Raya Lituhayu (25) kecewa karena sang kekasih menikahi sekretaris pribadinya yang sudah hamil duluan. Bayu Agung Gunawan (27), menyimpan cinta untuk tetangga yang berprofesi sebagai pengacara dengan status janda.
Orangtua Raya dan Bayu berniat menjodohkan mereka untuk semakin mendekatkan dua keluarga. Tentu saja ditolak, apalagi hubungan mereka layaknya Tom and Jerry. Satu insiden membuat mereka akhirnya menerima pernikahan tersebut.
Kehidupan rumah tangga yang penuh drama dan canda, menimbulkan cinta. Namun, semua berantakan ketika kerjasama dua keluarga besar terpuruk. Bunda Bayu terluka dan Papi Raya harus mendekam di penjara. Hubungan Raya dan Bayu semakin renggang dan berujung perpisahan. Tidak mudah bagi Raya menjalani hidup setelah keterpurukan keluarga bahkan dalam kondisi hamil.
“Benci dan rindu itu batasnya tipis, sekarang kamu benci bentaran juga rindu sampai bucin. Ayolah, jangan jadikan kebencian ini mendarah sampai anak cucu kita."
===
Jangan menumpuk bab 😘😘😘🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10 ~ Ijab Qabul
Sejak kejadian di butik, hubungan Bayu dan raya malah canggung. Bahkan setelah urusan memilih pakaian sudah beres dan mereka menuju toko perhiasan yang terletak di salah satu mall, tidak ada obrolan hangat atau celetukan dari mulut Bayu. Raya memilih model perhiasan dan cincin pernikahan dengan cepat, lalu diantar pulang.
Hari-hari berikutnya tidak ada yang terjadi. Bayu tidak menghubunginya. Raya tidak merasa aneh atau kehilangan, begitu pun dengan Bayu. Keduanya merasa tidak ada keperluan dan hak untuk terlalu ikut campur dalam urusan masing-masing karena hubungan mereka belum sedekat itu.
Sampai akhirnya malam sebelum hari pernikahan. Pras mendatangi kamar Raya, mengajak putrinya bicara.
“Andaikan Mami kamu masih ada, mungkin dia akan sangat bahagia. Putri kesayangannya akan melepas masa lajang. Papi yakin, Bayu adalah pria yang baik dan tepat untuk kamu. Mungkin awalnya akan sulit dan prosesnya akan berat, tapi Papi percaya kalian akan bahagia.”
Raya menatap wajah Pras, tidak ada keraguan di sorot mata pria itu. Sebelumnya ia sempat berpikir apa Papinya tidak sayang dan tidak peduli dengan kebahagiaannya sampai harus menikah dengan pria yang tidak dia sukai.
“Pih,” ucap Raya pendek. Ada sesak di hatinya, karena ucapan Pras tadi.
“Pernikahan kamu akan membuat papi lega, kalau kamu merasa Papi tidak adil karena harusnya Rama yang didorong untuk menikah. Rama bisa jaga diri, dia laki-laki. Mana tahu besok Papi dipanggil Yang Kuasa, sudah tidak ada beban lagi.”
“Papi kok ngomong gitu sih,” keluh Raya semakin tidak dapat menekan kesedihan. Kedua matanya sudah mengembun.
Pras tersenyum lalu mengusap kepala Raya. “Istirahatlah. Besok hari bersejarah untukmu.”
Setelah menutup pintu kamar, Raya menatap sekeliling kamarnya yang sudah dihias sedemikian rupa sebagai kamar pengantin. Juga kebaya yang digantung tidak jauh dari meja rias, akan dikenakan besok.
Sedangkan di tempat berbeda, tepatnya di kamar Bayu. Pria itu berbaring dengan kedua tangan saling terpaut berada di bawah kepala. Menatap kosong langit-langit kamar. Dua hari yang lalu, ia melihat Yuli. Wanita yang mengisi kekosongan hatinya. Entah mengapa ia tidak menyukai pertemuan kali itu karena Yuli sedang bersama seorang pria keluar dari cafe.
