Menjadi cantik dan cerdas tidak membuat nasib baik berpihak pada wanita bernama Teresa. Dia adalah seorang wanita yang sudah menikah, tapi nasib buruk terus menimpanya. Selama ini ia menikah atas dasar cinta, membuatnya menormalisasi perbuatan buruk suaminya. Ia menjadi mesin penghasil uang untuk suami dan ibu mertuanya selama ini, sampai pada akhirnya suatu kejadian menyakitkan membuatnya tersadar, bahwa ia harus meninggalkan kehidupan menyedihkan ini. Teresa berubah menjadi wanita yang memprioritaskan uang dan kekayaaan. Ia sudah tidak percaya cinta, ia hanya percaya kepada uang dan kekuasaan. Menurutnya, menjadi kaya adalah tujuan utamanya sekarang. Agar dia tidak lagi ditindas. Sampai ia menemukan seorang pria yang menjadi sasaran empuk untuknya, pria dengan status sosial yang tinggi, pria dari kalangan atas yang akan membantunya untuk meningkatkan status sosialnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ashelyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 ( Perasaan Teresa)
Suara petir tiba-tiba membangunkan Teresa dari tidur nyenyaknya. Ia melihat langit yang sedikit gelap dari jendela besar di kamarnya. Tere bisa melihat bahwa diluar sedang hujan lebat. Lalu matanya melihat kearah jam yang berada di nakas.
“Masih pagi” ucapnya lirih.
Jam masih menunjukan pukul enam pagi. Hujan yang mengguyur kota berhasil membuat hawa dingin semakin terasa di pagi hari. Tere segera merapatkan selimut ke tubuhnya. Tapi selimutnya tertarik oleh seseorang yang sedang tidur disampingnya.
Tere tersenyum lebar saat melihat wajah Wiliam yang terlihat sangat damai saat tertidur. Wajahnya memerah saat ia mengingat kembali apa yang mereka lakukan semalam. Seketika Tere memegang wajahnya yang terasa panas.
Teresa tidak menyangka bahwa ternyata, ia akan benar-benar melakukan hal itu dengan Wiliam. Ia pikir Wiliam tidak akan pernah menyentuhnya selamanya, tapi ternyata semua itu hanyalah ucapan sementara pria itu. Karena pada akhirnya, Wiliam tetap melakukannya.
Tere tersenyum dan mulai menyentuh bagian tubuh Wiliam yang paling ia sukai. Yaitu bagian perut sixpacknya. Ia mengusapnya dengan lembut dan ia sangat menikmati itu. Sampai sesuatu tiba-tiba menghentikan gerakan tangannya.
Tere langsung melihat kearah Wiliam yang ternyata sudah membuka matanya. Tangannya sudah memegang tangan Teresa, ia seperti terganggu dengan apa yang Tere lakukan.
“Kau berhasil membangunkanku Teresa” ucapnya.
“Maafkan aku” ucap Tere lirih.
Wiliam mulai bangkit dari tidurnya. Tere menutup mulutnya dengan kedua tangannya, ia terkejut dengan banyaknya cakaran yang ada di punggung Wiliam. Lalu Tere segera melihat kuku panjangnya yang telah tega melukai punggung Wiliam sampai seperti itu.
“Kurasa aku telah melukai punggungmu Wiliam” ucap Tere ketakutan.
“Ini salahku juga, karena terlalu kasar. Lain kali aku akan lebih lembut” ucapnya dan pergi begitu saja masuk kedalam kamar mandi.
Teresa yang mendengar itu langsung diam membisu. Ia membeku untuk beberapa saat, bahkan tubuhnya mendadak sulit untuk digerakan saat ini. Ucapan Wiliam masih terbayang-bayang di kepalanya.
“Lain kali? Maksudnya dia akan melakukannya lagi?” batin Teresa.
Suara percikan air yang terdengar di kamar mandi membuat Teresa tersadar dari lamunannya. Ia segera mengambil handuk untuk menutupi tubuhnya. Lalu Ia berdiri di depan kaca besar yang berada di kamarnya.
Tangannya menyentuh bekas merah atau biasa disebut dengan kissmark di tubuhnya. Tere menghitung berapa banyak Wiliam meninggalkan jejak di tubuhnya semalam. Dan Tere lelah untuk menghitungnya.
“Kurasa dia sudah menahannya sejak lama” ucap Tere lirih nyaris tak terdengar.
Teresa melangkahkan kakinya mendekati jendela kaca besar untuk melihat hujan. Pagi yang begitu gelap, tapi bagi Teresa, pagi ini adalah pagi yang sangat indah. Ia akan menghabiskan waktunya sebentar disini.
20 menit kemudian….
“Kapan kau akan memulai bisnismu itu?” ucap Wiliam yang baru saja keluar dari kamar mandi.
“Aku akan mencari gedung yang kosong. Mungkin itu yang pertama kali aku lakukan” ucap Tere.
“Jika ada kesulitan, kau bisa hubungin Dion. Dia mungkin tidak sesibuk aku, dan ia bisa lebih sering membantumu” ucap Wiliam sembari membuka lemari pakaiannya.
“Baiklah, aku pasti akan mengabari jika mengalami kesulitan” ucap Tere.
“Dan uang 200 juta, baru saja aku kirimkan padamu” ucap Wiliam.
“Untuk apa? Bukannya uang untuk bisnis sudah dikirim?” ucap Tere heran.
“Itu uang dariku. Karena aku telah melanggar perjanjian pernikahan. Kau lupa? Aku harus membayar denda karena telah menidurimu” ucap Wiliam dengan wajah datarnya.
