Jodoh Lewat Wasiat

Malam semakin larut, dua insan yang sedang dilema sulit memejamkan mata. Jasmine saat ini sudah berada di dalam apartemen miliknya. Ia tidak bisa memejamkan matanya, sudah terbiasa tidur ada yang menemani membuat ia merasa kesepian. Tidak ada pria tampan menyebalkan yang selalu mengajaknya berdebat, tidak ada pelukan dan ciuman mesra yang akhir-akhir ini ia berikan. Jasmine mengeratkan pelukannya pada guling yang sejak tadi berada dalam pelukannya.

Jasmine melihat penyesalan di mata Junior ketika ia pergi tadi, namun entah mengapa ia takut kembali padanya. Ia takut berharap lebih, kini biarkan ia sendiri menata hatinya.

Sama halnya dengan Jasmine, Junior tidak dapat memejamkan matanya. Ia merasa ada sesuatu yang hilang, biasanya istrinya itu selalu mengoceh atau bercerita banyak hal kepadanya. Tapi kini suasana kamar sangatlah sepi, Junior menghela nafas kasar.

Ia bangkit dari tidurnya berjalan menuju ruang kerjanya, Junior mengambil satu persatu foto dirinya dan juga Paris. Ia memasukkan semua kenangan bersama Paris ke dalam sebuah box. Sudah waktunya ia move on, hidupnya harus berlanjut. Bukan ini keinginan Paris, ia sudah menyakiti adik Paris yang sehari ia jaga.

........

Malam berganti pagi, Jasmine sudah siap dengan pakaian kerjanya. Hanya sarapan dengan roti dan susu karena Jasmine tidak pandai memasak, ya satu kelemahan Jasmine tidak bisa memasak.

Jasmine terkejut ketika ia membuka pintu apartemennya, ia melihat buket bunga besar menutupi wajah seseorang. Jasmine mengkerutkan keningnya, siapa yang pagi-pagi sekali datang ke apartemennya membawa buket bunga.

Pria pembawa bunga tersebut menggeser buket bunga menampilkan wajah tampan dan berkarismanya. Senyum manis ia tampilkan hanya untuk istrinya seorang, ya mulai hari ini Junior akan berusaha menjadi suami yang baik untuk Junior.

"Selamat pagi istriku!" sapa Junior membuat Jasmine tercengang.

Ia menempelkan punggung tangannya pada kening suaminya. Ia merasa ada yang tidak beres dengan Junior, apa pria ini baru saja terbentur sesuatu atau salah minum obat.

"Kau tidak membiarkan aku masuk?" tanya Junior.

"Kalau kamu mau masuk silahkan, tapi aku mau pergi kerja sekarang" jawab Jasmine tanpa senyuman sedikitpun.

Junior meletakkan buket bunga yang ia bawa ke dalam apartemen Jasmine, ia lalu mengejar Jasmine yang hendak berjalan menuju lift.

"Ayo, kita pergi bersama!" ajak Junior hendak menggenggam tangan Jasmine namun Jasmine sudah menepis tangannya.

"Aku minta maaf Jasmine, bisakah kita memulai dari awal? Kita lakukan pernikahan ini sesuai wasiat yang kakakmu berikan. Aku berjanji tidak akan menyakitimu lagi" pinta Junior memohon.

Ia tidak peduli banyak pasang mata yang saat ini menatap kearah mereka. Jasmine kembali membawa membawa Junior ke dalam apartemennya, ia merasa malu karena banyak orang yang memperhatikan mereka tadi.

"Ayo, kita mulai lagi dari awal. Aku berjanji tidak akan kembali mengingat mendiang Paris" ucap Junior menegaskan.

Junior menggenggam kedua tangan Jasmine, ia menatap wajah cantik dengan bola mata indah berwarna kebiruan. Ya, perbedaan Jasmine dan Paris adalah bola mata mereka yang berbeda. Junior mengecup punggung tangan istrinya berharap kemarahan Jasmine luluh oleh sikap manisnya.

Jasmine menatap kearah lain ketika pandangan mereka bertemu, ia merasa kebingungan. Namun melihat kesungguhan Junior ia tidak tega, Jasmine pun menganggukkan kepalanya. Junior sangat senang, ia lalu memeluk istrinya. Semalaman ia sangat merindukan pelukan hangat istrinya.

Jasmine mengurai pelukannya, ia harus bergegas pergi bekerja.

