Bagaimana perasaanmu jika istri yang sangat kamu cintai malah menjodohkan mu dengan seorang wanita dengan alasan menginginkan seorang anak.
Ya inilah yang dirasakan Bima. Dena, sang istri telah menyiapkan sebuah pernikahan untuknya dengan seorang gadis yang bernama Lily, tanpa sepengetahuan dirinya.
Bima sakit hati, bagaimanapun juga dia sangat mencintai istrinya, meskipun ia tahu sang istri tidak bisa memberikannya keturunan.
Bisakah Lily berharap Bima akan mencintainya? Meskipun Bima sangat dingin padanya, tapi Lily telah berjanji satu hal pada Dena. Sanggupkah Lily menepati janjinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon trias wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 20
Pintu tiba-tiba terbuka, Lily terkejut dan menutupi tubuhnya dengan handuk yang ia sambar di dekatnya.
"Ada apa Ly?" Bima pun kaget karena ternyata Lily hanya menutupi tubuhnya pakai handuk itupun terlihat percuma karena yang di tutupi hanya bagian atas saja, sedangkan bagian bawah sepertinya Lily lupa untuk menutupinya. Bima menahan nafasnya, dan sedetik kemudian dia membalikan badan.
"Bapak kenapa masuk kesini?" Tanya Lily masih dengan keterkejutannya.
"Kamu kenapa teriak? Lagian kenapa pintunya tidak di kunci?"
Lily salah tingkah, tidak mungkin kan dia bilang kalau tadi dia kecewa dengan mimpinya!
"Hehe, tadi ada kecoa pak. Iya kecoa."
"Bapak bisa keluar sekarang kan? saya mau lanjut mandi." usir Lily dengan wajah merah padam.
Bima segera keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah anehnya.
"Bagaimana bisa gadis itu ceroboh! mana ada kecoa disini!"
Lily keluar dari dalam kamar mandi, memakai handuk yang melilit di tubuhnya. Kepalanya terjulur keluar, melihat ke kanan dan ke kiri. Aman! Tidak ada Bima. Perlahan Lily keluar dan mendekat ke arah kopernya. Memilah pakaian santai dan kemudian kembali ke dalam kamar mandi. Lily tidak mau Bima memergoki dirinya yang sedang mengganti baju seperti Lily yang memergoki Bima tadi.
Lily berjalan ke arah kasur, mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Hampir seharian ini Lily belum mengecek hpnya. Beberapa notifikasi ia baca. Tidak ada yang menarik! Lily juga tidak membalas semua pesan yang sampai di hpnya. Hanya membalas pesan dari Yeni yang menanyakan keberadaannya.
Tring...
Notif baru muncul.
Bima.
"Saya ada perlu di luar. Bersiap nanti pukul tujuh kita berangkat makan malam bersama klien."
Lily.
"Oke."
Jam baru menunjuk pukul empat sore.
"Pantai dulu ah. Lagian jam tujuh juga masih lama. Aku bisa pulang jam enam nanti buat siap-siap" gumam Lily.
Dengan semangat empat lima Lily mengganti bajunya dengan kaos berwarna biru langit yang agak longgar. Sengaja biar nanti saat angin berhembus masuk ke sela-sela bajunya dan membuat badannya adem. Hehe.
"Pantai i'm coming!" seru Lily sembari berhambur keluar dari kamar hotel.
Pantai tidak jauh dari hotel tempat Lily menginap. Hanya lima menit saja sudah sampai dengan berjalan kaki. Lagipula tidak terasa lelah karna sepanjang jalan juga di suguhkan pemandangan yang tak kalah menariknya. Deretan penjual aksesories dan pakaian tertata rapi disana.
Garis pantai sudah terlihat. Lily berlari diantara pasir putih yang hangat. Beberapa orang memandang ke arahnya, tapi Lily tidak peduli. Mungkin karena Lily sedang sendiri disini, sedangkan yang lainnya berpasangan ataupun berkelompok.
Lily sudah sampai di antara ombak-ombak di tepian. sandalnya ia tinggalkan di atas pasir tidak jauh dari sana. Tangannya ia rentangkan. Menghirup nafas lalu menghembuskannya lagi. Beberapa kali Lily melakukan itu sambil tersenyum senang.
Lily melihat ke arah kanan. Beberapa orang sedang bermain air di tepian, dua orang dewasa, satu anak laki -laki mungkin usia tujuh tahun, dan satu lagi, anak kecil perempuan yang sepertinya baru menginjak satu tahun. Anak kecil itu tertawa riang sesekali menepuk air laut yang datang menghampirinya. Tertawa terkikik dengan bahagia. Lalu memainkan pasir basah dan melemparkannya ke arah kakaknya. Kedua orangtuanya tertawa melihat kelucuan putra putri mereka. Lihat itu, tawanya, senyumannya menggiring yang lain ikut bahagia.
Lily memegang perut ratanya. Akankah di masa depan dia memiliki yang seperti itu? Semoga. Tapi ada satu hal yang ia takutkan. Jika dia memiliki anak nanti, anaknya juga akan menjadi anak Dena. Demoga saja Dena menepati janjinya. Anak Lily akan menjadi anak Lily selamanya dan Dena hanya akan menyayanginya saja tanpa mengambil hak asuh anaknya.
Dena sudah berjanji!
Semangat thor 💪💪