Teresa terdiam, ia mengingat kembali apakah ia pernah mendengar tentang itu. Dan akhirnya ia mengingat isi perjanjian pernikahan yang pernah ia baca saat itu.
“Ah aku mengingatnya sekarang” ucap Teresa.
Teresa melangkahkan kakinya untuk masuk ke kamar mandi saat Wiliam tidak menanggapi ucapannya. Setelah pintu kamar mandi ditutup, Tere mulai melepaskan handuknya dan menyalakan kran air untuk membasahi tubuhnya.
Setelah selesai membersihkan diri, Teresa mulai membuka pintu kamar mandinya. Namun, langkahnya terhenti saat ia melihat Wiliam yang masih berada di dalam kamar. Pria itu duduk di sofa dekat jendela.
Tere dengan ragu melangkahkan kakinya menuju ke lemari pakaian. Walaupun mereka sudah melakukan semua itu semalam, tapi Tere masih merasa canggung untuk berpakaian di depan Wiliam.
“Ah masa bodoh! Bagaimanapun dia adalah suamiku, jadi tidak apa-apa! Lagian Wiliam juga pasti masih fokus dengan iPad miliknya” batin Tere mencoba meyakinkan dirinya untuk melepaskan handuk yang di pakainya.
Dengan cepat Tere langsung membuka handuknya dan mulai memakai pakaian satu persatu. Ia benafas lega saat akhirnya ia berhasil memakai pakaian dengan cepat.
Lalu Teresa membalikan badannya dan langsung tersentak saat Wiliam sedang menatap kearahnya. Bahkan sofa yang awalnya menghadap kearah jendela, sekarang berubah menjadi menghadap kearahnya.
“Apa kau melihat semuanya?” ucap Tere.
“Tentu, aku tidak mungkin melewatkan pemandangan itu” ucapnya sembari bangkit dari duduknya.
Ia mulai mendekatinya. Tanganya terangkat untuk mengelus puncak kepala Teresa dengan lembut. Lalu Wiliam mulai berbisik sesuatu di telinga Teresa, membuat bulu kuduknya berdiri.
“Sebaiknya kau sembunyikan tentang aku yang sudah tidur denganmu. Kau tau, Ruby melarangku melakukannya” ucap Wiliam.
“Kau masih peduli kepadanya?” ucap Tere tak percaya.
“Dia segalanya bagiku, kau tau itu” ucap Wiliam.
Teresa tersenyum kecut saat mendengar ucapan yang keluar dari mulutnya. Ia sadar bahwa ia terlalu berharap banyak pada pria bernama Wiliam ini. Ia menganggap bahwa apa yang mereka lakukan semalam adalah, karena Wiliam sudah sepenuhnya melepaskan Ruby. Tapi ternyata semua itu salah, Wiliam masih saja peduli kepada masa lalunya itu.
“Baiklah aku mengerti. Cepat pergi ke kantor sekarang, atau kau akan terlambat” ucap Teresa.
“Baiklah aku pergi sekarang” ucap Wiliam dan pergi meninggalkan kamar.
Teresa menyentuh dadanya yang terasa sesak. Ia kembali merasakan rasa sakit itu lagi. Ini salahnya sendiri karena telah berharap lebih kepada Wiliam. Padahal seharusnya ia tau, bahwa Wiliam tidak mungkin melepaskan masa lalunya semudah itu.
Tidur bersama bukan berarti saling mencintai. Itu adalah hal yang harus teresa ingat. Rasa sakit di dadanya terus bertambah, bersamaan dengan perasaan yang semakin tumbuh besar di dalam hatinya.
“Kau benar Wiliam. Jangan jatuh cinta padamu, atau aku akan merasakan sakit. Padahal kau sudah sering memperingatkanku, ini salahku karena membiarkan perasaan ini tumbuh” batin Teresa.
Semuanya tidak ada yang sempurna, begitu juga dengan kehidupan baru yang Teresa jalani sekarang. Ia memang berhasil menikah dengan seorang pria yang kaya raya, tampan, dan dari keluarga yang terpandang. Bahkan Teresa bisa menikmati kehidupan yang sangat mewah. Dan pada akhirnya, ia juga bisa memakaikan barang mahal untuk dirinya sendiri.
Tapi di balik semua itu, Teresa juga terjebak kedalam perasaannya sendiri. Ia terlanjur memiliki perasaan kepada Wiliam. Ia berharap lebih kepada pria itu, padahal Teresa tau bahwa Wiliam sudah memiliki seseorang di hatinya.
“Pada akhirnya aku akan tetap jatuh cinta padamu” ucap Teresa lirih.
Teresa melangkahkan kakinya membuka pintu balkon kamarnya. Ternyata hujan sudah reda, ia mencoba menghirup udara segar di pagi hari. Pagi yang ia sebut indah, tapi pada kenyataannya tidak seindah itu.
Mata Teresa melihat sesuatu yang kembali menyakiti hatinya. Ia melihat Wiliam yang sedang duduk bersama dengan Ruby di taman. Ia bisa melihat wajah suaminya yang sedang tersenyum hangat kepada wanita itu. Teresa hanya bisa tersenyum kecut melihatnya.
“Tidak apa jika kau masih belum melepaskannya. Aku memiliki status yang lebih tinggi darinya, aku adalah istrimu. Mungkin aku bisa mencoba, untuk membuatmu lebih mencintai istrimu sendiri” ucap Tere sembari melihat kearah dua orang itu.
“Kau menyebutku nona rubah kan Wiliam? Maka aku akan benar-benar menjadi nona rubah yang licik untukmu” batin Teresa.
...----------------...
lanjutttttt
lanjutttttttt