Lintang Pertiwi hanya bisa diam, menyaksikan suaminya menikah kembali dengan cinta pertamanya. Ia gadis lugu, yang hanya berperan sebagai istri pajangan di mata masyarakat. Suaminya Dewa Hanggara adalah laki-laki penuh misteri, yang datang bila ia butuh sesuatu, dan pergi ketika telah berhasil mendapatkan keuntungan. Mereka menikah karena wasiat dari nyonya Rahayu Hanggara, ibunda Dewa juga merupakan ibu angkatnya. Karena bila Dewa menolak semua harta warisan,akan jatuh pada Lintang. Untuk memuluskan rencananya, Dewa terpaksa mau menerima perjodohan itu dan meninggalkan Haruna Wijaya kekasihnya yang sudah di pacari selama dua tahun.
Akankah Lintang bisa meluluhkan hati Dewa? Atau suaminya akan lebih memilih Haruna. Dan jangan lupa,ada seorang secret admire yang selalu ada bila Lintang bersedih.
Yuk! Pantengin terus kelanjutan dari cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yaya_tiiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Cinta kadang hilang tersapu badai kehidupan, ketika ujian datang. Cinta yang tulus, mungkin akan bertahan saat badai menghempas. Namun karena cinta pula, kadang membuat orang lupa segalanya. Itulah yang kini dialami Haruna, cinta yang menggebu di awalnya, kini mendapat batu sandungan setelahnya. Kadang ia sendiri tak mengerti, kemana perginya rasa cinta Dewa? Mungkinkah kekasih hatinya, tengah berada di dalam dilema? Atau kekuatan cinta mereka tengah di uji oleh keadaan. Begitu banyak tanya di benak Haruna, namun jawabnya entah harus di cari kemana.
Haruna meninggalkan kantor Dewa dalam keadaan menangis, ia kaget dengan perilaku suaminya. Dewa yang biasanya selalu halus tutur katanya, kini tampak sangat emosional. Tujuan utamanya kali ini adalah, Marinka teman sekaligus mantan managernya. Dengan taksi online, Haruna mendatangi apartemen milik Marinka. Sebuah hunian elite perberian dari seorang pengusaha kaya, kekasih Marinka.
Haruna menaiki lift menuju lantai tujuh belas, setelah sebelumnya memberitahu kedatangannya. Begitu sampai di unit yang di tuju, Marinka sudah menunggunya. Mereka saling berpelukan, dan cipika-cipiki penuh keakraban.
"Haruna, rupanya masih ingat aku" sapa Marinka, sembari menarik tangan Haruna agar duduk dekat dengannya. "Bagaimana kabar mu, kini?"
"Kabar ku, kurang baik" jawab Haruna lesu.
"Oo ya, ada apa?"
"Dewa...huhuhu...!" Haruna tak dapat membendung kesedihannya, ia menangis tersedu-sedu.
Marinka merasa prihatin, kemudian memeluk Haruna sambil mengelus-elus rambut dan punggungnya pelan. "Shut...shut, yang sabar Runa" bujuknya lembut. "Kamu, bisa ceritakan apa yang terjadi?"
"Aku...gak tau harus memulai darimana? Masalah ku ini, begitu pelik" ucap Haruna, sembari menghapus air matanya.
"Mulailah dari setelah kau mengalami keguguran, apa Dewa marah karena itu?"
"Bukan itu yang utama, tetapi memang ada hubungannya. Aku mengatakan pada Dewa, Lintang jadi penyebab kehilangan janin ku. Namun ternyata ia tau dari pemberitaan di sosmed, kalo aku sudah membohonginya. Karena kejadian itu, Dewa menjatuhkan talak dan memutuskan tali persaudaraan dengan Lintang."
"Kenapa, kau berpikiran sempit? Untuk meraih hati pria, kita harus dapat bermain cantik. Jadilah wanita rapuh, yang butuh pertolongan. Lemah lembut dan penurut,bukan bertindak bar-bar seperti yang kau lakukan."
"Aku tau, tapi ego yang menghalangi ku. Aku yang biasanya sebagai pemenang, harus mengalah karena kehadiran perempuan itu..."
"Tapi jangan salah, perempuan itu adalah adik angkatnya. Sementara kau datang, ingin mengambil semuanya. Bersabarlah sebentar lagi, mungkin langit akan berpihak pada mu" tutur Marinka bijak. "Segala sesuatu yang dilakukan dengan tergesa-gesa dan ceroboh, akan mendatangkan malapetaka."
"Iya, kali ini aku setuju dengan pendapat mu" ungkap Haruna, pada akhirnya menyadari semua kekeliruannya selama ini. "Aku akan mencoba membujuk Dewa, agar luluh kembali. Doa kan, agar berhasil. Untuk kali ini, bolehkah aku menginap di sini?"
"Sure Haruna, kita bisa ngobrol semalaman" ucap Marinka sumringah. "Sudah lama kita gak dekat seperti dulu, bagaimana dengan kabarnya ibu mu? Terakhir kali kita menjenguknya, ia dalam keadaan stabil."
"Ibu ku sudah ada kemajuan, jarang mengamuk dan dosis obatnya mulai di kurangi."
