Saat aku ingin mengejar mimpi, berdiri dalam kesendirian pada ruang kosong yang gelap,tidak hanya kegelapan, dinginpun kian lama menyelimuti kekosongan itu. Perlahan namun pasti, kegelapan itu menembus ulu hati hingga menyatu dengan jiwa liar yang haus akan kepuasan. Jangan pernah hidup sepertiku, karena rasanya pahit sekali. Hambar namun menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cevineine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8
5 Tahun lalu..
Hari dimana Ethan menyatakan cintanya padaku, semenjak itu pula kita semakin dekat dan kami memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih. Awalnya memang aku memiliki rasa kagum yang begitu besar kepadanya, namun semakin kita dekat rasa itu mulai berubah menjadi cinta. Aku merasa telah mengenalnya jauh sebelum kami pernah bertemu. Sama halnya dengan Ethan, ia juga merasakan jika pernah bertemu dengan aku sebelumnya. Kami memiliki beberapa persamaan, dari latar belakang keluarga, kesukaan hingga kemiripan dalam sifat. Ia pernah mengutarakan kepadaku, ketika bersamaku ia merasa tidak memiliki dinding pembatas begitu pula dengan aku. Karena kecerdasannya dibidang akademik, aku jadi semakin kagum terhadapnya. Banyak dosen yang menyukainya dan memujinya karena ia memiliki otak yang encer, berbeda sekali dengan ku yang kerap kali lola alias loading lama. Bahkan diusianya yang sekarang, ia sudah bekerja di perusahaan milik keluarganya, walaupun hanya berstatus pegawai biasa, tapi ia mau untuk terus belajar. Ethan selalu berbicara kepadaku, jika aku adalah dirinya dimasalalu, kami seperti cermin. Aku pun sama, selalu melihatnya sebagai guru dan heroku. Diriku sangat mengaguminya, apa yang dia contohkan kepadaku pasti aku akan dengan senang hati menirunya. Dia seperti paket komplit bagiku, selain tampan dan cerdas ia juga agamis yang selalu mengedepankan norma. Kami selalu mengisi hari hari dengan kegiatan positif. Semenjak bertemu dengannya, aku jadi lebih sering beribadah. Bukan karena dirinya, namun karena keinginanku sendiri. Ethan merubah banyak hal dalam diriku, dan Papaku juga menyukainya. Kata Papaku, Ethan lebih dari yang aku fikirkan karena beliau tahu apa yang tidak aku tahu. Kami melalui dunia perkuliahan dengan baik, walaupun ada beberapa hal yang menghalangi hubungan kami berdua. Seperti perempuan perempuan yang ngefans terhadapnya, aku kira dengan resminya hubungan kami berdua akan membuat para wanita wanita itu berhenti mengejarnya. Namun ternyata tidak, ada satu wanita yang sangat membenci hubungan kami berdua. Ia begitu gencar ingin menghancurkan kami dan berusaha menyakiti aku dengan caranya. Saat itu aku memutuskan untuk mengakhiri saja hubungan kami, karena aku tidak kuat melihat kedekatannya dengan wanita tersebut. Wanita itu adalah teman dari temannya, jadi ia sungkan untuk menolak dekat dekat, walaupun begitu Ethan masih memiliki batasan untuk tidak berkontak lebih intens dengan wanita itu. Ia hanya ingin menghormati pertemanannya saja. Karena saat itu kami egois dan memiliki emosi yang masih tidak stabil, kami memutuskan untuk berpisah. Tak ku sangka desas desus kami putus terdengar sampai telinga wanita itu, hingga ia dengan gencar mendekati Ethan dengan beribu trik. Sampai akhirnya kabar mereka jadian sampai pada telingaku, tak kupungkiri jika hatiku sakit mendengar kabar itu, terlebih saat wanita itu bertemu denganku ia akan selalu mencari gara gara.
Hingga waktu itu, Ethan memergoki wanita itu ingin mencelakaiku dengan menyewa preman untuk menculik dan melecehkanku. Saat itu aku tidak tahu apa apa, hingga pada saat aku dijalan pulang, Ethan memaksaku untuk pulang dengannya saja, lalu Ethan menceritakan semuanya kepadaku. Bahwa ia dengan wanita itu tidak pernah ada hubungan apapun, gosip itu sengaja ia sebar demi menyakiti aku. Siang itu ketika kami berdua pulang bersama tiba tiba mobil kami di hadang oleh segerombolan preman, mereka membawa senjata masing-masing. Karena salah satu dari mereka mengancam akan memecahkan kaca mobil, Ethan akhirnya turun dan menghadapi mereka. Sedangkan aku bersembunyi di bagasi belakang dengan berselimut karpet agar keberadaanku tidak mereka temui. Karena Ethan tahu akan ada kejadian seperti ini, ia menyuruhku untuk segera bersembunyi terlebih dahulu. Waktu itu, ketika mobil berhenti secara tiba tiba aku merasakan bahwa mereka sudah menghadang mobil kami. Aku berusaha tenang dan terus berdiam seperti ini sampai Ethan memberiku aba aba. Sudah 15 menit aku berdiam seperti ini dan aku belum juga meberima aba aba dari Ethan. Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengintip dari celah kursi didepanku. Sepi, tidak ada siapa-siapa. Lalu aku memberanikan diri untuk keluar, betapa terkejutnya diriku ketika mendapati Ethan tergeletak bersimbah darah. Aku panik dan segera menelepon ambulan.
