NovelToon NovelToon
KU JALANI HIDUP SESUAI TAKDIR

KU JALANI HIDUP SESUAI TAKDIR

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Puspita.D

Menceritakan tentang gadis belia yang memutuskan menikah muda, mampu kah ia menjalani biduk rumah tangga yang penuh liku-liku? akan kah ia menyerah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspita.D, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

Semalaman aku tak bisa tidur, aku kasihan melihat Dian yang ikut terkena imbas nya karna ulahku. Padahal saat ini aku dan mas Tio berencana menambah momongan.

Aku sadari sedingin apa pun sikap mas Tio, ia tetap lah suami ku yang masih bertanggung jawab atas diriku dan Dian. Aku merasa malu dengan sikap egois ku.

Jam setengah lima pagi, bapak mengantarku pulang, karna pakaian ku yang transparan jadi aku tak ingin pulang saat sudah pagi.

Saat sampai di rumah keadaan sepi, mas Tio mungkin masih tidur, namun aku tak berhenti mengetuk pintu rumah, tak lama akhirnya mas Tio membuka nya.

Di wajah nya begitu terlihat kemarahan yang masih membara.

Aku segera mandi dan mengganti pakaian ku. Sementara Dian ia tertidur kembali.

tanpa menunggu matahari untuk terbit, aku masak dan bersih-bersih rumah. Setelah semua selesai, aku membangunkan Dian untuk mandi karna harus ke sekolah.

Setelah Dian berangkat sekolah, mas Tio menyuruh ku duduk di samping nya.

"Katakan sejujur nya, apa saja yang sudah kalian lakukan" kata mas Tio penuh penekanan.

Aku menggeleng, tiba-tiba air mata ku jatuh, karna aku paling nggak bisa menghadapi kemarahan seseorang.

"Kenapa kamu tega melakukan itu? Ya aku tau, dia lebih tampan dari aku, tapi tolong hargai aku sebagai suami mu" kata mas Tio dengan suara bergetar menahan amarah nya.

"Di dalam sms itu, kenapa dia bilang kamu terlihat seksi saat pakai sarung, apa yang kalian lakukan saat itu" ku lihat tangan mas Tio mengepal erat.

"Aku nggak melakukan apa-apa mas, waktu itu aku pulang belanja untuk kebutuhan warung, karna cucian piring menumpuk, jadi aku mengganti celana panjangku dengan sarung agar lebih nyaman, tapi tiba-tiba mas Fadil datang membeli kopi, dan dia melihatku memakai sarung" jelas ku panjang lebar dengan suara lirih dan tetap menunduk.

"Seharus nya jika sudah tak ingin hidup dengan ku, kamu bicara jujur, jangan menikam ku dari belakang" ucap mas Tio.

Mendengar ucapan mas Tio rasa nya hati ku seperti di sayat-sayat, sakit sekali andai aku berada di posisi mas Tio.

"Maaf kan aku mas, aku khilaf, aku janji tak akan mengulangi nya lagi" ucap ku dengan derai air mata.

"Kamu tau kekasih mu itu sudah di usir oleh kakak nya, karna dia sudah buat malu kakak nya dengan mengganggu istri orang, aku sudah mengadukan apa yang di lakukan nya pada kakak nya, sekarang dia sudah pulang kampung" kata mas Tio.

"Apa? Itu berarti mas Tio membuka aib ku, dan sekarang tak hanya mas Tio yang tau, tapi seluruh kampung akan mengetahui nya" ucap ku dalam hati, tanpa berpikir mas Tio bertindak, tapi ya sudah lah memang ini salah ku, karna kurang perhatian, dan di katakan tak laku lagi, jadi aku ingin membuktikan pada mas Tio.

Seminggu berlalu, aku merasa tak enak badan, aku putuskan untuk membeli tes kehamilan, aku tak ingin bertemu siapa pun saat ini termasuk bidan yang bekerja di pustu sebelah rumah kami, aku yakin berita tentangku sudah menyebar.

Aku bahagia, saat melihat garis dua pada alat tes kehamilan yang aku gunakan. Aku berharap dengan kehamilan ku ini hubungan kami akan membaik.

"Mas aku hamil" kata ku pada mas Tio yang baru pulang kerja.

"Hmmm bagus" jawab nya, aku berusaha mengerti perasaan nya, mungkin mas Tio masih terluka.

