Apa jadinya ketika seorang mantan Casanova jatuh cinta pada seorang gadis yang polosnya tingkat dewa?
"Kau tahu tidak apa artinya cinta?"
"Tahu,"
"Apa?"
"Kasih sayang dari orangtua pada anak mereka."
Jleebb
Akan bagaimanakah kisah mereka selanjutnya? Mampukah seorang CIO MORIGAN STOLLER menaklukkan hati sang pujaan hati yang terlalu lambat menyadari perasaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~ 17
"Ganti mobil lagi?" Elil terkagum-kagum begitu melihat Cio keluar dari sebuah mobil mewah dua pintu. Dia yang hendak menyebrang jalan, segera berlari mendekat kemudian mengusap body mobil tersebut. "Wahhh, keren sekali. Paman Junio benar-benar sangat kaya. Hebat!"
"Ini mobilku," protes Cio.
"Sudah tidak usah malu. Lagipula Paman Junio itukan ayahmu, wajar kok kalau kau meminjam mobilnya."
"Hah, terserah kau sajalah mau berpikir apa. Aku malas menjelaskan,"
Cio terus memperhatikan Elil yang sedang sibuk berceloteh memuji mobil yang diklaim sebagai milik ayahnya. Diam-diam dia tersenyum tipis, merasa konyol dengan dirinya sendiri.
"Ah, hampir saja aku lupa. Kau tunggu di sini sebentar ya," pekik Elil sambil menepuk kening.
"Kau mau ke mana?"
"Ke seberang jalan. Tadi aku sudah memesan makanan di sana. Sepertinya pesananku sudah jadi. Aku mau mengambilnya dulu,"
"Bersama saja. Sekalian nanti kita langsung pulang," ucap Cio tiba-tiba merasa tak rela membiarkan Elil pergi sendirian.
"Tidak usah. Lebih baik kau menjaga mobil ini saja. Nanti ayahmu bisa marah kalau mobilnya sampai hilang. Tunggu sebentar ya,"
Tak ada yang bisa Cio lakukan selain pasrah menuruti keinginan Elil. Sembari menunggu gadis itu kembali, dia memutuskan untuk melihat-lihat bursa saham. Cio lalu menyeringai tipis saat mendapati kenaikan yang cukup besar dari beberapa saham yang dia tanam di perusahaan lain.
"Akhhh!!"
Ponsel di tangan Cio hampir saja terlepas saat dia mendengar suara teriakan Elil. Tanpa pikir panjang dia langsung berlari menyusul. Di seberang jalan, gadis itu nampak terduduk di tanah dengan baju kotor akibat tersiram makanan yang baru dibelinya. Panik, Cio segera melepas jaket lalu membersihkan lelehan kuah yang sialnya masih mengeluarkan asap. Kulit tubuh Elil mulai memerah.
"Sorry-sorry, aku tak sengaja menabrakmu tadi," ucap seorang laki-laki dengan raut wajah yang begitu panik.
"Apa matamu buta?"
"Maaf, apa kau sedang bicara denganku?"
"Bodoh! Jelas-jelas kaulah yang membuat gadisku jadi seperti ini. Masih saja bertanya aku sedang bicara pada siapa. Huh!" omel Cio seraya melayangkan tatapan tajam.
"Tuan, aku rasa ucapan kasar seperti ini tak layak diperdengarkan pada orang lain. Aku tahu aku salah, dan aku pun sudah berusaha meminta maaf pada nona ini. Yang namanya kecelakaan, kita mana tahu kapan akan terjadi. Jadi tidak perlulah kau sampai sekasar ini padaku," sahut Royen agak tersinggung saat dikatai bodoh oleh pria yang entah siapa.
"Lalu kau mau apa kalau aku ingin bicara kasar? Tidak terima dan ingin protes? Iya?!"
"Tidak begitu juga. Kau .... "
"Sudah-sudah jangan ribut. Aku tidak mati kok," celetuk Elil sambil meringis saat lengannya tergesek jaket. Perih dan juga panas. Kuah soto yang dia beli tumpah menyiram ke sebagian tubuhnya. "Duhh, sayang sekali soto yang aku beli. Suiran ayamnya berubah jadi suiran daging manusia. Hmm,"
Cio takjub. Sedangkan Royen, pria itu nampak terkaget-kaget mendengar ucapan Elil. Mungkin tak pernah mengira akan keluar ucapan seperti itu dari mulutnya.
"Kira-kira tanganku melepuh tidak ya?" ujar Elil sedikit khawatir. "Aku sudah absen lama dari pekerjaan. Tuan Andreas bisa marah kalau aku kembali mengambil cuti karena tanganku terluka."
"Istirahat di rumah. Masalah Andreas nanti biar aku yang urus. Yang penting kau sembuh dulu," sahut Cio tanpa ragu meminta Elil agar istirahat. Dia tak tega membiarkannya tetap bekerja dengan kondisi tangan melepuh begini.
