Muda, cantik dan seksi, tidak melulu membuat hidup seseorang baik. Buktinya Berta harus melakukan banyak hal gila agar bertahan hidup, mulai dari pura pura kesurupan, jadi wanita murahan sampai wanita tidak punya adab.
Tapi takdir mempertemukan dirinya dengan Wildan, Pengacara muda, tampan dan sukses tapi terjerat dengan kehidupan tiga keponakannya yang harus dia besarkan.
Simak kegilaan mereka bersama yok!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khorik istiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Hari itu berlalu, Berta bahkan belum sempat mengenalkan dirinya dengan benar, apalagi mengajar. Di hari pertama dia mengajar dan bekerja, dia sudah tersandung masalah.
Berta yakin bahwa kedepannya tidak akan mudah. Jalan yang dia lalui selalu tidak semulus kulit bayi yang baru lahir.
Berta meraih ponselnya di bus. Dia sedikit melamun.
"Halo Ber..."
"Hm... gimana hari ini Clara?"
"Baik dong, gimana hari pertama ngajar? Seru gak?"
Berta berdiam sebentar, "Yah panjang lah urusannya. Nanti aja kalau ketemu ya, Ya udah bye..."
"Main matiin telpon aja? Halo Ber ber??"
Di sisi lain
"Berta kenapa ya tumben telpon, mana gak bilang lagi ada apa, pasti ni bocah kenapa Napa ini."
***
Bis itu akhirnya berhenti ke tempat pemberhentian terakhir. Dengan menenteng tas besarnya Berta bingung harus kemana.
Dia tidak memberi tahu Clara karena takut membebani.
"Bodohhhhh..." Berta berkata pada dirinya sendiri. Sejatinya kabur tanpa perhitungan adalah tindakan tolllolll. Harusnya dia punya rencana, tapi tindakannya impulsif semata.
Berta yang duduk di stasiun mulai mengutak Atik ponselnya. Dia melakukan laman pencarian kosan murah di sekitar .
Setelah menemukan tempat yang paling dekat Berta mulai hunting kosan. Semoga ketemu langsung cocok. Begitu batinnya. Karena kalau ketemu dan tidak cocok akan sangat susah bergerak. Menenteng tas besar dan menggunakan transportasi umum.
"Nasib orang kecil gini amat ya." Berta
mengeluh layaknya manusia pada umumnya.
Kosan pertama yang dia datangi berada di pojokan gang kecil. Tempatnya sangat sempit dan minim sirkulasi udara. Murah sih tapi sangat tidak sehat. Dengan berat hati dia menyeret tas besarnya kembali untuk pergi.
Tempat kedua, Ruangan sedikit lebih besar dari yang pertama, tapi sangat sepi dan kesannya horor. karena belum merasa klik di hati, Berta melangkah pergi lagi .
Tempat ketiga, rumah dengan desain kuno dan terkesan lebih angker. Seorang nenek tua menyambutnya dengan wajah ceria.
Mungkin usianya sudah 70. Meski sudah keriput dia tetap ayu menandakan bahwa di usia mudanya dia pasti sangat cantik.
Di rumah tersebut punya 7 kamar, jadi karena tinggal sendiri sang nenek bermaksud menyewakannya. Sudah ada 2 penyewa, Berta adalah orang ketiga. Tidak buruk bahkan sangat bagus, kamar kamar tersebut masih terawat. Dan karena harganya cocok, Berta memutuskan untuk tinggal disana.
"Semoga betah ya." Kata si Nenek Wina.
Dua orang yang mengontrak adalah seorang perempuan dan seorang laki laki yang juga tengah bekerja.
Yah Berta perlu menyapa mereka nanti agar enak karena tinggal serumah bersama.
***
Berta langsung beberes, dia mandi dan mengganti pakaian nya. Untungnya kamar mandi di dalam, jadi Berta tak perlu keluar untuk mandi di kamar mandi luar. Hanya dapur saja yang umum.
Setelah mengganti pakaiannya dengan santai Berta keluar untuk membeli makanan untuk dirinya sendiri dan makanan yang akan dia bagikan ke tetangga kamar dan yang punya rumah.
Sesampainya di rumah, Berta menyisihkan makanan yang tadi dia beli. 3 kue itu diberikan kepada Nenek Wina. Lalu kepada Trisna dan Dean, nama pemuda yang ada di sebelah kamarnya.
Mereka cukup ramah meski Dean agak misterius. Selesai mengucapkan terima kasih dia langsung menutup pintu tanpa basa basi. Perkenalan yang singkat.
Tapi meski begitu Berta tidak terlalu ambil pusing. Mereka juga akan jarang interaksi. Pasalnya mereka semua kerja dan pulang sudah lelah kerja otomatis hanya akan di kamar.
***
Sudah larut malam pukul 23.00 tapi belum ada tanda tanda Berta pulang. Kenn merasa khawatir . Dia mencoba menghubunginya tapi tidak bisa. Kenn hanya belum tahu bahwa nomornya sudah diblokir oleh Berta cukup lama.
Kenn mengadu pada ibunya.
"Baguslah dia tidak pulang."
"Tidak usah pulang aja sekalian selamanya." Dorta dengan nada sinis dan acuh tak acuhnya mengatakan hal tersebut.
Berta hanya parasit bagi dirinya saja. Suka membuat onar dan tidak pernah menurut. Dia kira dia bisa membesarkan anak yang penurut , nyatanya Berta selalu memberontak, tak seperti Sonic sang kakak. Kalau begini, rencana untuk menguasai harta mereka sangat mudah kan.
Dorta malah tersenyum.
Melihat hal tersebut. Kenn kemudian mengambil kunci mobil dan melangkah pergi.
Dia akan mencari Berta . Tidak mungkin kalau Berta kabur, dia tidak rela kalau harus kehilangan Berta. Orang yang dia sukai.
Perasaan menjijikkan yang seharusnya tidak boleh dia miliki. Obsesi nya kepada Berta semakin hari semakin parah dan Kenn semakin tidak bisa mengontrol dirinya sendiri.
di tunggu kelanjutannya ya 😊
semangat 💪🏼👏🏼