"Apakah aku dapat memaafkan kesalahannya?"
Seorang wanita cantik bernama Alice, harus berurusan dengan seorang CEO MANGO Corporate, setelah ayahnya mendekam di dalam penjara, karena mobil yang dikendarainya menabrak seorang nenek lanjut usia, yang ternyata adalah nenek dari seorang CEO arogan dan sangat kaya raya di kota London yang bernama Raymond Weil.
Setelah Alice berhasil mengeluarkan ayahnya dari penjara, timbul niat Raymond untuk menikahi Alice, pernikahan yang bisa menjadi alat untuk mendapatkan 50% saham MANGO Corporate milik Nicholas Weil. Raymond sengaja memilih Alice, karena tidak ingin menikahi wanita yang dapat mengekangnya dengan sebuah ikatan pernikahan. Alice yang tak punya pilihan lain karena takut dengan ancaman Raymond pun menerima pinangan pria arogan itu, walau dengan terpaksa.
Pernikahan akhirnya berlangsung dan yang ditakuti Alice benar-benar menjadi kenyataan, perselingkuhan yang terjadi di depan mata kepalanya sendiri, mem
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Pradita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Elliot
Sebelumnya saya mau promo karya baru saya judulnya Sahabatku Canduku, bisa dibaca di YouTube channel saya, Baca Novel.
Novel ini menceritakan tentang persahabatan antara seorang wanita yang bernama Andin dan Aldo. Kisah yang bermula dari kelebihan hormon yang telah dialami Andin sejak usia 17 tahun. Ingin tahu kisahnya, yuk segera kepoin novelnya, ketik aja Sahabatku Canduku. oke sahabat semua! Terima kasih.
🌸🌸🌸
Selamat membaca!
Elliot kini sudah tiba dan berdiri di depan pintu kamar apartemen yang menjadi titik terakhir GPS. Ia mulai mengetuk pintu secara perlahan.
Suara ketukan pintu sedikit mengganggu Richard yang sedang sibuk di meja kerja, namun karena tidak ada Kelly, ia mau tak mau beranjak untuk membukakan pintu dan melihat siapa orang yang datang.
Richard membukakan pintu apartemennya. Ia menatap Elliot dengan wajah penasarannya.
Siapa pria ini?
"Maaf Anda mencari siapa?" tanya Richard dengan wajah datarnya.
"Apa ada wanita ini di dalam?"
Elliot menunjukkan foto Alice di ponselnya kepada Richard.
"Ya wanita di foto itu memang ada di dalam, tapi kondisinya masih belum sadarkan diri," ujar Richard memberitahu dengan wajah prihatinnya.
Elliot panik mendengar kondisi Alice. Melihat wajah Elliot yang terlihat cemas Richard berusaha menenangkannya. Akhirnya Elliot mengikuti langkah Richard untuk memasuki apartemennya, kini mereka sudah duduk nyaman di ruang tengah. Setelah mendengar cerita dari Richard, Elliot kemudian menceritakan semua tentang Alice dan ia memberitahu hubungannya dengan Alice adalah kakak beradik.
"Saya jadi tenang kalau begitu, setelah Dokter datang jika Alice sudah membaik silahkan kamu bisa membawanya bersamamu, sambil menunggu itu apa bisa saya tinggal sebentar, karena ada pekerjaan yang saya harus selesaikan sore ini juga," tutur Richard yang sebenarnya tidak nyaman meninggalkan seorang tamu sendirian, tapi karena kondisinya sangat mendesak ia mau tak mau harus berlalu dan meninggalkan Elliot sendiri di ruang tengah apartemennya.
Elliot mendesah pelan. Perasaan cemasnya kini sudah berkurang, karena saat ini ia sudah berhasil menemukan Alice.
Semoga Alice segera sadar.
Elliot beranjak dari duduknya, ia mulai mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruang apartemen. Ada beberapa foto yang terpajang di dinding apartemen, membuat semua orang yang melihatnya tahu bahwa Richard berasal dari Australia.
Foto bendera Australia, Richard dengan orang tuanya di Sydney, dan masih banyak lagi foto-foto yang terpajang di dinding. Namun ada satu foto dari kejauhan yang menarik perhatiannya, foto seorang anak berusia 5 tahun sedang mengendarai sepedanya.
Tak ada yang aneh dengan foto anak itu, semua terlihat normal, tapi satu yang membuat Elliot mendekatkan wajahnya, untuk melihat foto itu lebih dekat adalah sebuah bordiran tulisan, di pakaian anak itu bertuliskan Weil.
"Weil."
