ibu dan anak
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adela Flos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Main Dokter - Dokteran
Dibelakang gedung sekolah tempat Vindra bersama gengnya, tempat eksekusi yang suka membuat masalah.
Rasanya dia ingin medatanginya kesana memberi pelajaran, tanganya memngepal mengingat mamanya selalu menangis tengah malam.
Pyaarr.
dia meninju sebuah kaca kusam yang senderen didinding.
Darah segar keluar dari bekas tangan tinjuanya.
"Vin lu kenapa?" tiba - tiba Bima datang tadi dia diberitau kalau Vindra hampir menghajar orang.
Vindra tidak nyaut wajah yang masih kelihatan marah, Bima mencoba menenangkan.
"Vin" Vindra pergi begitu saja dari sana.
Ck.
"Kenapa tu anak"
Semua pada heran dan kaget melihat tangan Vindra yang berdarah dia berjalan melewati orang - orang begitu saja menuju ruang uks.
Alea pun juga, melihat tangan Vindra berdarah kenapa orang ini, dia juga melewati Alea begitu saja.
"Tanganya kak Vindra kenapa tu?" tanya Dila
Alea hanya mengangkat bahunya, sebenarnya ada apa dengan Vindra, dia merasa kasian.
"Kak, kak Bima" panggil Alea yang Bima berjalan dibelakang Vindra, karena dia merasa dipangil dia berhenti.
"Kak Vindra kenapa?" tanya Alea.
"Gue nggak tau setelah gue datang tanganya sudah berdarah gitu" lalu dia kembali mengikuti Vindra.
Setelah sampai diruang uks, Bima melihat Vindra menolak untuk diobati lukanya, lalu Bima menyuruh Tini untuk keluar biar dia yang obati. Tapi Vindra juga menolak
"Biar gue yang obati"
"Gue bisa ngobati sendiri" sikap dinginya
Datang Tiara dia juga menawarkan diri untuk membantu mengobati tanganya Vindra, Vindra juga menolak datanglah Carla karena dia dapat info pujaan hatinya terluka.
"Heh minggir lu biar gue yang ngobati Vindra" kata Carla.
"Kalau lu yang ngobatin nggak bakal sembuh" Tiara.
Dan terjadilah keributan antara Carla dan Tiara, merebutkan untuk mengobati luka Vindra. Bima sendiri sampai kewalahan menghadapi duo srigala.
"DIAM" bentak Vindra dengan tatapan tajamnya semua terlonjak kaget dan seketika semua diam.
"Ngapain lu disitu" nunjuk Alea yang dari tadi berdiri didekat pintu.
"Aku..." Alea langsung mendekat melihat darah Vindra masih keluar.
Tanpa membuang waktu dia mengambil kotak obat, dan mengobati luka ditangan Vindra, dia diam saja sedikit pun tidak menolak
Alea sedikit demi sedikit membersihkan darah yang hampir mengering, sedangkan Vindra sibuk melihat wajah manis Alea.
Yang tadinya dia ingin marah jadi adem setelah memandang Alea.
Alea mengoleskan obat merah dengan telaten dia memasangkan perban, bagaimana dengan Carla dan Tiara mereka terbakar api cemburu yang membara. Mereka kesal sekali lalu mereka pergi dari sana.
"Hah kenapa mereka?" tanya Tomy yang baru datang sama Revan karena melihat Carla sama Tiara kesal begitu.
Bima hanya pakai isyarat menujuk dua sejoli yang lagi main dokter - dokteran.
"Kenapa melihatku?" tanya Alea canggung sendiri ditatap tanpa berkedip.
"Yang ada didepan gue kan lu" jawabnya datar.
"I iya tapi nggak usah gitu juga lihatnya" agak gerogi.
"Kenap?" lama - lama Alea darah tinggi menghadapi orang kayak gini, pura - pura bego apa emang dia nggak ngerti.
Karena dia sudah selesai memperban tangan Vindra, saat merekatkan perekat sambil ditekan, dia sangat kesal.
Aak.
"Ikhlas nggak sih?"
"Nggak, aku nggak ikhlas" lalu Alea pergi dari sana, bukan cuma kesal tapi dia gerogi dari tadi ditatap sampai segitunya.
"Sebenarnya lu kenapa Vin" tanya Bima yang dari tadi penasaran.
"Iya kalau ada masalah cerita sama kita" Tomy.
"Gue baik - baik aja" sambil menepuk pundak Revan dan keluar ruangan.
"Gue yakin ada sesuatu yang dia sembunyikan" kata Bima.
"Oke biar saja dia dulu, nanti kalau dia butuh bantuan dia akan datang sendiri" kata Revan.
"Eh mereka kalau jadian gimana ya paling berantem terus" ucap Tomy membayangkan.
"Ya mungkin" mereka juga keluar sambil melampar candaan.
ganti panggilan a thoor.
kata cerai jadi ceria. aduh,, mohon di perbaiki lagi penulisannya meski sudah tamat ini cerita.