"Kamu tidak perlu menikah dengan ku hanya karena rasa kasihan. Aku tidak butuh!"
Aiden seorang playboy yang mempermainkan perasaan berbagai wanita, saat dia benar-benar jatuh cinta pada Yuniar yang polos, dirinya ditolak berulang kali.
Hingga sebuah kecelakaan yang disebabkan oleh Yuniar membuat kedua kaki Aiden lumpuh.
Gadis yang baik hati ini akhirnya menyetujui lamaran Aiden, namun Aiden yang sangat terpukul karena kelumpuhannya pun menolak dengan keras.
Apakah Aiden dan Yuniar berhasil menikah ?
Bagaimana Aiden yang lumpuh akan melanjutkan cintanya kepada Yuniar ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Demi Aiden
Yuniar berjalan di lorong kampusnya. Mata kuliahnya hari ini sudah selesai. Seorang istri yang masih perawan itu berniat segera pulang. Belajar materi kuliah sekaligus mengerjakan tugas kuliahnya. Setelah segala sesuatu yang berhubungan dengan kuliahnya selesai, gadis itu memiliki jadwal melakukan ritual untuk memperindah tubuhnya dan belajar bagaimana caranya membuat suaminya tertarik padanya.
"Thanks, ya, Dik! Berkat dirimu, ibuku sembuh dan bisa berjalan lagi. Padahal sudah lima tahun ibuku lumpuh. Tapi dalam waktu satu bulan, kamu sudah bisa membuatnya sembuh,"
"Aku hanya membantu semampuku saja. Bukan menyembuhkan. Yang menyembuhkan adalah Tuhan,"
Pembicaraan seorang mahasiswa dan mahasiswi itu membuat Yuniar menghentikan langkah kakinya. Yuniar melihat seorang mahasiswa yang sedang duduk bersama seorang mahasiswi yang sedang berbincang itu.
"Aku cabut dulu, ya! Mata kuliah ku akan segera di mulai. Sekali lagi thanks, ya!"ucap mahasiswi itu.
"Sama-sama,"sahut pemuda itu tersenyum tipis.
Pembicaraan kedua orang itu membuat Yuniar tertarik karena berhubungan dengan kelumpuhan. Gadis itu pun mendekati pemuda yang sekarang sedang duduk sendiri itu. Dari rupa fisik pemuda itu, Yuniar bisa menebak jika pemuda itu keturunan Cina. Tubuhnya putih dan matanya yang sipit, mirip orang Cina. Wajah pemuda itu tergolong tampan dan sepertinya usia pemuda itu juga tidak berbeda jauh dengan Yuniar.
"Hai! Boleh aku duduk di sini?"sapa Yuniar membuat pemuda itu menatap Yuniar.
"Oh, silahkan!"ucap pemuda itu tersenyum ramah.
Mendapatkan respon ramah dari pemuda itu, Yuniar pun duduk di sebelah pemuda itu, namun menjaga jarak. Kebetulan di sebelah pemuda itu ada buku-buku yang diletakkan di atas kursi. Hingga buku-buku itu menjadi sekat antara Yuniar dan pemuda itu. Yuniar tidak lupa jika dirinya sudah bersuami, karena itu gadis itu menjaga jarak dengan pria lain.
"Kenalkan, namaku Yuniar,"ujar Yuniar seraya mengulurkan tangannya pada pemuda itu dengan senyuman tipis.
"Aku Dikra,"ucap pemuda itu menjabat tangan Yuniar dengan senyuman hangat.
"Maaf, tadi aku tidak sengaja mendengar pembicaraan kamu dengan mahasiswi tadi. Emm.. Aku dengar, kamu bisa menyembuhkan orang yang lumpuh. Apa benar?"tanya Yuniar hati-hati.
"Sembuh tidaknya penyakit manusia, itu tergantung pada Tuhan. Aku hanya membantu proses penyembuhannya saja, bukan menyembuhkan,"ujar pemuda itu tersenyum tipis.
"Iya, sih. Tapi, manusia harus tetap berusaha bukan?"sahut Yuniar yang langsung menilai bahwa pemuda yang duduk di kursi yang sama dengan dirinya itu adalah orang yang rendah hati.
"Iya. Itu memang benar,"sahut Dikra tersenyum tipis.
"By the way, dengan cara pengobatan apa kamu menyembuhkan orang lumpuh?"tanya Yuniar yang memang mendekati Dikra karena mendengar Dikra bisa mengobati orang lumpuh.
