Aqila tidak pernah menyangka hubunganya dengan Alden harus berakhir di tangan sahabatnya sendiri.
Gadis itu melihat dengan mata kepalanya sendiri Alden berhubungan dengan Viona sahabatnya di kamar hotel.
Tidak kuasa menahan sesak di dada, Aqila memilih pergi dari kehidupan Alden.
Namun, apa yang dilihat Aqila tidak sepenuhnya benar. Alden tidak sepenuhnya mengkhianati Aqila, tapi apa daya gadis itu telah pergi dengan membawa kesalahpahaman.
Akankah Alden dapat menyakinkan Aqila? Dan melurusku kesalahpaham yang terjadi?
Novel ini collab bareng SUSANTI 31
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Alden Yang Terpuruk
Seminggu telah berlalu,
Alden memandangi bintang dari balkom dengan pikiran masih pada Aqila. Terbayang saat mereka pisah. Pria itu takut jika pertemuannya dengan gadis itu di Korea, adalah pertemuan terakhir dan tidak dapat bertemu lagi.
Apa yang akan dia lakukan jika benar anak yang dikandung Viona itu benar darah dagingnya. Apakah dia harus menikahi wanita itu? Bagaimana dia bisa hidup dengan orang yang tidak dicintainya.
Alden masuk ke kamar dan mengambil minuman yang dia beli saat pulang kerja. Dia ingin melupakan semuanya dengan minuman.
Malam semakin larut, seorang pemuda tampak berada di sudut kamar dengan botol yang sudah kosong mengelilinginya di atas meja. Empat jam lamanya dihabiskan berkutat dengan minuman yang berhasil membawanya kabur dari masalahnya.
Alden tidak bisa memikirkan hal lain lagi, karena pada saat dia sadar, pria itu akan menjadi gila karena memikirkan keberadaan Aqila. Memikirkan hubungan mereka yang sudah kandas dan mungkin tidak punya jalan keluar membuat Alden berharap dirinya mati saja.
Semenjak kembali dari Korea, hanya minuman tempat pelariannya. Dia tidak akan bisa tidur dan melalui malam hari, kalau pria itu tidak dalam keadaan mabuk.
Hari ini sepulang dari kantor dia mampir membeli bir dan duduk di pojok ruangan kamarnya, sendiri menikmati kesedihannya. Setiap hari Alden akan keluar dari ruangannya kantor pukul 08.00 malam. Dia tidak ingin melihat matahari menjadi simbol bergantinya hari, karena itu akan membawanya menghitung sudah berapa lama Aqila pergi meninggalkannya.
Dia benar-benar tidak sanggup kehilangan gadis itu, terkadang Alden bertindak seperti orang bodoh memilih untuk duduk di meja kerjanya sambil bicara dengan foto Aqila.
Menghancurkan hidupnya seperti ini dengan mabuk-mabukan bukan satu jalan yang akan memperbaiki keadaan justru dia akan semakin tertarik masuk lebih dalam pada curang kesedihan. Hatinya akan terasa hampa, semakin merasa terbuang oleh dunia.
Cinta kadang memang bisa membuat orang menjadi kuat namun tidak jarang cinta juga bisa menghancurkan hidup seseorang. Boleh mencintai tapi jangan berlebihan.
Alden tidak tahu, siapa yang ada di belakang Viona. Kenapa begitu sulit untuk di tembus. Pria itu telah meminta bawahannya untuk bekerja lebih keras lagi.
Salah seorang bawahan Alden bahkan pernah menjambret tas wanita itu dan mengambil ponselnya untuk mencari barang bukti. Namun, tidak ada apa-apa dalam ponselnya Viona.
Kemarin wanita itu datang ke kantor. Alden meminta sekretarisnya untuk melarang Viona masuk. Namun, wanita itu mengancam akan mengirim video saat mereka berhubungan. Alden sampai frustasi menghadapinya.
***
Alden merasa kepalanya sangat pusing. Mungkin karena dia minum banyak kemarin malam. Alden menarik napas. Dia tahu semua yang dilakukan ini salah dan tidak akan bisa mengembalikan Aqila.
Alden mengaktifkan kembali ponselnya. Ada banyak panggilan tidak terjawab dari Viona. Melihat banyak pesan dari Viona, pria itu mengacuhkan. Hingga ada satu video mengusik perhatiannya.
Alden memutar video yang dikirim Viona. Alangkah kagetnya pria itu melihat apa yang ada di video itu. Dia dan Viona yang sedang berpelukan dan melakukan hubungan. Dia menarik rambut frustrasi.
"Jadi benar, aku dan Viona melakukan hubungan badan? Apakah ini berarti anak yang dikandung Viona darah dagingku," gumam Alden dengan dirinya sendiri.
Kepalanya terasa makin berat. Apakah ini pertanda dia tidak akan pernah dapat bersatu lagi dengan Aqila. Membayangkan semua itu Alden makin merasa frustrasi.
Alden menghubungi bawahannya kembali. Merasa kerja mereka lama sekali.
"Aku beri waktu satu minggu lagi. Jika kalian tidak bisa juga mencari bukti apa yang aku lakukan di kamar malam itu, lebih baik kalian memgundurkan diri dariku!"
...****************...
.