Casey Copeland, wanita berusia 24 tahun yang memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan ibunya sejak ia masih kecil. Casey tidak tau mengapa ibunya membedakannya dengan kakaknya. Ibunya membenci Casey.
Casey mulai lelah dengan segala upaya yang dilakukannya hanya untuk mendapat perhatian ibunya. Casey berubah, ia tidak ingin menjadi Casey yang dulu lagi.
Casey menjebak kekasih kakaknya hingga mereka berakhir di pelaminan. Benih-benih cinta mulai tumbuh pada di antara mereka. Akankah kehidupan Casey berakhir bahagia setelah mengetahui siapa pria itu sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31: Foto
Pagi harinya sebelum Casey pergi ke pantai bersama ketiga temannya, Casey membersihkan kamar Dariel karena pria itu kemungkinan akan kembali hari ini. Casey mengganti sprei, selimut dan sarung bantalnya. Casey juga mengganti tirai jendela kamar Dariel. Menyedot debu di sofa dan karpet lantai.
Hampir satu jam Casey membersihkan kamar Dariel hingga selesai. Casey keluar dari kamar Dariel menuju halaman belakang. Casey ingin melihat bunga-bunganya.
"Ya ampun.. baru kemarin kuncup, sekarang sudah mekar," gumam Casey tersenyum bahagia hanya dengan melihat bunga-bunga itu bermekaran.
Casey menyiram bunga-bunga itu dan mengambil daun-daun yang sudah kering. Tak lupa Casey memotong beberapa tangkai bunga mawar untuk di bawa ke kamarnya dan juga kamar Dariel. Kebetulan bunga di kamar Dariel sudah layu.
Casey berjalan membawa beberapa tangkai bunga mawar.
"Nyonya Casey.. " panggil satpam membawa bunga ditangannya.
"Saya ingin memberikan bunga ini, tukang bunga langganan tuan Dariel baru saja mengantarnya.
"Terima kasih Pak," ucap Casey mengambil alih bunga di tangan satpam.
Casey kembali ke kamar Dariel setelah mengganti bunga di beberapa ruangan di rumah Dariel. Dengan telaten Casey menata bunga yang di bawanya di vas bunga yang berisi air, memotong daunnya dan mengisi bubuk pengawet ke dalam vas bunga agar tahan lebih lama.
"Kapan coba aku bisa punya kamar sebesar ini," gumam Casey menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur empuk Dariel. Casey mengamati seluruh ruangan bernuansa hitam dan putih.
"Kamar ini benar-benar menggambarkan sosok pria dingin dan datar itu," ucap Casey terkekeh.
"Aku juga baru ingat jika beberapa hari sejak bersama Dariel, pria itu hanya memakai pakaian hitam saja," batin Casey. Tatapan Casey tertuju pada bingkai foto di atas nakas.
"Apa itu foto kak Adeline? kenapa baru sekarang aku melihatnya," gumam Casey bangun dan mengambil foto itu. Casey mengerutkan kedua alisnya.
"Ini bukan kakak," ucap Casey mengamati foto ditangannya.
"Tapi wajah mereka terlihat mirip. Lalu siapa wanita ini? Dan kenapa bukan foto kakak yang ada di sini?" Casey tampak berpikir sejenak.
"Aku yakin wanita ini spesial bagi Dariel, buktinya hanya ada foto wanita ini di sini," gumam Casey.
Casey membulatkan kedua matanya, "a ..apa mungkin Dariel pacaran dengan kakak karena wajahnya sama dengan wanita ini," batin Casey dengan praduga nya.
********
Dariel menunggu kedatangan Adeline di Cafe tempat biasa mereka makan siang. Setibanya di LA, Dariel langsung menuju Cafe tanpa kembali ke rumahnya. Sudah setengah jam lamanya Dariel menunggu kehadiran Adeline. Dariel memberi waktu lima menit lagi, jika wanita itu belum datang juga maka ia akan mendatangi kediaman Adeline dan Malvin.
Ternyata sebelum hal itu terjadi, Adeline sudah datang. Wanita itu terlihat gugup saat berjalan dan tidak berani menatap Dariel.
"Ke.. kenapa kamu mengajak ku bertemu," ucap Adeline terbata karena gugup. Apalagi melihat tampang dingin Dariel yang ia tunjukkan sejak mereka berakhir.
"Siapa ayah dari bayi di dalam kandungan mu itu?" tanya Dariel to the point. Adeline terbelalak, Dariel akhirnya mengetahuinya.
"Da.. darimana kamu mengetahuinya?" tanya Adeline menelan ludahnya. Adeline menatap takut wajah Dariel.
"Aku tidak memintamu bertanya. Jawab saja pertanyaan ku itu," ucap Dariel menatap Adeline dingin. Rasanya Adeline seperti berada di ruangan gelap dan di interogasi padahal mereka sedang berada di Cafe dan ada banyak orang di sana.