"Ah, aku hanya bisa sedikit ilmu pijat refleksi yang berguna untuk melancarkan peredaran darah,"sahut Dikra tersenyum tipis.
"Emm.. Aku tahu kita baru kenal, tapi.. Bolehkah jika aku belajar ilmu pijat refleksi dari kamu?"tanya Yuniar ragu.
"Kamu ingin belajar ilmu pijat refleksi? Kenapa?"tanya Dikra menatap Yuniar dengan tatapan serius.
"Emm.. Suamiku lumpuh karena kecelakaan, dan penyebabnya adalah aku. Jika mungkin, aku ingin merawat dan menyembuhkan nya sendiri,"jawab Yuniar jujur tanpa menutup-nutupi apapun pada Dikra.
Gadis itu tertunduk memilin jemarinya sendiri dengan wajah sedih. Yuniar tetap saja merasa bersalah setiap kali mengingat Aiden menjadi lumpuh karena dirinya.
"Jika kamu mau, aku akan mengajari kamu,"ucap Dikra yang entah mengapa merasa sedih saat melihat Yuniar terlihat bersedih.
"Benarkah?"tanya Yuniar terlihat terkejut sekaligus senang mendengar jawaban Dikra.
Tadinya Yuniar tidak yakin jika Dikra mau mengajari dirinya ilmu pijat refleksi. Mengingat bahwa baru hari inilah mereka bertemu dan berkenalan. Mendengar kesanggupan Dikra untuk mengajari dirinya ilmu pijat refleksi membuat Yuniar merasa sangat bahagia.
"Tentu saja. Tapi, kamu harus telaten, rajin dan teliti dalam mempelajari ilmu ini. Apa kamu sanggup?"tanya Dikra dengan ekspresi serius.
"Iya. Aku akan berusaha keras agar bisa mempelajari ilmu itu dengan baik. Kapan kita bisa memulai belajar?"tanya Yuniar antusias.
"Kamu atur saja waktunya,"ujar Dikra tersenyum tipis.
Melihat Yuniar begitu antusias dan terlihat senang, entah mengapa Dikra ikut merasa senang.
Karena jadwal mata kuliah mereka yang berbeda, akhirnya keduanya membuat jadwal pertemuan mereka. Hari itu juga Yuniar mulai belajar ilmu pijat refleksi pada Dikra. Karena kebetulan Dikra juga sudah tidak ada lagi jadwal kuliah. Yuniar nampak sangat bersemangat saat belajar ilmu pijat refleksi dari Dikra. Dikra pun nampak senang mengajari Yuniar, karena gadis itu sangat antusias dan mudah mengerti.
"Kamu cepat sekali mengerti,"puji Dikra jujur adanya.
"Aku ingin segera bisa menguasai ilmu ini,"sahut Yuniar antusias,"By the way, wajah kamu mirip banget sama orang Cina. Apa kamu keturunan Cina?"tanya Yuniar yang sedari tadi penasaran dengan Dikra.
"Aku memang keturunan Cina. Ayahku Cina dan ibuku Indonesia. Tapi aku lahir dan di besarkan di negeri ini,"jelas Dikra dengan senyuman tipis di bibirnya.
"Ohh.. Pantesan. Tapi, nama kamu kayak orang Indonesia, ya?"
"Enggak juga. Namaku hanya di Indonesia kan saja. Aslinya adalah Oūyáng yang dibaca O Yang dan dieja latin Hokian menjadi Auwjong lalu di Indonesia kan menjadi Ojong dan Dikra,"jelas Dikra.
"Ohh.. Begitu. Aku baru tahu,"sahut Yuniar tersenyum bodoh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Mungkin kamu sudah pernah dengar. Pada masa Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, warga negara Indonesia keturunan Tionghoa dianjurkan untuk meng-indonesia-kan nama Tionghoa mereka. Salah satu penyebab orang Tionghoa meninggalkan nama aslinya adalah khawatir dengan isu SARA ( Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan),"jelas Dikra.
"Iya, aku pernah mendengar tentang hal itu. Tapi, sebenarnya orang Indonesia (pribumi) tidak menolak kehadiran Tionghoa di Indonesia. Pada dasarnya orang pribumi hanya menuntut Tionghoa agar bisa berbaur dengan baik di tengah-tengah orang pribumi,"sahut Yuniar.
"Iya. Kami mengerti itu. Kendati nama-nama Tionghoa di-Indonesia kan, toh di dalam acara berbasis keluarga nama Tionghoa masih sering digunakan. Sementara itu, untuk keperluan surat-menyurat resmi memang dan secara sadar kami memilih untuk menggunakan nama Indonesia. Lagi-lagi, ini terkait dengan kekhawatiran isu SARA,"jelas Dikra.
