Akibat memiliki masalah ekonomi, Gusti memutuskan bekerja sebagai gigolo. Mengingat kelebihan yang dimilikinya adalah berparas rupawan. Gusti yang tadinya pemuda kampung yang kolot, berubah menjadi cowok kota super keren.
Selama menjadi gigolo, Gusti mengenal banyak wanita silih berganti. Dia bahkan membuat beberapa wanita jatuh cinta padanya. Hingga semakin lama, Gusti jatuh ke dalam sisi gelap kehidupan ibukota. Ketakutan mulai muncul ketika teman masa kecil dari kampungnya datang.
"Hiruk pikuknya ibu kota, memang lebih kejam dibanding ibu tiri! Aku tak punya pilihan selain mengambil jalan ini." Gusti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5 - Gosip Tentang Ana
"Asal aja lambemu itu, Man! Lagian aku sama Mawar itu cuman teman," geram Gusti.
"Memang begitu? Sebelum pergi dari kampung aja pelukan dulu," sahut Aman yang enggan percaya.
"Terserahmu lah!" balas Gusti.
Tak lama kemudian, bus berhenti. Gusti dan Aman hanya perlu berjalan kaki sebentar untuk tiba di kost-kostan.
Kini Gusti baru saja tiba di depan pintu kamar kostnya. Saat itulah Ana menghampiri.
"Hei!" tegur Ana.
Pupil mata Gusti membesar. Dia reflek menghindari Ana.
"Maaf mengejutkanmu. Aku hanya ingin meminta maaf tentang yang terjadi tadi malam. Aku harap kau bisa memakluminya," ujar Ana.
"Ah, itu... Tidak apa-apa. Aku harap itu tidak terjadi lagi." Gusti menanggapi dengan senyuman kecut.
"Aku janji itu tidak akan terjadi lagi. Kenalkan aku Ana. Kau pasti mahasiswa baru ya?" kata Ana seraya mengulurkan tangan.
"Iya. Namaku Gusti." Gusti menyambut uluran tangan Ana. Perempuan tersebut menggenggam tangannya cukup erat. Memasang tatapan lekat yang justru membuat Gusti agak takut.
"A-aku mau istirahat," imbuh Gusti karena tangannya tak kunjung dilepaskan Ana.
"Ah, maaf! Wajahmu bikin nggak fokus," ungkap Ana. Ia segera melepas tangan Gusti. Membiarkan lelaki itu masuk ke kamar.
Ketika sudah di kamar, Gusti langsung mengunci pintu. Dia merasa perempuan seperti Ana agak mencurigakan.
Sebelum istirahat, Gusti mandi terlebih dahulu. Selanjutnya dia tiduran di ranjang. Gusti tertidur dengan cepat karena kelelahan.
...*** ...
Dug!
Dug!
Akh!
Akh!
Suara berisik membangunkan Gusti dari tidur. Dia mengerjapkan mata dan duduk. Mencoba menemukan sumber suara yang mengganggu tidurnya.
Setelah didengar dengan seksama, ternyata suara tubrukan serta erangan perempuan tersebut berasal dari kamar sebelah.
"Apaan tuh?" gumam Gusti. Dia mulai curiga dan mengira-ngira. Perlahan dirinya tempelkan telinga ke dinding. Maka semakin terdengar jelas suara erangan perempuan itu. Gusti bahkan juga mendengar samar-samar suara erangan lelaki.
Wajah Gusti memerah. Dia merasa kalau erangan yang didengarnya adalah suara orang sedang bersenggama.
Tok!
Tok!
Tok!
Suara ketukan pintu membuat Gusti kaget sampai tersentak. Dia pun bergegas membuka pintu.
Ternyata orang yang datang adalah Aman. Lelaki itu langsung masuk ke kamar saat Gusti membuka pintu.
"Kau kenapa?" tanya Gusti.
Aman tak menjawab. Dia malah meletakkan jari telunjuk ke depan bibir. "Wah! Sudah kuduga di sini suaranya terdengar lebih jelas," bisiknya. Dia jelas membicarakan perihal pemilik kamar kost di sebelah Gusti.
"Menurutmu mereka..." Gusti enggak mengakhiri kalimatnya. Dia yakin Aman pasti mengerti.
"Bukankah sudah jelas kalau mereka wik wik wik, Gus!" ucap Aman penuh keyakinan.
"Itu kamar Ana kan ya?" Gusti memastikan.
"Seratus persen! Kan tadi malam kau lihat sendiri ibu kost buka kamar yang itu buat pindahin dia," tanggap Aman. Dia duduk menghempas ke tepi ranjang.
"Aku tadi sempat lihat Ana ngobrol sama cowok loh. Kayaknya itu cowok yang sekarang main sama dia," lanjut Aman.
Bertepatan dengan itu, Gusti dan Aman dibuat terkejut bersama. Sebab suara hentakan dan erangan di kamar sebelah semakin menjadi-jadi.
"Anjir! Padahal Ana tadi baru saja minta maaf sama aku loh. Aku sepertinya harus cari kost-kostan lain, Man!" seru Gusti. "Kau juga kan?" tanyanya.
"Kita sepertinya nggak sepemikiran, Gus." Aman berdiri dan memegang pundak Gusti. Perlahan dia mendekatkan mulut ke telinga Gusti. "Kau nggak tertarik? Aku dengar Ana itu wanita bayaran," bisiknya.
Mata Gusti terbelalak. Ternyata benar ada sesuatu yang mencurigakan dari sosok Ana.
"Awalnya aku mengira itu hanya gosip. Tapi setelah mendengar suara wik wik dari kamarnya, aku yakin itu benar!" ungkap Aman.