Elliot mengeraskan wajahnya untuk berpikir, ia teringat sebuah cerita yang pernah disampaikan Tuan Nicholas padanya saat pertama kali bertemu dengannya.
"Jika anak pertamaku masih ada di sampingku, saat ini usianya pasti seumuran denganmu."
Elliot mengambil ponsel dari saku celananya, lalu dengan cepat ia mengambil gambar foto anak kecil itu, dengan maksud akan menunjukkannya kepada Nicholas.
Jangan-jangan tapi apa mungkin, Australia dan London itu jaraknya sangat jauh.
Keraguan Elliot dibuyarkan dengan kedatangan Kelly bersama seorang Dokter.
"Kamu untuk apa berada di sini? Darimana kamu bisa masuk? Sebenarnya siapa kamu ini?" Kelly langsung mencerca Elliot dengan berbagai pertanyaan, yang membuat Elliot kesulitan untuk menjawab semuanya.
"Tanyakan saja kepada Tuan Richard, aku sudah menceritakan semuanya padanya."
Kelly langsung melengos menuju kamar Alice, beserta Dokter yang mengekor di belakangnya.
Setelah Dokter memeriksa keadaan Alice. Tibalah ia menyampaikan hasil diagnosanya.
"Wanita ini hanya terkena depresi ringan saja, jadi tidak perlu ada yang di khawatirkan, mungkin beberapa saat lagi dia akan segera sadar, ini ada resep bisa ditebus di apotik," tutur Dokter menjelaskan, membuat Elliot yang mendengarnya merasa tenang dengan kondisi Alice.
Ia menatap Richard yang dilihatnya masih berkutat dengan laptopnya.
Kelihatannya Pria ini sangat sibuk.
Tapi apa mungkin dia anak yang hilang itu.
Elliot semakin tidak sabar untuk menunjukkan foto yang telah diambilnya kepada Nicholas. Namun ia tidak bisa pergi begitu saja tanpa membawa Alice.
"Kalau saja Tuan Nicholas masih seperti dulu, aku pasti langsung mengirim gambar ini lewat WhatsApp," gerutu Elliot dalam hatinya.
Elliot kembali duduk di ruang tengah ditemani oleh Kelly.
Kedua saling berbincang membahas pekerjaan mereka masing-masing, karena mereka sama-sama seorang assisten pribadi dari seorang CEO, percakapan mereka menjadi sangat nyaman, hingga membuat keduanya saling melempar pujian satu sama lainnya.
"Aku lebih beruntung darimu Elliot, Tuan Richard tidak sejahat Tuanmu," tutur Kelly dengan wajah prihatinnya.
Elliot tersenyum kecil menanggapi ucapan Kelly.
"Aku sudah terbiasa menghadapi sikap arogannya, namun tak perlu dirisaukan lagi, aku sudah tidak bekerja untuk Raymond, mungkin setelah ini aku akan memulai kehidupan yang baru bersama Adikku."
Kelly ikut bahagia mendengarnya, baginya Elliot adalah sosok pria yang manis dan baik, dia juga sangat menyayangi Adiknya sampai rela melepas pekerjaan, yang sudah ia geluti selama bertahun-tahun.
Suasana yang awalnya canggung dan dingin, entah kenapa dengan cepat mencair seketika. Ramahnya Elliot membuat Kelly merasa nyaman berbincang dengannya. Memang itulah tujuan Elliot yang sebenarnya, melalui Kelly ia berusaha menemukan jawaban, dari segala pertanyaan yang saat ini sedang dipikirkannya.
Elliot masih ragu untuk menanyakan asal usul Richard kepada Kelly.
Lebih baik aku bersabar, menunggu waktu yang pas untuk bertanya masalah ini.
🍁🍁🍁
Alice mulai mengerjapkan matanya perlahan. Rasa sakit masih terasa menaungi kepalanya. Alice perlahan bangkit untuk bangun dari tidurnya. Ia mulai mengedarkan pandangannya melihat ke sekelilingnya.
Dimana ini?
Kamar ini juga mewah sama dengan kamar yang dimiliki Tuan Raymond.
Kenapa aku jadi mengingat b*jing*n itu?
Alice membasuh kasar wajahnya, berusaha melenyapkan bayangan Raymond dari pikirannya.
Alice mulai membuka selimut yang menutupi tubuhnya dan turun dari ranjang besar. Langkahnya mulai tersemat, menyusuri arah suara yang terdengar tidak asing untuknya.
Apa itu suara Elliot?
Alice melangkah dengan perlahan.
