Kebangkitan Sang Jenderal Di Dunia Modern

Di tengah malam yang gelap, langkah Ethan dan pasukannya membawa aura dingin menuju sebuah klub malam megah yang menjadi tempat pencucian uang mafia Cobra.

Derek Wu, sang ahli racun, menyusup terlebih dahulu dengan membawa campuran racun halus yang mematikan namun tidak terdeteksi langsung.

Suara dentuman musik memenuhi udara. Mafia Cobra di dalam bersantai tanpa tahu apa yang menanti mereka. Minuman keras mengalir, dan beberapa bos besar tertawa puas di sofa VIP. "Selamat atas keuntungan besar kita malam ini!" teriak salah satu dari mereka, mengangkat gelas.

Namun, detik berikutnya suasana berubah drastis. Lampu klub mendadak padam. Suara tembakan menggema di seluruh ruangan. Anak buah Ethan yang telah mengepung lokasi mulai melumpuhkan penjaga satu per satu dengan presisi mematikan.

Derek yang bersembunyi di balik bar menyebarkan gas racun halus yang membuat para mafia terbatuk-batuk dan kehilangan keseimbangan.

Di tengah kekacauan, Ethan dengan tatapan tajam melangkah menuju bos utama Cobra yang berdiri dengan wajah panik. "Siapa kau? Berani masuk ke wilayah kami!" gertak pria itu sambil mencabut pistol.

Ethan tidak banyak bicara. Dengan satu gerakan cepat, dia melucuti pistol dari tangan pria itu dan menjatuhkannya ke lantai. "Aku orang yang akan menghancurkan duniamu," katanya dingin sebelum melayangkan pukulan keras yang membuat pria itu terhuyung.

Dor!

Dor!

Pertempuran jarak dekat kembali pecah. Derek dengan pisau kecilnya melumpuhkan dua penjaga yang mencoba menyerangnya dari belakang. "Aku benci orang yang tidak tahu kapan harus menyerah," gumamnya sambil tersenyum dingin.

Jleb!

Bugh!

Setelah pertarungan yang sengit, klub tersebut porak-poranda. Bisnis gelap yang menjadi pusat pencucian uang Cobra hancur total. Derek mendekati Ethan sambil menghela napas ringan. "Selesai di sini. Mereka tak akan bisa bangkit lagi," katanya dengan nada puas.

Ethan menatap ke depan dengan ekspresi dingin. "Langkah terakhir menuju kehancuran total mereka," ujarnya sebelum meninggalkan tempat dengan kemenangan mutlak.

Dengan aba-aba terakhir dari Ethan, pasukannya yang terlatih langsung bergerak. Malam itu, tanpa suara dan tanpa jejak, kelompok mafia yang bersekutu dengan Hector mulai runtuh satu per satu—gudang meledak, jalur transaksi dihentikan, dan aset mereka disabotase habis-habisan.

Di ruang kerjanya, Ethan menatap layar dengan dingin. "Permainan selesai," gumamnya pelan namun penuh kemenangan

\*

Keesokan paginya di mansion Hector, suasana penuh dengan ketegangan dan kekacauan. Hector, Damian, serta menantu mereka—Jack, Darren, dan Bruno—berdiri dengan wajah pucat dan penuh amarah. Informasi yang baru saja mereka terima seperti petir di siang bolong.

"Bagaimana mungkin Cobra kalah dalam semalam? Apa-apaan ini?!" Hector berteriak, menghantam meja besar di ruang kerja dengan kepalan tangan. Ekspresi geram terpancar dari wajahnya.

Damian yang biasanya tenang kini tampak frustrasi. "Bukan hanya kalah, pemimpin mereka mati, Hector! Semua gudang senjata mereka di ambil alih, jalur transaksi ilegal mereka lumpuh total. Ini bencana besar!"

Jack, Darren, dan Bruno yang selama ini mengandalkan kekuatan Cobra untuk bisnis gelap mereka tidak mampu berkata-kata. Mereka sadar bahwa kekalahan Cobra adalah pukulan telak bagi mereka sendiri. Aset yang selama ini dilindungi Cobra kini terancam disita atau dihancurkan oleh pihak berwenang.

"Tidak mungkin ini kebetulan," Bruno menggeram. "Pasti ada seseorang di balik semua ini."

"Siapa lagi kalau bukan Ethan?" Jack menyimpulkan dengan wajah merah padam. "Dia satu-satunya yang punya nyali dan kemampuan untuk melakukan ini."

Hector mengatupkan rahangnya. "Kita tidak akan diam saja. Kalau Ethan pikir dia bisa menghancurkan kita tanpa perlawanan, dia salah besar."

