Racun Kesesatan

"Apa yang akan kita lakukan kepada mereka Tuan?" Tanya Jody yang dari tadi sudah tidak tahan ingin segera menghukum sepasang pengkhianat itu.

"Ikat dia baik-baik! Jangan sampai lepas!" Kata Raphael membuka bajunya yang habis terkena ludah. Dia membuangnya di sembarang arah.

Para anak buahnya dengan sigap segera mengikat Esa dengan lebih erat lagi. Hingga laki-laki itu tidak bisa bergerak sama sekali.

"Sudah selesai Tuan, habis ini apa yang akan kami lakukan?" Tanya Jody mewakili semua temannya.

Raphael terkekeh, dia tertawa setelah mendapatkan suatu ide cemerlang.

"Hahahaha! Ini akan menjadi sangat menarik! Kalian tau apa yang harus kalian lakukan sekarang" Kata Raphael sembari melirik tubuh Yui yang merupakan istri dari Esa.

Jody dan kawan-kawan pun mengerti dan mereka semua menyeringai. Esa yang juga paham dengan apa yang Raphael maksud langsung berteriak memberontak.

"Tidak! Jangan! Sialan! Jangan hanya berani pada yang lemah saja, dasar pengecut! Bajingan!" Teriak Esa mengucapkan sumpah serapah kepada Raphael dan anak buahnya.

Raphael duduk tenang tanpa menghiraukan teriakan Esa. Jody dan yang lainnya segera menghampiri Yui, istrinya Esa. Wanita yang lemah tak berdaya itu berada dalam keadaan sadar dan tidak sadar.

"Hei bangun! Buka matamu dan puaskan kami!" Kata salah satu pengawal yang sudah begitu nafsu saat melihat tubuh mulus si wanita itu.

Wanita yang bernama Yui itu pun terbangun, ia terkejut melihat tubuhnya telah di lucuti tanpa pakaian.

Raphael hanya menonton dengan tenang sembari menghisap rokoknya, Esa yang tak terima terus berteriak-teriak.

"Dasar Raphael bajingan! Kau hanya bisa menyiksa orang yang lemah! Psikopat! Bukan, tapi iblis! Kau iblis Raphael!" Teriak Esa kepada Raphael.

Raphael mengorek-ngorek telinganya, dia menatap Esa dengan tatapan merendahkan.

"Apa yang kau katakan? Aku bahkan tidak menyentuh istrimu sama sekali, kenapa kau hanya mengatakan kalau aku adalah bajingan? Ah atau kau tidak terima jika hanya istrimu yang merasakannya? Kau juga mau? Aku bisa menyuruh mereka untuk memperkosa mu" Kata Raphael bahkan dengan ekspresi tanpa dosa.

Orang-orang takut kepadanya, karena dialah iblis yang sebenarnya. Dia bisa melakukan apapun yang orang lain tidak bisa lakukan.

Esa tidak bisa berkata-kata lagi, ucapan Raphael memang benar, dia bahkan tidak menyentuh istrinya sama sekali. Tapi yang melakukannya adalah para anak buahnya Raphael yang tidak bisa dihentikan olehnya.

Esa tidak bisa melakukan apapun, air matanya hampir kering. Dia juga kesulitan melihat istrinya di perkosa oleh para bajingan anak buahnya Raphael.

Raphael begitu menikmati pemandangan itu, itulah yang membuat Esa geram dan sangat membenci iblis yang bernama Raphael.

Esa berontak, tubuhnya sakit karena terus bergesekan dengan rantai besi yang berkarat. Walau itu hanya tindakan yang sia-sia, namun Esa tetap mencoba nya.

Raphael yang melihat keputusasaan Esa tersenyum menyeringai. Raphael bersorak, bertepuk tangan menyemangati usaha sia-sia yang dilakukan oleh Esa.

Esa merasakan malu yang luar biasa, dia tidak menyangka di dalam hidupnya akan mendapatkan sebuah penghinaan yang begitu kejam seperti itu.

"Ahh pasti terasa begitu menyiksa... Memohon lah, aku akan membuatmu bebas secepat mungkin" Kata Raphael.

Dia menjilat bibirnya, dia begitu bahagia saat melihat Esa merasa kesakitan dan menderita.

"Memohon lah! Memohon lah! Hahahahaha! Astaga... Aku bahkan tidak bisa berhenti tertawa sekarang, hahahaha!" Wajah Raphael saat itu benar-benar seperti iblis.

"Bajingan!!! Kau hanya besar mulut! Kalau berani lawan aku!" Kata Esa menantang.

Raphael yang awalnya hanya ingin menikmati tontonan seru, kini mulai mendapatkan tantangan.

"Kalian semua berhenti! Kalian dengar kan, kalau keparat ini menantang ku barusan? Lepaskan dia!" Kata Raphael membuat para anak buahnya berhenti.

