menikah sebab perjodohan orang tua. namun setelah hampir delapan tahun belum di karuniai seorang anak.
hingga akhirnya suatu hari sebuah kenyataan membuat hati seorang istri merasa sangat tersakiti.
di antara percaya atau tidak.
simak cerita selengkapnya di cerita ya gaes
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pengagum Rahasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 31
Santi mengerjapkan matanya berusaha mengumpulkan kesadaran. ia meringis memegang kepala nya yang terasa pusing. Ia duduk dan bersandar di dinding untuk menetralisir rasa pusing nya. ia melihat setiap sudut kamar yang saat ini ia tiduri. Ia mengernyit melihat ruangan asing, matanya berkeliling memindai ruangan itu untuk mencari pemilik kamar dan ia terpaku pada satu foto yang tergantung di sudut ruangan. Foto Rani dengan seorang pria tampan yang mengenakan baju toga. Mereka tersenyum bahagia bersama.
Santi beranjak saat kepalanya sudah tidak terasa pusing. Ia mendekati pigura foto itu dan memandang lekat ke arah Rani. Sekali lagi ia mengagumi wajah Rani yang kala itu memakai baju SMA.
'ternyata Bu Rani sudah cantik sejak dulu' batin Santi.
Disaat Santi masih mengagumi kecantikan masa SMA Rani tiba-tiba pintu terbuka dan menampilkan wajah segar Rani.
"kau sudah bangun?" tanya Rani tersenyum hangat, ia meletakkan nampan berisi satu gelas susu di atas meja belajar nya.
Santi tergagap, ia merasa cemas karena sudah lancang melihat foto yang tergantung di sana.
"maaf Bu" ucap Santi.
"tak apa Santi. Kau pasti bertanya-tanya siapa pria itu kan? Dia adalah orang yang istimewa. Tapi tolong jangan bicarakan atau tanyakan tentang pria itu. Karena tidak akan ada jawaban. Kau mengerti?" ucap Rani pelan namun tegas.
Santi pun mengangguk kan kepalanya mengerti. Namun dalam hatinya ia bertanya-tanya apa maksud dari sudah tidak ada jawaban.
"minum lah susu itu dan keluar lah. Aku menunggu mu di meja makan untuk sarapan bersama"
"baik Bu"
Rani pun kemudian keluar kamar terlebih dahulu sementara Santi duduk di kursi belajar dan meminum susu hangat yang tadi di bawa oleh Rani.
"Bu Rani baik banget. Apakah aku harus cerita sama bu Rani. Siapa tau bu Rani bisa memberikanmu saran dan solusi" gumam Santi dengan wajah murung.
Santi meletakkan gelas kosong itu di atas nampan kemudian pergi dari kamar pribadi Rani dan menuju ruang makan.
"selamat pagi mbak Santi" sapa bik Surti ramah.
"selamat pagi bi"
"tidur nya nyenyak?"
"nyenyak banget bik." jawab Santi.
"Alhamdulillah kalo gitu. Duduk aja mbak di kursi sebentar lagi kita sarapan"
Santi pun mengangguk kan kepala nya kemudian duduk di kursi makan di samping Rani.
"bagaimana perasaan mu?" tanya Rani.
"sudah lebih baik Bu" jawab Santi.
"syukur lah. Kau sudah siap bercerita?"
"ya Bu, rasanya saya akan stres jika memikirkan ini sendirian"
Rani tersenyum hangat, jemari lentik nya meraih tangan Santi. Ia menyalurkan energi semangat lewat genggaman tangan itu.
"ya Santi. Terkadang memendam masalah adalah pilihan.. Namun, jika masalah itu menyakiti mu kau bisa menceritakan masalahmu itu kepada seseorang yang kau anggap tepat"
"terima kasih Bu" Santi membalas genggaman tangan Rani.
Rani pun tersenyum hangat. Bagaimana pun melihat wajah kacau Santi tadi malam membuat nya mengingat peristiwa dua belas tahun silam.
***
"katakan! Kau tau sesuatu kan tentang Zaifa?" tanya seorang pria yang tak lain adalah Niel.
Matanya menatap tajam seseorang di depannya. Namun, seperti nya tatapan nya itu tak berarti untuk pria di depannya. pria itu terlihat santai dan tetap menikmati camilan nya.
"kau datang ke apartemen ku pagi-pagi, mengganggu waktu tidur ku, dan mengacaukan mimpi indah ku hanya untuk menanyakan seseorang yang sudah pergi bertahun-tahun?" tanya pria itu.