Ketika kami berada diruang rawat inap dan kondisi Ethan yang sudah membaik, wanita itu datang untuk menjenguk. Ethan memintaku tidak berbicara sembarangan kepadanya dan merahasiakan semuanya agar kami tetap aman. Wanita itu berada disini seolah tidak terjadi apa apa. Aku yang sudah jengah dengan tingkahnya memutuskn untuk pergi saja.
"Kami akan menikah" langkahku terhenti ketika mendengar suara berat Ethan. Aku menoleh dan menatapnya dengan perasaan yang sulit diartikan.
"Apa? Kenapa tiba tiba? Kamu milikku!!" teriak wanita itu tak terima.
"Aku milik Anessa, bukan milikmu" jawab Ethan dengan suara dingin. Lalu wanita itu pergi dengan wajah marah dan melirikku sinis.
"Kenapa kamu berbicara seperti itu kepadanya?" tanyaku dengan nada suara bergetar.
"Aku tidak bercanda, aku akan segera melamar pada Papamu. Minggu depan" jawab Ethan dengan cuek.
Hari demi hari berlalu, akupun masih memikirkan perkataan lelaki itu ketika dirumah sakit. Pasalnya hari ini adalah 2 hari sebelum berakhirnya janji itu. Akupun belum berbicara kepada Papa, takut jika ia tidak memenuhi janji.
...****************...
Hari ini adalah hari terakhir dari janji itu, bahkan Ethan pun tidak memberiku kabar sama sekali perihal perkataannya tempo hari. Aku sedikit kecewa terhadapnya, berfikir ia sengaja memberi harapan palsu kepadaku. Namun siang ini tiba tiba saja Papaku membuka keras pintu kamarku. Ia membentakku dan menyuruhku turun karen tiba-tiba saja ada banyak tamu yang membawa hantaran untuk pertunangan. Sontak aku terkejut dengan penuturan Papaku. Dan benar saja, ketika aku turun ke lantai 1, sudah banyak orang. Dan aku melihat Ethan disana, duduk diantara mami dan papi nya. Dengan senyum sumringah ia menghampiriku dan menggandengku untuk duduk dia hadapan nya. Untung saja aku memiliki kebaya yang cukup pantas untuk acara seperti ini, pasalnya aku tidak mempersiapkan apapun begitu juga dengan Papa. Untung saja pihak keluarga Ethan memaklumi karena sebelumnya Ethan telah memberitahu mereka bahwa aku tidak tahu menahu perihal acara hari ini. Karena Papaku sangat menyukai Ethan, ia tentu saja tidak berfikir dua kali untuk menolaknya, bahkan beliau begitu bersemangat untuk menentukan hari pernikahan kita.
Hari pernikahan ditentukan, jatuh pada tanggal dan bulan kelahiranku. Aku begitu senang dan bahagia mulai menjalar dalam hatiku. Ternyata Ethan memenuhi janjinya.
Kami memutuskan untuk merahasiakan soal pertunangan dan pernikahan agar tidak menjadi ain bagi yang tidak menyukai hubungan kami. Dikampus, kami pun tidak melakukan interaksi intens karena menghindari hal hal yang membuat siapapun curiga. Biarkan saja tiba-tiba mereka terkejut dengan undangan yang menyebar. Tapi aku tidak merahasiakan dengan Ratna dan Serly, mereka berhak tau karena bagaimanapun mereka adalah sahabatku yang menemani setiap hari. Ketika aku memberitahu hal ini pada Ratna dan Serly, mereka terkejut dan turut senang mendengarnya. Karena merekalah yang mengetahui bagaimana dalamnya perasaanku terhadap Ethan.
Hari demi hari kulalui dengan gugup, pasalnya pernikahan kami hanya tinggal hitungan hari saja, lusa kami akan melaksanakan pernikahan dan kami akan sah sebagai suami istri.
...****************...
penulisannya bagus..
/Smile//Smile/