak capek . Ini kesempatan langkah gak boleh disia-siakan. Kita kerjakan di sana saja.” Jihan menunjuk meja dekat kolam renang. Melihat Hary datang ingin rasanya ia menangis di depan Hary
Bersambung
Bantu Vote, Like, Komen dan berikan hadia agar authornya semakin semangat update banya bab tiap hari terimakasih
tapi kenapa mereka semua gk mengizinkan jihan & hary hidup bersama.
dan jelas hary itu ayah kandung aqila.
kalo emg takdir nya sama hary,jngn muter² lg dech crita nya.