"Aku harus pergi, ini sudah sangat terlambat" tutur Jasmine seraya melirik jam yang melingkar pada pergelangan tangan.

"Hey, suamimu ini bos nya. Semalaman aku kesepian, biarkan kita seperti ini dahulu" Junior kembali memeluk Jasmine.

"Ih, kita harus profesional." protes Jasmine lalu melepaskan pelukan Junior.

"Baiklah, tapi berikan aku vitamin untuk memulai hari ini" ucap Junior lalu tersenyum manis kepada istrinya.

Jasmine mengambil botol vitamin yang selalu ia bawa di dalam tasnya. Ia lalu memberikan botol vitamin itu kepada Junior. Junior mengeratkan giginya, ia sangat gemas kepada Jasmine yang sangat tidak peka.

"Bukan itu Jasjus!" Junior lalu memajukan bibirnya berharap Jasmine menciumnya.

Jasmine pun tersenyum malu, ia paham sekarang apa yang diinginkan suaminya. Ia pun mencium bibir Junior sekilas, namun tanpa ia duga Junior malah menahan tengkuknya. Ia semakin memperdalam ciumannya, Jasmine bahkan kini mengalungkan lengannya pada leher suaminya itu.

Setelah lama saling bertautan kini mereka memutuskan untuk pergi ke kantor bersama. Junior menggenggam tangan Jasmine mesra, mereka lalu pergi meninggalkan apartemen.

Sepanjang perjalanan keduanya tersenyum dengan kedua tangan yang masih saling menggenggam. Dunia serasa milik mereka berdua, Jasmine bahkan melupakan apabila mereka harus merahasiakan hubungan mereka di kantor.

Kendaraan beroda empat itu, kini sudah sampai di area parkir perusahaan. Sebelum berpisah Jasmine dan Junior kembali berciuman. Caitlyn yang tanpa sengaja melihat hal itu merasa panas, ia mengepalkan tangannya. Ia berjalan lebih dahulu menuju lift sebelum ketahuan oleh mereka apabila ia melihatnya.

Bukan hanya Caitlyn saja yang melihat Jasmine dan Junior berciuman, tapi Vano pun melihatnya. Ia tidak menyangka Jasmine dan Junior memiliki hubungan khusus. Bukankah Junior sudah menikah? Tapi mengapa ia berhubungan dengan Jasmine.

Hati Vano hancur saat melihat kedua insan yang masih saling bercumbu di dalam mobil. Mereka melupakan kaca jendela depan yang tidak tembus pandang, sehingga Vano dapat melihat dengan jelas dua insan yang saling berpagutan mesra.

"Sudah, nanti ada yang melihat!" protes Jasmine setelah ciuman mereka terlepas.

Jasmine kembali merapikan dandanannya yang berantakan karena ulah Junior. Ia pun membersihkan noda lipstik yang menempel pada bibir suaminya.

"Ingin makan siang bersama?" tanya Junior ketika mereka keluar dari mobil.

"Kita harus bertemu dengan Regan, kamu harus meminta maaf kepadanya" pinta Jasmine mengingatkan.

Ah iya, Junior harus menyelesaikan urusannya dengan Regan. Ia harus meminta maaf atas kejadian kemarin, karena rasa cemburunya ia tiba-tiba saja memukul Regan.

"Iya, iya."

Keduanya berjalan beriringan tanpa bergenggaman tangan, Jasmine masih ingin merahasiakan hubungan mereka dari yang lain.

"Sampai kapan kita main kucing-kucingan seperti ini?" bisik Junior ketika mereka sudah berada dalam lift.

"Sebentar lagi saja, aku masih merasa malu apabila mereka memperlakukanku berbeda setelah mengetahui siapa aku sebenarnya." jawab Jasmine sedikit berbisik.

"Ingat jangan dekat-dekat Vano," Junior menegaskan.

"Enggak janji" Jasmine keluar dari lift terlebih dahulu sambil menjulurkan lidahnya kepada Junior.

Junior terkekeh melihat tingkah menggemaskan istrinya. Tiba-tiba saja Vano datang menghampiri dengan senyum menyeringai.

"Gue enggak nyangka seorang Junior yang kaku kini menjadi lebih nakal. Ternyata lo lebih suhu" sindir Vano.

"Maksud lo apa?" tanya Junior tidak paham dengan pembicaraan Vano.

"Lo selingkuh kan sama Jasmine?"

Hah?