Rachel seorang mualaf mantan kupu-kupu malam dan dinikahi oleh seorang anak ustad, berharap pernikahannya akan membawanya ke surga yang indah.
Namun, ternyata semua tidak seindah yang dia bayangkan. Farhan menikahi Rachel hanyalah untuk menolongnya keluar dari dunia hitam.
Mampukah Rachel bertahan dalam rumah tangga yang tanpa cinta?
Jangan lupa subcribe sebelum melanjutkan membaca.
info tentang novel mama bisa di dapat di
ig reni_nofita79
fb reni nofita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Telepon Dari Andin
Telah satu minggu sejak mereka pulang bulan madu. Kehidupan rumah tangga Farhan dan Rachel berjalan normal saja.
Di pagi minggu ini sinar matahari tampak begitu cerah menyinari bumi. Rachel yang baru selesai membuat sarapan, berjalan menuju ruang kerja suaminya.
Rachel mengetuk pintu kamar itu dengan pelan. Beberapa kali mengetuk barulah terdengar sahutan dari dalam.
"Ada apa, Chel?" tanya Farhan.
"Sarapan sudah siap, Mas. Sebaiknya makan dulu. Jika mau melanjutkan kerja bisa setelah sarapan," ucap Rachel.
"Kamu duluan aja, aku sebentar lagi menyusul. Aku bereskan berkas-berkas tadi dulu."
"Baiklah, Mas. Tapi jangan lama. Nanti keburu dingin!"
Rachel berjalan meninggalkan ruang kerja Farhan, dia menunggu suaminya di meja makan. Sedangkan Farhan di kamar membereskan berkas yang tadi dia kerjakan. Dia menatap ke bingkai foto yang terdapat foto dia bersama Andin. Farhan meraihnya.
"Apa kabar, Andin? Rasanya ingin menemui kamu di apartemen Mia, tapi aku takut jika kamu sudah tidak menginginkan kehadiranku lagi. Buktinya hingga detik ini kamu tidak mau menghubungi aku. Apa kamu sudah tidak ingin lagi berhubungan denganku? Apa aku harus mulai melupakan kamu selamanya?"
Banyak pertanyaan yang ada di kepala Farhan. Dua hari lalu dia mencoba menghubungi Mia, sahabatnya itu mengatakan jika Andin masih tinggal bersamanya di apartemen. Wanita yang masih bertahta di hatinya itu sedang mencari pekerjaan.
Farhan keluar setelah semua berkas telah dia susun rapi di laci. Pria itu langsung menuju dapur. Tersenyum dan mengecup dahi istrinya itu.
"Wangi banget, pasti enak nih," ucap Farhan. Semangkok soto Padang ada dihadapannya saat ini.
Ketika sedang asyik menyantap soto, ponselnya berdering. Farhan melihat ke layar. Kaget saat melihat foto profil si penelepon. Dia menatap ke arah istrinya. Ponsel terus saja berdering.
"Kenapa tidak diangkat, Mas? Siapa tahu penting?" tanya Rachel.
Ponsel terus saja berdering. Farhan hanya memandangi terus ke layar. Rachel yang memperhatian suaminya menjadi heran. Tidak biasanya suaminya mengacuhkan benda itu.
"Mas, kenapa tampak bingung begitu. Coba saja angkat. Pasti penting karena dia mengulangnya berulang kali," ucap Rachel lagi.
Farhan hanya tersenyum menanggapi ucapan istrinya itu. Dia berdiri dari duduknya. Membuat Rachel menjadi curiga. Saat Farhan ingin beranjak pergi, istrinya berucap sesuatu.
"Dari Andin, Mas?" tanya Rachel.
Farhan menghentikan niatnya yang ingin menjauh dari istrinya. Dia berencana menerimanya di ruang kerja.
"Mas, angkat saja. Jika kamu mengangkatnya dibelakang aku, itu sama saja kamu telah mengkhianati aku dan berbohong," ujar Rachel.
Farhan kembali duduk di meja makan. Menarik napas panjang. Dia terpaksa mengangkat dihadapan Rachel.
"Aku tidak mau kamu salah paham jika mendengar aku bicara dengan Andin," ucap Farhan.
Rachel tertawa mendengar ucapan suaminya itu. "Aku akan lebih salah paham jika kamu mengangkatnya diam-diam," ucap Rachel.
"Baiklah. Jika kamu ingin mendengar juga."
Farhan lalu menghubungi nomor itu kembali. Baru terhubung, langsung diangkatnya. Rachel meminta Farhan membesarkan volume suaranya dan menghidupkan speakernya.
"Farhan ...," ucap suara wanita di seberang sana.
"Andin ...?" tanya Farhan dengan suara sedikit bergetar.
"Iya, ini aku Andin-mu. Apa kabar kamu?" tanya Andin.
"Sehat, kamu apa kabarnya?" Farhan bertanya balik.
"Kurang baik. Mungkin ini karma bagiku yang telah meninggalkan kamu dan lebih memilih Alex, suamiku. Aku menyesal melukai hatimu. Tapi kamu tahu 'kan alasan aku menerima Alex karena aku tidak mau kamu jadi anak durhaka. Aku nggak mau kamu menentang ibumu karena memilihku," ucap Andin dengan suara serak.
"Semua bukan salahmu. Mungkin kita memang tidak berjodoh," ucap Farhan. Dia menatap Rachel setelah mengucapkan itu. Tangannya sedikit gemetar.
"Farhan, aku ingin bicara denganmu," ucap Andin.
Farhan tidak menjawab ucapan Andin itu. Dia kembali memandangi wajah Rachel. Wanita itu tersenyum sambil menganggukkan kepalanya tanda setuju.
"Kapan dan di mana?" tanya Farhan lagi.
"Sore ini di kafe X. Aku tunggu kedatanganmu," ucap Andin.
"Baiklah, nanti aku akan datang."
"Terima kasih, Farhan. Aku pikir kamu tidak akan mau menemui aku lagi. Aku pikir kamu masih marah. Sekali lagi, maafkan aku Farhan. Aku tidak sabar ingin bertemu kamu lagi. Banyak yang ingin aku ceritakan padamu! Sampai jumpa nanti sore!" ucap Andin dan menutup sambungan penselnya.
Farhan kembali menarik napasnya dan menatap Rachel. Wanita itu tampak tersenyum. Farhan tidak bisa menebak apa yang sedang istrinya itu pikirkan.
...****************...