NovelToon NovelToon
Mawar Merah Berduri

Mawar Merah Berduri

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Aini

Mawar merah sangat indah, kelopak merah itu membuatnya tampak mempesona. Tapi, tanpa disadari mawar merah memiliki duri yang tajam. Duri itulah yang akan membuat si mawar merah menyakiti orang orang yang mencintainya.

Apakah mawar merah berduri yang bersalah? Ataukah justru orang orang yang terobsesi padanyalah yang membuatnya menjadi marah hingga menancapkan durinya melukai mereka??!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8 Hari pertama

NIGHT CLUB

Bimo menghadiri acara party ulang tahun temannya di klub.

"Thanks bro, gue kira lu gak akan hadir malam ini."

"Selagi gue ada waktu, pasti gue datang lah bro. Secara kita temanan bukan setahun dua tahun." jawab Bimo.

"Wuih, lu emamg teman terbaik gue, bro."

Mereka pun berpesta, minum segala macam minuman yang memabukkan. Tapi tidak Bimo, dia hanya minum jus jeruk saja. Karena prinsipnya sangat kuat. Dia tidak akan pernah minum yang memabukkan. Datang ke klub pun hanya untuk menghadiri party ulang tahun temannya.

"Gak terasa kita sekarang sudah 30 an bro. Lu gak bosan jomblo terus?"

"Bosan sih. Tapi, gue belum menemukan yang cocok aja di hati gue."

"Mahasiswa yang lu ceritain itu gimana?"

"Gue di tolak, bro. Seleranya bukan gue."

"Gila sih tu cewek. Modelan lu gini ditolak."

"Buta kali tu cewek."

"Tipenya pasti jauh lebih jelek dari lu bro."

Teman temannya mencoba menghiburnya. Padahal, Bimo sudah lama move on dari cewek yang tidak lain adalah Inne.

"Lu pada bakal kaget sih kalau ketemu dia sama pacarnya."

"Secantik itukah tu cewek bro?"

"Sangat cantik."

"Paling pacarnya jelek. Biasanya cewek cantik milik cowok jelek yang penting mereka nyaman."

"Sayangnya tu cowok pemenangnya. Dia satu satunya yang bisa menaklukan hati tu cewek dari sekian banyak yang mencoba mengejarnya."

"Penasaran gue sama tu cewek. Secantik apa sih?"

"Nanti kalau kalian ada waktu, mampir aja ke cafe. Dia selalu nongkrong di cafe setiap akhir pekan."

"Ide bagus tu."

"Oke, sabtu ini kita mampir."

Mereka pun kembali minum dan terus berbincang. Sambil berbincang, mata Bimo mengedar kesegala sudut klub.

"Leni?!" Teriaknya terkejut saat matanya menemukan sosok yang sangat dikenalnya.

Ya, Leni berada di klub bersama Wendi. Dia datang sekedar untuk berjoget dan minum teh. Leni juga bukan pemabuk begitu juga dengan Wendi. Mereka datang hanya untuk bersenang senang.

Leni yang tampak asik berlenggak lenggok sangat terkejut saat matanya bertemu dengan mata yang sangat dikenalnya.

"Mampus!" Teriaknya tertahan dan dia menggenggam erat pergelangan tangan Wendi.

"Kenapa, Len?"

"Kak, itu abang." Tunjuknya ragu kearah Bimo yang mulai melangkah menghampiri mereka.

"Mana?" Wendi mengedarkan pandangannya hingga akhirnya melihat wajah Bimo yang tampak merah padam.

"Leni..." saat Wendi menoleh ke sampingnya, Leni sudah tidak ada disana.

"Kemana sih tu anak?"

Wendi meneruskan jogetnya dengan berpura pura tidak melihat Bimo. Sementara Bimo kini sudah berdiri tepat di sampingnya.

"Mana Leni?"

"Gak tau." sahut Wendi tampa menoleh.

"Lu jangan coba coba ulangi lagi mempengaruhi Leni untuk datang ke tempat ini."

"Gue gak ngajak dia, asal lu tau. Dia sendiri yang mau ikut."

"Tetap saja, adek gue jadi badung gara gara temanan sama lu."