Mereka segera menaikkan resleting celana mereka, tubuh Yui yang lemas tak bertenaga dibiarkan begitu saja. Mereka berlima dengan gagah berjalan mendekati Esa dan melepaskan rantai di tubuhnya.

"Biar kami bereskan Tuan" kata Jody yang bersiap menghajar Esa yang lunglai seperti tak punya tulang.

"Jika ku suruh diam, seharusnya kalian diam. Apa kalian mau ku hajar juga?" Ancam Raphael.

Seketika semua anak buahnya menciut, tubuh besar mereka seakan tidak ada artinya jika berada di hadapan tuan nya. Mereka tidak ada yang berani melawan Raphael yang over powernya ga ngotak.

"Majulah" Kata Raphael menyuruh Esa untuk segera menyerang nya.

Merasa di rendahkan, Esa menyerang Raphael secara membabi buta.

Dengan tenang Raphael menangkis semua serangannya Esa, saat Esa sedang lengah, Raphael memukul tepat di perut Esa.

BUAK!

Esa merasakan mules ekstrim di perutnya, mulutnya mengeluarkan banyak darah. Kepalanya pusing dan akhirnya dia jatuh ke tanah.

"Darimana datangnya kekuatannya itu? Dia bahkan tidak terlihat mengeluarkan tenaga saat memukulku" gumam Esa dalam hati.

Dia terus batuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya, matanya berkunang-kunang, dia melihat dengan samar Raphael mendekat ke arahnya.

Raphael menjambak rambut Esa hingga laki-laki sekarat itu menengadah ke atas.

"Kau tau kan sekarang? Kenapa aku ditakuti dan dihormati, bukan hanya uang dan kekuasaan yang ku miliki, tapi juga kekuatan. Aku memiliki segalanya! Apa kau mengerti sekarang? Ah satu lagi, aku sebenarnya baik jika orang lain memperlakukanku dengan baik, begitu juga sebaliknya." Kata Raphael.

Dia mendorong tubuh laki-laki yang sudah mulai kehilangan kesadarannya itu. Dengan jijik dia meludahi Esa dan kemudian menjauhi Esa yang sudah tak sadarkan diri.

Yui yang masih sadar menangis melihat kondisinya dan juga suaminya. Dia tidak bisa berbicara, leher dan tenggorokan terasa sakit karena habis di cekik oleh para anak buah nya Raphael ketika memperkosa nya.

"E...sa." lirihnya pelan.

Wanita itu merangkak bahkan saat tanpa busana. Dia mencoba meraih tubuh suaminya yang terkapar di tanah. Air matanya terus mengalir beserta darah yang keluar dari mulutnya.

Raphael yang melihat keadaan mereka berdua terlihat tidak perduli dan dengan ekspresi dingin dia berjalan meninggalkan basemen rumah itu dan kemudian ke atas.

"Siapa pemilik rumah ini?" Tanya Raphael kepada anak buahnya yang mengekorinya di belakang.

"Tuan Anbu, beliau lah yang membeli rumah tua ini untuk menyekap para pemberontak yang tak tau diri." Jelas Jody menjawab pertanyaan nya Raphael.

"Anbu ya? Bagus lah, kalau begitu bakar saja semuanya." Kata Raphael.

Dia mengambil jas milik salah satu anak buahnya, karena sekarang dia sedang tidak memakai pakaian. Raphael keluar dari rumah usang yang pengap itu.

Jody dan yang lainnya saling menatap satu sama lain. Mereka sangat menyayangkan rumah sebesar itu akan di bakar hanya untuk membunuh sepasang suami-istri pengkhianat.

Tapi mereka tidak bisa menolak perintah nya Raphael, dengan sigap mereka bertindak. Mereka menyiramkan bensin ke seluruh sudut ruangan, termasuk ruangan basemen tempat mereka menyekap sepasang suami-istri itu.

Sebelum membakarnya, mereka juga mengikat Esa dan istrinya agar tidak bisa kabur kemana-mana.

Setelah persiapan sudah selesai, Raphael yang menunggu di mobil melihat para anak buahnya sudah keluar dari rumah itu.

CTEKK!

Korek api dihidupkan dan kemudian di buang ke arah cairan bensin yang mereka tumpahkan di rumah itu.

KRAK... KRAK... BLARRR!

Api besar melahap rumah tua yang bahan-bahannya sangat mudah untuk terlahap oleh api. Raphael yang merasa tugasnya sudah selesai, kini ia memutar balik mobilnya dan kemudian melaju pulang ke rumahnya.

Para anak buahnya masih berada di sana, menunggu hingga api benar-benar telah habis membakar seisi rumah, tanpa merambat ke hutan.