Niat hati Meysa untuk bersembunyi dari kejaran wartawan. Justru ia terbangun di kamar bernuansa kerajaan dan juga dengan pakaian lengkap seorang wanita zaman dahulu. Kebingungan dengan apa yang terjadi, justru identitas dirinya di sini adalah seorang ratu yang lemah. Bertolak belakang dengan sikap dan kemampuannya, Meysa tidak akan membiarkan dirinya terinjak-injak.
Kalau begitu lihatlah bagaimana ratu dari modernisasi ini akan menggemparkan kerajaan, tekad Meysa.
Bagaimanakah perjalanan Meysa di zaman ini? Akankah ia berhasil pulang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Langkah dan Tindakan
Hari ini ada tontonan menarik yang menjadi pusat perhatian baik kalangan bawah hingga penghuni istana. Berbagai reaksi mereka tunjukkan tapi tentu dengan kehati-hatian agar kepala mereka tidak menjadi bayaran.
Kecuali satu orang, dengan dress peach dan hiasan kepala berbentuk bando yang terbuat dari mutiara dengan warna yang senada serta kalung dan anting yang berbentuk bunga membuat penampilan nya sangat anggun mempesona.
Tidak jauh dan juga tidak dekat, netra nya melihat pendaratan cambukan itu di pakaian berwarna ungu yang mulai bergaris-garis karena efek pendaratan.
Suara yang kesakitan cukup terdengar meskipun terlihat sangat jelas ditahan olehnya, tapi reaksi alami tubuh tidak akan dibohongi begitu mudah. Seolah memberikan sinyal yang terbalut gelombang negatif membuat matanya yang memerah menahan tangis menatap tajam pada Tania.
Tidak tau yang ada dihatinya, tapi yang jelas sumpah serapah dengan dendam kesumat yang mungkin terbaca oleh Tania."Berhenti! Hukuman tuan putri Yuri sudah selesai!" Terlihat tubuh itu langsung merosot ke lantai dan segera disambut dengan pelayanannya, wajah kesakitan dan malu sudah terlihat sangat jelas di sana.
Perlahan tubuh yang terluka itu dibawa masuk untuk diobati, dan langkah para pelayan dan pengawal yang berdiri di masing-masing tempat yang strategis bagi mereka langsung bergegas pergi.
Tatapan Tania beradu pandang dengan Vanriel, Tania tidak memperlihatkan senyum atau ekspresi hanya tatapan datar. Terlihat jelas guratan kekecewaan di wajah Vanriel, dan tentu Tania tau akan itu. Dirinya berniat pergi, tapi panggilan raja itu mengentikan pergerakkan nya.
"Tania!" Langkah kaki Vanriel terlihat mendekat dan terdengar jelas, Tania mengambil oksigen sebelum mendengar ucapan apa yang akan dilayangkan oleh raja itu untuknya.
"Salam raja, selamat pagi untuk raja."
"Kau sudah makan?" Kening Tania menjadi kusut saat mendengar pertanyaan itu.
'Apa dia juga kena cambukan? Otaknya seperti tergeser.'
...🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟...
Ibu suri tidak menemui Yuri sekarang, ia begitu kesal dengan tindakan bod*h yang membuat dirinya menjadi terancam dan tentunya ia tidak ikut dalam sandiwara Yuri saat pengadilan. "Entah kenapa ia jadi gegabah! Apa ia tidak lihat ada perubahan dari Tania? Wanita itu tidak bisa dianggap remeh lagi! Aku harus bisa mengendalikan dirinya seperti dulu! Aku harus bisa!" Bicara sendiri sambil melempar kertas yang sudah menjadi bentuk lingkaran tak beraturan dengan berbagai coretan di dalamnya.
Sang pelayan ingin bicara tapi belum memiliki waktu dan keberanian melihat Ibu suri yang seperti ingin menelan korban jiwa. "Minta satu pelayan kaisar kemari!" Perintahnya membuat satu pelayan disana undur diri.
Sejenak ia memijat kepalanya dengan drama baru yang membuat dirinya pelik dan terancam. "Aku tidak akan kalah dengan Tania yang baru itu! Siapapun yang menjadi penghalang ku maka akan menuju keabadian!" Sebuah percikan darah terlihat muncrat di dinding dan mata pelayan lain hanya menunduk takut melihat sosok yang tadinya bernapas dengan baik sudah tidak bisa lagi menghirup udara segar karena sabetan di lehernya.
...🌟🌟🌟🌟🌟...
Berbagai masakan terlihat tersusun rapi dihadapan raja dan ratu itu. Manik Tania menatap apa yang dihidangkan untuk nya, Vanriel mengajak dirinya makan tentu saja ia tidak menolak untuk urusan perut dengan catatan tidak menjadi bod*h tanpa mencicipi dan melihat kebersihan makanan itu dari racun.
"Makanlah." Tawar Vanriel tapi Tania hanya duduk dengan sumpitnya.
"Biarkan aku melayani raja." Vanriel tersenyum kecil mengetahui tingkah Tania.
"Aku tidak meletakkan racun disana, meskipun aku mau ratu Tania."
"Tentu saja, karena raja sudah memberikan racun yang banyak bukan di makanan tapi perayaan dan perlakuan raja." Meja berbentuk bundar itu menjadi aksi tatapan suami istri dengan perasaan yang tidak lagi selayaknya.
"Makanlah, aku sungguh tidak berniat apapun."
"Bahkan raja tidak tau kesukaan ku. Karena semua makanan ini adalah kesukaan Tuan putri Yuri!" Tania segera bangkit meninggalkan meja makan dengan Vanriel yang termangu.
Ia mengedarkan pandangannya ke segala makanan yang merupakan kesukaan Yuri."Dia pikir, aku suka dengan semuanya. Ternyata tidak ada yang kusukai sebaiknya aku membuat makanan sendiri! Dasar tidak berguna!" Perlahan Tania menuju dapur istana, Siu tengah melakukan sesuatu dan tidak menemani nya karena permintaan dirinya sendiri.
Langkahnya terhenti sejenak teringat lagi dengan Ibu suri yang berada diantara bangunan ini dengan misterius. "Bungkusan apa itu semalam? Kalau bukan karena kedatangan Joseph aku tidak akan ketinggalan!" Karena perutnya yang sudah tidak bisa diajak kompromi, Tania melanjutkan langkahnya.
Saat ia sampai di tempat makanan dimasak itu, ia melihat begitu banyak jagung yang berceceran dimana-mana. "Kenapa tidak dirapikan?" Pertanyaan Tania membuat semua yang ada di dapur langsung kaget karena tidak mendengar kedatangan ratu mereka.
...🌟🌟🌟🌟...
Disisi lain, terlihat pasukan yang mulai bergerak dengan kuda dan perlengkapan senjata mulai menuju arah barat dengan Longwei di depan mereka. "Aku datang ratu Tania."
Bersambung.....
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak.
berteman aja dach asyik kayanya