Malam nya, aku bertanya pada mas Tio saat aku lihat dia membeli alat motor, sedang kan uang hasil kerja sudah ia berikan semua padaku, niat ku baik betanya, agar kalo mas Tio butuh uang, ia bisa meminta nya kembali dariku.

"Mas beli alat motor pake uang mana? Sedangkan uang nya sudah mas kasih semua ke aku" tanya ku.

"Tentu saja pakai uangku sendiri" jawab nya ketus.

"Iya uang yang mana?" aku pun tak berhenti bertanya. Mungkin mas Tio pikir kalo dia jujur aku akan meminta uang nya.

"Sudah aku bilang uangku ya uangku" seru nya dengan suara meninggi.

Seketika kesabaran ku habis, selama ini aku berusaha sabar menghadapi sikap mas Tio. Karna kesal aku membanting kipas angin yang berdiri di sampingku.

Mas Tio berdiri, ia lantas menamparku, serta mencekik ku, saat itu aku pasrah, sambil melirik Dian yang terdiam di atas tempat tidur sambil menatap kami.

Perlahan tangan mas Tio melepaskan ku. Aku segera menghampiri Dian dan menggendong nya keluar kamar.

Aku terduduk di dapur dengan mendekap tubuh Dian sambil menangis, sementara Dian hanya diam tak bersuara.

"Apa mas pikir di pukul itu tidak sakit? Apa mas pikir tangan mas seringan kapas hah?" racauku, aku begitu kecewa pada sikap mas Tio, jika aku bersalah aku wajib meminta maaf, tapi jika mas Tio yang bersalah tak pernah ingin minta maaf, ia selalu merasa benar.

"Salah sendiri, siapa suruh kamu banting barang, kamu pikir beli kipas angin itu tak pakai uang?" jawab nya dengan santai sambil menghisap rokok .

"Mas dengar ya, sekali lagi mas tampar aku, jangan anggap aku ini istri mu lagi, lebih baik aku tak punya suami" seru ku, namun mas Tio masih tetap terlihat santai dengan senyum miring nya.

...****************...

Empat bulan berlalu, mas Tio mengajak kamu untuk pulang kampung. Menggunakan kapal. Dikapal aku mabuk berat, aku tak berhenti muntah, mungkin bawaan bayi yang aku kandung.

Dalam keadaan seperti itu, mas Tio masih bisa menceramahi ku, membuatku menangis di tempat umum, aku benar-benar tak berdaya, karna kesalahan yang aku buat mas Tio seolah berhak membuat air mataku jatuh.

Sampai di kampung mas Tio, di Jatim aku merasa berbeda, semua saudara nya seolah mendiamkan ku dan menjauhi ku, kecuali ibu dan bapak mertuaku.

"Aku rasa mas Tio sudah menceritakan semua nya, tapi, ah aku tak boleh berburuk sangka" ucap ku dalam hati.

"Mas kenapa saudara mu seperti sedang mendiam kan ku" kata ku pada mas Tio.

"Ah itu mungkin hanya perasaan mu saja, sudah nggak usah terlalu di pikir" jawab nya.

Mungkin hanya mas Tio yang hafal sikap saudara nya. Hingga kami kembali ke pulau K saudara nya masih mendiamkan ku, entah lah terserah mereka, mereka punya hak dalam mengambil sikap, jadi tak perlu aku pusing-pusing memikirkan nya.

1
Ds Phone
macam macam dugan hidup nya
Ds Phone
hamil ke dia
Ds Phone
nakit betul dia
Ds Phone
macam mana dengan rumah tangga meraka
Ds Phone
suami apa macam tu nak beban sama isteri
Ds Phone
itu jalan tak baik tu
Ds Phone
sangup metua kata macam tu
Ds Phone
muking ada yang tak kena
Ds Phone
tinggal kan aja
Ds Phone
laki tak ber tangung jawab
Ds Phone
apa nasib rumah tangga nya
Ds Phone
dia tak tahu orang hamil macam mana
Ds Phone
ada tukang hasut
Ds Phone
dapat laki macam tu memang susah
Ds Phone
laki nya kaki mabuk
Ds Phone
malu pulak tapi ikut
Ds Phone
sebenar dia suka pada kamu
Ds Phone
yake macam tak ada keputusan aja
Ds Phone
sakit hati sebenar nya
Ds Phone
dah masa sendiri tahu apa pun nak dimasak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!