Kalimat itu membuat Wendi ingin marah, tapi dia sadar diri saat ini sedang berada ditengah keramaian.

"Wen, lu ajak ni om om keluar deh dari sini. Gak asik tau bertengkar disini, kita terganggu." Bisik salah satu temannya.

"Oke. Sorry girls."

Wendi pun langsung menarik pergelangan tangan Bimo keluar dari klub.

"Gue emang badung, tapi gue gak pernah mengajak Leni ikut badung kayak gue." tegas Wendi.

"Terus, sekarang kenapa Leni bisa ada di sini. Padahal sebelum kenal sama lu, dia bahkan gak tau tempat seperti ini."

"Ya mana gue tau. Tanya aja sendiri sono sama Leni."

Wendi pun hendak melangkah masuk kembali ke klub, tapi tangannya ditahan oleh Bimo.

"Apaan sih, lepas!"

"Gak akan. Lu pulang sekarang."

"Siapa situ ngatur ngatur gue?"

"Gue bukan siapa siapa, tapi gue tau lu teman adik gue."

"Gak ada hubungannya. Lepas gak?!" Wendi mencoba berontak tapi kalah kuat dari Bimo.

"Gue antar lu pulang sekarang. Gak ada penolakan."

Bimo menarik paksa Wendi menuju mobilnya. Wendi sangat kesal, tapi dia tidak bisa lepaskan diri dari Bimo.

"Lepas, sakit tau. Gue bisa jalan sendiri."

Tangannya pun terlepas, Bimo awalnya mengira Wendi akan kabur darinya, tapi ternyata Wendi malah masuk ke mobilnya.

Bimo tidak bisa menahan senyumnya saat melihat Wendi yang menjadi patuh padanya.

"Nurut juga kan akhirnya." batinnya.

Mobil melaju menuju kosan Wendi. Begitu tiba di depan kos, Bimo juga ikut turun dari mobil bersama Wendi.

"Mau ngapain lu. Kos gue bukan kos yang bebas buat bawa cowok."

"Idih kepedean lu. Gua cuma mau melihat lihat sekitaran aja."

"Nyebelin."

Wendi pun langsung melangkah masuk menuju kamar kosnya yang ada di lantai dua. Bimo masih mengawasi sampai dia melihat Wendi sudah masuk ke kamar kosnya.

"Sekarang, gue harus cari Leni."

Bimo kembali mengendarai mobilnya. Di mobil dia juga menelpon Leni yang ternyata Leni sudah berada di rumah.

Saat mengetahui adiknya sudah di rumah, dia pun langsung pulang. Malam ini dia tersenyum senyum sendiri seperti sedang kasmaran. Mungkinkah dia sedang jatuh cinta? Siapa yang membuatnya seceria ini? Entahlah hanya dia yang tahu.

~

~

~

Pagi yang indah. Berhubung ini hari sabtu, Inne tidak ada jam kuliah. Dia janjian untuk ketemu Brian di cafe. Ini hari pertama Brian ikut les dengannya.

Tadinya papa si Brian meminta agar Inne mengajar les di rumah. Tapi, Brian malah ingin belajar di cafe seperti murid murid Inne yang lainnya. Nah kebetulan jadwalnya kosong, jadi Inne pun setuju saja.

"Cappucino latte untuk si cantik Inne." Bimo mengantarkan minuman itu ke meja Inne.

"Loh aku belum mesan minum deh kayaknya, bang."

"Ini khusus buat kamu. Gratis."

"Jangan ah bang. Abang buka cafe untuk cari uang, eh aku malah dikasih gratis mulu."

"Ya gak apa apa. Ini bagian dari janjiku. Aku gak akan berubah sama kamu, meski cintaku sudah ditolak berkali kali."

"Abang... maaf ya."

"Santai aja, In. Lagian aku udah move on kok. Jadi, gak usah sungkan ya."

"Thanks, abang Bimo yang baik hati."

Bimo tersenyum senang, lalu dia meninggalkan Inne kembali sendirian di mejanya.

"Janji jam sembilan, ini hampir jam sepuluh. Gak disiplin banget sih ni anak. Apa semua anak orang kaya itu manja seperti Brian ya?!" Rutuknya kesal.