Sebenarnya bukan hal yang aneh, bisa saja pria itu adalah klien Yuli. Namun, interaksi kedua manusia itu sangat berbeda. Bukan sebagai pasangan profesional kerja melainkan hubungan perasaan. Yang paling memuakkan adalah pria yang bersama Yuli adalah pria yang pernah ia lihat di cafe. Mantan kekasih Raya, pria beristri.
“Emang udah saatnya itu cewek gue hapus dari sini,” gumam Bayu sambil menepuk dadanya. “Eh, hati itu ada di sebelah mana ya,” gumamnya lagi. “Tahu ah.”
Ia pun beranjak duduk dan mengambil ponsel di atas nakas. Membuka layar dan memasuki room chat. Mengetik dan mengirimkan pesan lalu tersenyum.
[Calon istri, siap-siap besok abang Bayu datang]
***
Raya mematut wajahnya di cermin, baru selesai di make up. Make up flawless dan sanggul sederhana, tapi membuat penampilannya sangat berbeda. Lengkap dengan kebaya putih dan bawahan kain pilihannya sendiri dari butik langganan keluarga Bayu.
Ada sedih dalam hatinya, karena pernikahan yang diharapkan terlaksana dengan seorang pria karena hubungan saling mencintai juga disaksikan pula oleh keluarganya. Nyatanya, ia akan menikah dengan Bayu karena perjodohan dan tidak bisa disaksikan oleh Mami yang sudah meninggalkannya
Rama bilang, dia harus menunggu sampai rombongan keluarga Bayu datang. Sambil menunggu, Raya membuka ponselnya. Ada beberapa pesan dari Nia yang tidak bisa menghadiri ijab qabul karena tidak dapat izin, sedangkan cutinya sudah habis dipakai liburan. Dia pun hanya mendapatkan cuti dua hari.
Dahinya mengernyit mengetahui ada pesan dari Bayu, semalam.
“Calon istri,” ucap Raya ketika membaca pesan tersebut. “Sebentar lagi aku jadi istri.”
“Raya, ayo. Yang ditunggu sudah datang.” Salah satu keluarga mendiang Maminya memasuki kamar mengajak Raya keluar.
Dengan wajah menunduk Raya berjalan menuju ruangan yang sudah diatur sedemikian rupa. Meski hanya sederhana, karena hari ini hanya proses akad nikah dan resepsi akan dilaksanakan nanti. Diarahkan untuk duduk di samping Bayu, tatapan tidak berani menatap sekitar apalagi pria di sampingnya.
“Sudah bisa kita mulai?” tanya penghulu.
“Sudah Pak, ayo kita mulai,” jawab Pras.
“Mempelai pria sudah siap?” tanya penghulu lagi, kali ini untuk Bayu.
“Siap dong. Siap lahir batin,” jawab Bayu sangat antusias, membuat yang hadir mengulas senyum.
Penghulu membacakan identitas kedua mempelai dan bertanya langsung pada Raya dan Bayu. Tangan Pras dan Bayu sudah saling menjabat. Raya menelan saliva, begitu gugup dan jantungnya berdetak cukup kencang. Bagaimana tidak, setelah ini statusnya akan berubah. Bukan lagi perempuan single melainkan seorang istri.
“Tunggu dulu,” ujar Bayu sukses menjadi pusat perhatian.
Jabat tangan dengan antara calon mertua dan menantu itu akhirnya terlepas, bahkan Raya hendak menoleh karena heran.
“Kenapa Bay?” tanya Erika yang duduk tidak jauh dari Bayu, khawatir ada masalah. Bukan hanya Erika yang khawatir Bayu tiba-tiba menolak untuk melangsungkan pernikahan, hampir semua keluarga besar yang hadir dan menyaksikan berpikiran yang sama.
“Sebentar Bun, aku pastikan dulu kalau dia memang Raya calon istriku.”
“Astaga,” gumam Mario.
Bayu dan Raya saling tatap. “Perfect,” ucap Bayu lalu tersenyum. “Ayo, Pak. Saya sudah siap.”
Busyet, bisa cantik juga si Raya. Imut gitu, batin Bayu dengan detak jantung bertalu-talu dan kepala si Bani berdenyut-denyut.
double up dong Thor 🙏