"ya"
"kenapa? Raihan saja tak tau kemana pergi nya perempuan itu. Apalagi aku?"
"Boby!!" panggil Niel dengan suara yang di tekan.
"katakan kalau kau tau tentang Zaifa?"
"aku tidak tau"
"sudahlah. Kau memang berniat menyembunyikan Zaifa dari kami kan?"
"aku sungguh tak tau Niel" ucap Boby jengah.
"kau tau Bob. Anak buah ku menghubungi ku beberapa hari yang lalu dan mengatakan kau sempat membicarakan tentang Zaifa dengan kekasih mu. Bahkan kalian berniat menemui nya minggu-minggu ini" jelas Niel panjang lebar.
Boby menghentikan aktivitas mengambil camilan dalam toples kemudian menatap datar Niel.
"kau memata-matai ku"
"itu tidak sengaja. anak buah ku sedang membeli sesuatu pada penjual yang ada di samping mu saat itu"
"tunggu, kau mengetahui nya kan??" desak Niel.
'apa sudah saat nya memberi tahu mereka' batin Boby dalam hati.
"Bob!" panggil Niel lebih keras.
"kau harus memberikan aku saham perusahaan mu lima persen dan aku akan membicarakan semua tentang Zaifa kepada mu. Bagaimana?" tanya Boby.
Niel memandang tak suka ke arah Boby. Temannya ini begitu pintar mencari kesempatan dalam kesempitan. Saham lima persen di perusahaan nya bisa menghasilkan uang sebesar 10 M setiap enam bulan sekali.
"bagaimana?" tanya Boby lagi.
"deal"
Mereka pun bersalaman. Boby merasa mendapat jackpot karena Niel dengan gampang menyetujui persyaratan nya. Boby sudah mulai menyusun rencana akan ia pergunakan untuk apa penghasilan dari saham Niel. Sebab sebenarnya Boby pun memiliki perusahaan sendiri.
"kau memang sahabat ku Niel" ucap Boby sumringah memeluk erat Niel. Sementara Niel menampilkan ekspresi tertekan.
Jika bukan karena kecurigaan nya terhadap Zaifa ia tidak akan mau memberikan saham 5 persen kepada Boby secara cuma-cuma.
"sekarang katakan apa yang kau ketahui" tekan Niel.
"baiklah... Dengarkan aku baik-baik, jangan potong ucapan ku atau aku tidak akan menceritakan lagi. Dan jangan bertanya jika aku belum selesai bicara"
"cepat lah" desak Niel tak sabar.
sebelum Boby bercerita ia menghirup udara banyak-banyak kemudian menghembuskan perlahan. tingkah laku Boby membuat Niel geram namun tak mampu melakukan apa pun.
"sebenarnya tiga tahun yang lalu....."
***
Di gedung pencakar langit berlantai lima belas. Di perusahaan yang memproduksi makanan ringan dan sekarang akan merambah ke bisnis perkunileran. Alex sekretaris yang CEO sedang berdiri di depan pintu CEO, tak berapa lama ia masuk setelah pintu terbuka.
"anak buah saya mengatakan bahwa siang ini tuan Niel datang ke apartemen pak Boby tuan" ucap Alex.
"apakah Boby absen lagi?"
"pak Boby sudah meminta izin dua hari karena ada urusan keluarga tuan"
"tapi kenapa ia ada di apartemen"
"menurut anak buah saya, pak Boby baru sampai di apartemen jam sepuluh pagi. Dan di jam sembilan pagi tuan Niel sudah menunggu tuan Boby di loby apartemen"
Raihan mengetuk-ngetuk kan jari telunjuk di dagu nya. tangan kanan nya mengetukkan pena di kaca tebal pada meja kerjanya.
Bukan hal aneh jika Niel datang ke apartemen Boby. Namun jika datang sendiri dan bahkan rela menunggu hingga satu jam pasti ada yang tidak beres.
"kau selidiki lagi"
Setelah mendengar perintah bos nya, Alex pun undur diri dari ruangan itu. Dan kembali ke ruangan nya untuk memberikan misi lain kepada anak buah nya.
samawa....
pnysln mmng sllu dtng trlmbat ,hrsnya mnkmti msa tua brsma kluarga mlh hrs hdp d pnjra...
smga pa bewok bnr2 tobat....