"Syukurlah kalo begitu, aku turut senang."
"Makasih Rin, atas doa nya" Haruna terharu dengan perhatian yang ditunjukkan oleh sahabatnya, ia merasa selama ini hanya support dari Dewa yang di butuhkan ternyata ada yang lebih perhatian padanya.
****
Agak siangan Haruna kembali mendatangi kantor Dewa, menurut Bik Inah ketika ia menelpon rumah suaminya tidak pulang semalaman. Ia ingin tau kegiatan Dewa selama di kantor, sampai mabuk dan mengamuk kemarin. Pasti ada sesuatu yang terjadi, hingga lepas kendali. Sebenarnya Haruna malas melihat wajah Dewa, tetapi menurut Marinka harus mengalah serta menyelidiki kebenarannya.
Begitu sampai di depan meja resepsionis, Haruna langsung menanyakan keberadaan Dewa.
"Pak Dewa nya, ada di tempat gak?" tanya Haruna tanpa basa-basi.
"Oh Bu Haruna, Selamat siang Bu. Bapak ada di tempat, silahkan langsung ke atas" jawabnya sopan. Resepsionis bernama Lisa tersebut, rupanya masih ingat siapa dirinya. Ketika pertama kali datang ke kantor, beberapa waktu lalu.
Haruna langsung naik ke atas, menggunakan lift khusus Petinggi perusahaan. Ia dengan percaya diri, melangkah menuju ruangan Dewa. Sampai di depan meja sekretaris suaminya tampak kosong, mungkin Mira tengah mendapat tugas dari bosnya.
"Tok...tok...tok!" perlahan Haruna mengetuk pintu.
"Ya, masuk!" suara Dewa terdengar keras.
Sambil berdoa Haruna berharap suaminya sudah cooling down, dan mau berterus terang tentang apa yang terjadi.
"Hallo sayang" sapa Haruna lembut.
"Runa?" terlihat wajah Dewa yang kaget melihat istrinya.
"Iya, ini aku. Maaf, kemarin aku membuatmu hilang kendali" ucap Haruna, sembari melangkah masuk. Lalu menghampiri Dewa, dan duduk di atas pangkuannya.
Dewa menyambut mesra istrinya, ia senang ternyata Haruna tidak marah dan mau mengerti dirinya. "Seharusnya, aku yang minta maaf. Kelakuan ku kemarin, sungguh bukan mencerminkan seorang yang suami yang baik."
Dengan manja, Haruna meringkuk di pangkuan Dewa. Tangan mulusnya, mengusap rahang tegas suaminya. Terasa kasar,karena mulai di tumbuhi bulu-bulu halus. Dewa menangkup tangan yang ada di rahangnya, lalu menciumnya mesra. "Sayang, aku rindu hangatnya belaian tangan mu."
"Aku juga, sudah lama kita gak bercinta. Mengarungi lautan asmara, dan menyelam ke dalam kehangatan dekapan mu" ucap Haruna, dengan suara lirih. Bibirnya menggigit cuping telinga Dewa, kemudian mengulumnya.
"Ah..." desah Dewa pelan.
Haruna tersenyum tipis, pancingannya ternyata berhasil. Ia ingin menghilangkan wajah Lintang dari benak suaminya.
"Kamu suka, Yang" bisiknya, melanjutkan cumbuan.
"Suka sekali" ucapnya parau, tak ketinggalan tangan Dewa pun meraba-raba ke dalam rok yang di kenakan Haruna.
Mereka lupa dengan keadaan sekitar, Dewa maupun Haruna tengah mereguk manisnya cinta. Setelah sekian lama, ke duanya di hantam berbagai cobaan dan isu yang tidak menyenangkan. Kini saatnya bagi Haruna, bermanja-manja kembali dengan Dewa.
Sementara bagi Dewa sebagai laki-laki dewasa yang butuh menyalurkan hasratnya, tentu kesempatan ini harus di manfaatkan dengan baik.
"Tunggu sebentar sayang, aku harus memberitahu Mirna agar membatalkan meeting dengan klien" ujar Dewa, menahan tangan Haruna yang akan membuka kancing kemejanya.
"Cepatlah sayang, aku udah gak kuat" senyum sensual Haruna dan tingkah vulgarnya, mampu membangkitkan libidonya.
"Oke!" Dewa mengedipkan sebelah matanya, lalu mengecup bibir Haruna sekilas. Namun sebelum berlalu, Haruna menarik dasi yang dipakai suaminya.
"Tunggu, cup!" bibir basah istrinya, membalas mengulum bibir Dewa penuh nafsu. Lidahnya masuk, dan mengabsen satu-persatu giginya.
Sekuat tenaga Dewa menahan tangan Haruna, yang mencengkram kuat dan melepaskan bibirnya. "Kita lanjutkan nanti, please!" suara Dewa memelas, diantara deru nafasnya.
Haruna tertawa senang, melihat Dewa yang kelimpungan menahan hasratnya. "Pergilah!" usir Haruna, mendorong pelan bahu lelakinya. Ia bersorak girang dalam hati. 'Yes, akhirnya!'
****
yg ad hidupx sendirian nnt x