"Mana bisa begitu, Cio. Kalau aku libur kerja, nanti jatah makan siangku bagaimana? Aku harus pandai-pandai menghemat sekarang,"
"Bawel sekali. Kalau kau setuju untuk libur, nanti perharinya aku yang akan membayarmu. Dan tentang makan siangmu, aku sendiri yang akan membelikan. Jadi patuhlah. Oke?"
Royen berjongkok. Dia lalu mengulurkan tangan sambil tersenyum. "Aku Royen. Kalau boleh tahu namamu siapa, Nona? Kau terluka karena aku, jadi tolong ijinkan aku untuk bertanggung jawab. Bisakah kita saling mengenalkan nama satu sama lain?"
Plaakk
Baru juga Elil hendak menggerakkan tangan, Cio sudah lebih dulu menepis tangan Royen agar menjauh. Ekspresi Cio sekarang sungguh sangat tak ramah dilihat. Elil yang heran, tergerak menyentuh pipinya.
"Kau marah ya?"
(Dasar tidak peka. Jelas aku marah melihat kelancanag pria ini. Di depanku berani-beraninya dia mengajakmu kenalan. Huh)
"Nona, kau belum menjawab pertanyaanku. Namamu siapa?" Royen tiba-tiba saja tertarik pada gadis yang tak sengaja dia tabrak. Terlihat sederhana, tapi mampu membuat pria bernama Cio ini menunjukkan keposesifan. Sepertinya gadis ini bukan gadis biasa. Dia harus mencari tahu.
"Berhenti mengganggu gadisku. Kau tak layak mengetahui namanya!" bentak Cio kian cemburu. Sorot matanya dipenuhi api kemarahan.
"Yang aku tanya adalah nona ini, kenapa kau yang jawab?"
"Dia milikku."
Satu pengakuan yang cukup tegas. Cio dengan lantang menyerukan kalau Elil adalah miliknya. Jiwa persaingan terlihat sangat jelas di matanya.
"Apa kalian sudah menikah?" tanya Royen penuh selidik.
"Tidak, kami belum menikah. Tapi aku dan Cio pernah tidur bersama," sahut Elil tanpa pikir panjang menjawab jujur.
Orang-orang yang melihat keributan tersebut, tampak mulai berbisik-bisik ketika Elil mengaku sudah pernah tidur dengan Cio. Pikiran mereka dipenuhi terkaan buruk kalau Elil bukan gadis baik-baik.
"Ekhmmm! Dia sakit, jadi aku memintanya untuk tinggal sementara di apartemenku sampai dia sembuh. Kalian jangan berpikiran buruk dulu. Elil tidak seperti yang kalian kira!" Cio sigap pasang badan melindungi harga diri Elil di mata orang-orang. Dia tak akan membiarkan gadisnya dipandang sebelah mata.
"Iya aku ini adalah gadis baik-baik kok. Ilona yang bilang begitu,"
"Ilona? Nama ini sepertinya tidak asing," gumam Royen.
"Kau kenal dengan sahabatku?"
Cepat-cepat Cio menarik tangan Elil yang ingin mendekati Royen. Setelah itu dia memelototkan mata, memberi peringatan pada gadis ini agar jangan mendekati pria lain.
"Kekanakan," sindir Royen.
"Tidak ada tempat untuk orang ketiga dalam hubungan kami. Jadi apa pun niatmu, lebih baik urungkan saja karena aku tidak akan membiarkanmu dekat-dekat dengan Elil. Sekali lagi ku tegaskan, Elil milikku. Camkan itu baik-baik!"
Sadar situasinya sudah tidak baik, Royen segera mengangkat kedua tangan ke atas kemudian mundur menjauh. Dia cukup tau diri untuk tidak semakin menyulut emosi Cio. Yang penting dia sudah tahu nama dari gadis sederhana ini.
(Elil. Nama yang cukup sederhana, tapi penuh daya tarik dan misteri. Karena kalian belum menikah, mungkin tidak ada salahnya jika aku ingin mengenalmu lebih jauh. Tunggu aku, Elil. Pasti akan ada waktu untuk kita bertemu dan bisa mengobrol dengan leluasa)
Cio yang sudah kebakaran jenggot karena cemburu, tanpa pikir panjang langsung membopong tubuh Elil dan membawanya menuju mobil. Dia diam saja saat Elil melayangkan pertanyaan bertubi-tubi.
"Wajahmu masam sekali. Asam lambungmu kambuh ya?"
" .... "
"Kau terlihat seperti sedang menahan kesal. Cemburu apa bagaimana?"
" .... "
"Ishh, menyebalkan. Aku yang tersiram kuah soto tapi kenapa kau yang kesal? Cio, kau sangat aneh."
" .... "
"Cio, bicaralah. Jangan jadi orang gagu. Cio!"
Cemburu membuat seseorang kehilangan kewarasan. Kurang lebih itulah yang terjadi pada Cio setelah seorang pria nekat ingin mendekati Elil. Jiwanya bagai terbakar kobaran api yang sangat besar. Dia cemburu ugal-ugalan.
***
kapan up maaak
jangan keluyuran sendiri sendiri ada
👁️👁️ yang sedang mengintai dirimu
😳