"Jadi ceritakan padaku, apakah wanita yang pingsan itu adalah Adik kandungmu?" tanya Kelly kepada Elliot, walau sebenarnya ia sudah mengetahui dari Richard, namun Kelly hanya ingin memastikannya saja.
"Iya Alice memang Adik kandungku, kami sudah terpisah puluhan tahun, dunia memang begitu kecil bukan," tutur Elliot terkekeh bahagia karena sudah menemukan Adiknya.
Alice terhenyak mendengarnya dari balik dinding kamarnya. Sebuah kenyataan yang membuatnya teringat, akan kebaikan yang sering Elliot lakukan padanya.
Alice tak kuasa menahan derai air matanya.
Elliot adalah Kakak kandungku.
Alice melangkah menampakkan dirinya di depan Elliot dan Kelly, langkahnya yang gontai semakin cepat menghampiri Elliot. Alice menghamburkan kesedihannya dengan memeluk Elliot, yang begitu melihat Alice langsung bangkit dan menatap Alice dengan dalam.
Pelukan rindu saudara kandung, yang sudah terpisah puluhan tahun, karena sebuah kemiskinan.
"Kenapa kamu tidak pernah bilang dari dulu saat kita pertama bertemu?" tanya Alice dengan menangis terisak, sambil memukul punggung Elliot dengan pelan.
"Aku sendiri baru mengetahuinya saat menyelidiki silsilahmu, sebelum kamu menikah dengan Raymond," Elliot berusaha tegar di depan Adiknya, walau matanya sudah terlihat sangat merah dan sedikit basah.
Kelly begitu terharu melihatnya. Begitu juga dengan Richard yang tampak termangu di depan ruang kerjanya menatap ke arah Alice dan Elliot. Suara tangisan yang membuat Richard akhirnya memutuskan untuk keluar dari ruang kerjanya, menyaksikan sebuah pertemuan manis dengan mata kepalanya sendiri.
"Selamat Elliot," ucap Richard sambil menepuk kedua tangannya.
Kelly bangkit dengan membungkuk hormat menyapa Richard.
"Sepertinya kita harus rayakan kebahagiaan ini, bagaimana kalau kalian ikut ke rumah saya di Australia? Kebetulan saya juga mempunyai perusahaan yang terbilang cukup besar di sana, ada dua posisi yang kosong dan saya pikir itu sangat cocok untuk kalian."
Alice dan Elliot saling bertatapan. Sejenak keduanya berpikir mengenai tawaran yang Richard sampaikan.
"Ini kesempatanku membalas kebaikan Tuan Nicholas untuk mempertemukan dengan anaknya yang hilang," gumam Elliot masih menimang-nimang keputusannya.
Raut wajah Elliot sudah terlihat yakin untuk menjawabnya.
"Baik Tuan, saya terima tawaran Anda, asal bisa terus bersama Adik saya, saya berminat" tutur Elliot dengan membungkuk hormat berterima kasih atas kebaikan yang diberikan oleh Richard.
"Tapi Kak," tanya Alice ragu menatap wajah Elliot.
"Percayalah padaku Alice," jawab Elliot sambil menggenggam tangan Adiknya.
Alice mengikuti segala keputusan Elliot, karena ia yakin Elliot sudah memikirkan dengan penuh pertimbangan segala sesuatunya.
"Baik malam ini kita akan terbang, persiapkan segala kebutuhan kalian," Richard berlalu kembali ke ruang kerjanya.
Selamat tinggal Tuan Raymond.
Mata Alice berkaca-kaca mengingat nama suaminya.
🌸🌸🌸
Bersambung✍️
Terima kasih atas segala dukungannya. Jangan lelah ya terus dukung langkah Alice mencari kebahagiaannya dengan like, vote dan komentar kalian. 🤗😊😍
PEBINOR terlalu diperlakukan lembut oleh para novelis
ingat thor novel adalah cerminan pola pikirmu, jadi jika didalam novel mu saja kau begitu lembut memperlakukan para PEBINOR berarti karaktermu begitu
jadi simple jika wanita ingin suaminya tegas pada wanita lain makan sebagai wanita juga tegas pada pria lain, simple kan
dan satu lagi disini kelihatan sekali kelicikan PEBINOR dan penghianat persaudaraan richard, dia berkali2 melakukan trik licik dan menjijikan untuk mendapat simPATI alice labil, dia sok pahlawan, pura2 hanya anggap adik, sok baik, dibalik semua itu ada kelicikan untuk mendapat simPATI dan merebut istri saudaranya
sadar wanita karena PEBINOR lebih licik dari pada pelakor, jangan jadi wanita jablay yang kebaperan dengan kebaikan pria lain