"Mana aku janjian sama Adit jam sebelas lagi. Gimana kalau telat, bisa ngamuk tu Adit."

Tidak lama, akhirnya Brian datang. Dia datang dengan langkah sombongnya dan juga senyuman sinisnya. Sungguh Inne sangat tidak menyukai bocah ini.

"Bisa disiplin waktu gak sih. Kamu bahkan terlambat dihari pertama."

"Santai aja dong kak."

"Bagiku waktu sangat berharga. Jangan sembarangan buang buang waktu. Biaya les itu mahal. Beruntung orangtua kamu punya banyak uang." celoteh Inne.

"Sorry kak Inne yang cantik. Tadi aku ada pemotretan dulu."

"Terserah. Cepatan siapkan bukumu."

Inne pun mulai mempersiapkan diri mengajari Brian.

"Beri tambahan waktu ya, kak. Kan aku telat karena ada hal penting."

Huh!

"Iya. Sepuluh menit."

Brian pun mulai serius mendengarkan penjelasan Inne. Tapi, lama kelamaan Brian malah beralih menatap wajah Inne dan dia terpesona dengan kecantikan Inne. Telinganya bahkan dimanjakan dengan suara lembut yang khas milik Inne.

"Kamu paham gak sih?"

"Paham kak."

"Ya sudah, nih coba kamu uraikan soal soal ini."

"Siap kak Inne yang cantik."

"Bocah seusia kamu tidak perlu belajar gombal. Pelajari dulu pelajaran ini." Celetuk Inne tidak suka dengan Brian yang sok akrab.

"Wah ini butuh waktu yang cukup lama untuk menguraikan soal soal ini kak. Tambah waktu lagi ya, dua puluh menit."ucapnya memohon.

Inne bertambah jengkel, tapi meski begitu dia melirik jam tangannya.

"Tidak bisa."

"Loh kok gitu. Kalau gak cukup waktu ngajarnya, bukankah artinya kakak korupsi waktu?"

"Eh bocah. Aku udah nunggu di sini lebih awal ya. Salah kamu kenapa datang terlambat. Enak aja bilang korupsi waktu."

"Iya deh, maaf kak."

"Ya udah cepatan selesaikan. Gue juga punya banyak urusan."

"Urusan apa kak. Kencan ya?"

"Gak usah ikut campur. Kerjakan saja soalnya."

"Siap kakak cantik..."

Brian sengaja memperlambat kerjaanya, dia suka melihat Inne yang terus terusan melihat jam tangannya dengan ekspresi wajah yang tampak jelas mengkhawatirkan sesuatu.

"Ini kak udah selesai."

Inne pun memeriksa pekerjaan Brian dan ternyata cukup memuaskan. Itu membuat Inne tersenyum lega.

"Kamu cepat tanggap. Aku suka cara kamu menguraikan soal soal dengan jalan sederhana dan dengan tujuan yang tepat sasaran."

"Itu karena materi yang kak Inne berikan juga mudah dimengerti."

Inne pun mulai tersenyum senang. Ternyata Brian tidak seburuk yang dia kira.

"Oh iya, ini ada materi untuk persiapan ujian akhir dan juga untuk masuk keperguruan tinggi." Inne mengulurkan rangkuman meteri yang dia ringkas sendiri.

"Pahami dan baca materi ini. Sabtu depan kita bahas lagi."

"Siap kak."

Drittt

Hp Inne bergetar, ada pesan masuk yang langsung dia periksa.

MY LOVE

Sayang, dimana?

udah jalan belum...

^^^Iya, bentar.^^^

^^^Ini udah otw.^^^

Setelah membalas pesan itu, dia pun membereskan buku bukunya.

"Hari ini cukup sampai disini dulu. Sampai jumpa sabtu depan."

"Buru buru amat kak."

"Hmm, time is money." sahut Inne yang langsung bergegas keluar dari cafe.

Brian menatap kepergian Inne dengan rasa penasarannya.

"Kak Inne benar benar tipe idealku. Semoga kak Inne belum punya pacar." Gumam Brian dengan percaya dirinya yang diluar batas itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!