"Pada dasarnya kebijakan ganti nama ini memang merupakan satu kontroversi ( masih menjadi perselisihan atau perdebatan umum ), karena tidak ada kaitan antara pembangunan karakter dan nasionalisme bangsa dengan nama seseorang, juga karena tidak ada sebuah nama yang merupakan nama Indonesia asli karena Indonesia itu memiliki pulau, suku bangsa, bahasa, dan juga adat istiadat yang plural ( lebih dari satu ). Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote,"sahut Yuniar.
"Iya, sih. Tapi, demi keamanan, aku pribadi tidak merasa keberatan jika harus meng-Indonesia kan nama. Toh, artinya juga tetap sama. Okey, untuk hari ini, cukup sampai di sini dulu, ya! Kita belajar lagi di pertemuan kita berikutnya,"ujar Dikra seraya membereskan buku-bukunya yang tadi masih diletakkannya di atas kursi.
"Hum. Thanks, ya! Aku duluan,"ujar Yuniar tersenyum ceria.
"You're welcome,"sahut Dikra tersenyum tipis.
Dikra menatap punggung Yuniar yang berjalan semakin jauh. Senyuman tipis masih tersungging di bibir pemuda itu.
"Yuniar gadis yang cantik, ceria dan pintar. Cara berpakaiannya sopan, dan hanya menggunakan make-up tipis. Tapi, walaupun make-up nya tipis, wajahnya tetap terlihat cantik. Aku tidak menyangka, jika di usia semuda itu Yuniar sudah menikah. Beruntung sekali pria yang bisa memperistri Yuniar,"gumam Dikra dalam hati.
Ada rasa kagum di hati Dikra melihat wajah Yuniar yang cantik alami, rambut panjang sepinggang, supel, ceria, berpakaian sopan dan juga pintar. Siapa pria yang tidak tertarik dengan gadis seperti Yuniar?
"Sayang sekali sudah menikah,"gumam Dikra tersenyum kecut.
Sedangkan Yuniar, gadis itu semakin terlihat bahagia saja. Dari tadi pagi Yuniar merasa telah berhasil menggoda suaminya. Setelah itu juga bisa mengukuhkan kedudukannya di rumah suaminya. Membuat Saminten tidak bisa berkutik. Dan barusan, tanpa di sangka Yuniar bertemu dengan Dikra yang mau mengajari dirinya ilmu pijat refleksi. Sungguh, hari ini adalah hari yang sangat menyenangkan bagi Yuniar.
"Demi Tuan Aiden, aku harus segera bisa menguasai ilmu pijat refleksi. Agar aku bisa membantu kesembuhan Tuan Aiden. Jika aku bisa menguasai ilmu pijat refleksi ini, aku bisa membantu Tuan Aiden melancarkan peredaran darah, mengurangi stres, meringankan gejala beberapa penyakit ringan, seperti sakit kepala, nyeri punggung, atau masalah pada pencernaan, mempercepat proses penyembuhan dan membuang racun dalam tubuh,"
"Itu semua akan sangat bermanfaat bagi Tuan Aiden. Tapi, aku harus mempelajari ilmu ini dengan benar. Karena jika tidak benar dalam cara melakukannya, kata Dikra malah akan menyebabkan kerusakan saraf, berkurangnya sensitivitas kulit dan otot, menimbulkan rasa sakit dan juga cedera. Jadi, aku tidak boleh melakukan kesalahan,"gumam Yuniar dalam hati.
Yuniar benar-benar gadis yang keras kepala. Namun dibalik sifat keras kepalanya, Yuniar memiliki rasa tanggung jawab yang besar, tidak pernah setengah-setengah dalam melakukan apapun, karena Yuniar selalu all in (semua masuk ) dalam segala hal, tahan banting dalam berbagai situasi, tidak mudah menyerah, percaya diri dan tidak takut menjadi dirinya sendiri. Walau Yuniar suka membantah, namun sebenarnya Yuniar sangat perhatian dan hanya ingin yang terbaik untuk orang-orang yang disayanginya.
...🌟🌟🌟...
...Kekuatan tidak datang dari kapasitas fisik, tapi dari tekad yang gigih....
...Motivasi membuat seseorang bergerak, tetapi tekad membuat seseorang terus maju....
...Tekad dan ketekunan adalah penentu kesuksesan....
..."Nana 17 Oktober"...
...🌸❤️🌸...
.
To be continued