Namun dalam hati mereka, rasa gentar mulai merayap. Keberanian Ethan untuk menyerang langsung mafia sekelas Cobra dan menghancurkannya dalam semalam membuktikan bahwa pewaris keluarga Long itu bukan sekadar pemuda biasa. Dia adalah ancaman nyata—seseorang yang lebih berbahaya daripada yang pernah mereka bayangkan.

🍃🍃🍃🍃🍃

Di supermarket mewah yang ramai, Mei Long bersama Keira dan Evelyn tengah sibuk memilih barang-barang kebutuhan. Ketiganya terlihat santai, meski tetap memancarkan aura elegan yang memikat perhatian orang di sekitar.

Namun suasana mendadak berubah ketika Lilith Zhao dan suaminya, Zhao Rong, muncul dari arah berlawanan. Ekspresi Lilith langsung berubah sinis begitu matanya menangkap sosok Mei Long. Dengan suara tajam, Lilith mulai melontarkan komentar pedas.

"Mei Long, siapa sangka mantan pelayan bisa belanja di tempat seperti ini?" Lilith mencibir dengan seringai licik. "Kau pasti hanya pura-pura kaya sekarang setelah menumpang nama besar keluarga Long."

Evelyn yang mendengar itu langsung memasang wajah dingin, sementara Keira melangkah maju dengan tatapan tajam.

"Nyonya Lilith," Keira menyapa dengan senyum penuh sindiran. "Saya kira Nyonya yang lebih cocok disebut pura-pura kaya. Semua orang tahu keluarga Zhao sedang terpuruk karena reputasi anak Nyonya."

Evelyn menambahkan dengan nada tenang tapi menusuk, "Oh, dan soal pelayan? Rasanya ibu lebih pantas bicara soal itu, mengingat bagaimana keluarga Zhao dulu merendahkan orang yang justru lebih berkelas daripada Nyonya sendiri."

Wajah Lilith memerah, tidak mampu membalas. Zhao Rong yang biasanya angkuh hanya menghela napas panjang, mencoba menarik istrinya pergi untuk menghindari keributan lebih lanjut.

Mei Long tersenyum tipis penuh kemenangan. "Sudah cukup, Keira, Evelyn. Kita tidak perlu membuang waktu berdebat dengan orang yang sudah kalah."

Dengan anggun, mereka bertiga melanjutkan belanja, meninggalkan Lilith yang masih terdiam dengan rasa malu yang membakar wajahnya.

Saat Mei Long, Keira, dan Evelyn selesai berbelanja dan berjalan menuju parkiran, tiba-tiba langkah mereka terhenti oleh kemunculan Zhao Rong yang berlari mendekat. Wajah pria itu tampak serius namun penuh niat terselubung.

"Mei Long, tunggu!" seru Zhao Rong dengan nada memohon. "Aku ingin bicara sebentar, hanya berdua."

Zhao Rong sengaja menyuruh Lilith pulang sendiri, dan dia menunggu Mei Long di supermarket itu.

Evelyn dan Keira saling melirik sebelum keduanya berdiri lebih dekat dengan Mei Long, seolah menjadi pelindung tak terlihat.

"Tidak ada pembicaraan pribadi," kata Keira tajam. "Jika ada yang ingin Anda sampaikan, katakan di sini saja."

Zhao Rong menghela napas panjang, wajahnya menegang sebelum ia berkata dengan penuh keputusasaan, "Mei Long, aku minta maaf atas semua yang terjadi di masa lalu. Aku ... aku salah. Lilith bukan wanita yang tepat untukku. Aku bersedia menceraikannya kalau kau mau kembali padaku."

Evelyn tersentak dan menatap Zhao Rong dengan tatapan tidak percaya. "Berani sekali Anda membuat tawaran seperti itu," sindir Evelyn dengan nada tajam.

Zhao Rong tetap bersikeras. "Aku bisa memberikanmu apa saja, Mei Long. Rumah mewah, kehidupan nyaman, apapun yang kau mau! Aku bersumpah, kali ini aku akan memperlakukanmu dengan benar. Bukankah kamu masih mencintaiku?"

Mei Long menatapnya dengan tatapan tenang namun penuh kebijaksanaan. "Zhao Rong, kebahagiaanku tidak pernah bergantung pada janji kosong atau kekayaan. Hidupku bersama Ethan jauh lebih berharga daripada semua tawaran palsu yang kau berikan. Dan aku tidak mencintaimu lagi."

Zhao Rong terdiam, wajahnya memerah karena malu dan marah. Keira menambahkan dengan dingin, "Sebaiknya Anda ingat, sekarang Nyonya Mei Long bukan siapa-siapa untuk Anda. Dia adalah bagian keluarga Long yang lebih besar dan terhormat daripada yang bisa Anda impikan."

Tanpa memberi kesempatan lagi, Mei Long melangkah pergi bersama Evelyn dan Keira dengan kepala tegak, meninggalkan Zhao Rong yang berdiri terhina di parkiran.