Aresha adalah gadis jenius, dia menyembunyikan identitas asli dan hidup sebagai Disha sejak kecil untuk menghindari ancaman musuh keluarga. Mengenakan kacamata tebal, Disha menutupi pesonanya dengan penampilan yang sederhana sambil diam-diam menyelidiki identitas musuh-musuhnya.
Suatu penyelamatan darurat, Disha berpartisipasi dalam penyelamatan nyawa pasien VVIP bernama Rayden, kemunculan Rayden membuat Disha menyadari adanya bau musuh yang muncul.
Di saat yang sama, karena Disha Rayden teringat pada gadis hilang yang dia cintai selama bertahun-tahun.
Tanpa sepengetahuan satu sama lain, keduanya mulai diam-diam mengawasi gerak-gerik masing-masing.
Apakah Rayden adalah musuh keluarga yang harus Disha hindari? Keterikatan macam apa yang terjadi di antara keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MGD Bab 31 - Aresha Dude
Sepanjang perjalanan Disha kembali ke ruangannya sendiri, gadis berkacamata itu terus sibuk dengan pemikirannya, tentang kancing Jas itu, tentang keluarga Carter dan tentang cerita sang ibu dan sang ayah tentang masa lalunya.
Tentang percobaan pembunuhan yang dia alami.
Disha merasa ada sebuah kenangan yang hilang di dalam otaknya. Membuat dia merasa sangat sulit untuk menyusun puzzle misteri itu.
Aku harus bertanya pada Papa, Batin Disha.
Dia memilih untuk bertanya pada sang ayah agar tidak terlalu ketara oleh semua orang. Selama ini Disha hanya selalu terhubung melalui sambungan telepon dengan ayahnya itu. Lain dengan Anna yang masih sesekali bisa melihat dan saling memeluk jika hanya berdua.
Memutuskan untuk menelpon sang ayah, Disha lantas mempercepat langkah kakinya. Tiba di ruangan dia kunci pintu itu rapat. Lalu masuk ke dalam kamar mandi yang tersedia disana dan langsung menghubungi ayahnya.
Untunglah dipanggilan pertamanya itu, sang ayah langsung menjawab teleponnya.
"Halo sayang, ada apa? Ada yang bisa papa bantu?" tanya Alam dengan lembut, saat ini dia tengah berada di koridor rumah sakit Royal Dude. Sedang berjalan menuju ruangannya. Tapi dia tak takut ada orang lain yang mendengar pembicaraannya, karena orang-orang akan mengira jika dia sedang menelpon sang istri. Alamsyah Dude adalah direktur utama rumah sakit Royal Dude, sekaligus pemiliknya.
"Apa papa sibuk?"
"Tidak sayang, katakanlah."
"Maafkan aku Pa, tapi pasti papa tahu dari mama, tentang Rayden Carter yang di rawat di rumah sakit ini. Tiap kali aku mendengar nama Carter aku seperti mengingat sesuatu, tapi entah. Dan yang lebih membuatku bingung lagi, dia memiliki kancing baju seperti milik pembunuh itu. Maafkan aku karena bertanya tentang ini Pa. Aku tidak bisa menahan keingintahuan ku," jelas Disha apa adanya. Dia sangat dekat dengan sang ayah.
Bahkan rasanya hanya saat bersama ayahnya lah dia tak bisa berbohong.
Diujung sana Alam tergugu, sesaat menghentikan langkahnya namun kemudian berjalan cepat menuju ruangan. Menguncinya rapat sama seperti yang dilakukan oleh Disha tadi.
Ingatan yang dihapus dari Disha memang hanya keluarga Carter, namun tentang percobaan pembunuhan itu masih dia ingat.
"Apa papa tahu jika kancing baju itu adalah milik keluarga mereka?" tanya Disha lagi, bertanya dengan nada lirih. Ingin papanya mengerti bahwa kali ini dia sangat ingin tahu.
"Maafkan papa sayang, kita sudah berjanji untuk tidak membahas ini lagi kan? sekarang semuanya sudah tenang, papa tidak ingin menggali luka lama lagi," ucap Alam tak kalah lirih. Cintanya pada sang anak terlampau besar, dibandingkan harus mengelupas luka lama yang sudah mengering.
Dan mendengar itu tentu saja Disha merasa sangat kecewa. Dia lupa, bahwa sang ayah pasti akan selalu mengambil keputusan yang sama seperti ibunya.
Jika mama Anna sudah menutup rapat tentang hal ini, maka papa Alam pun akan melakukan hal yang sama.
"Baiklah Pa, maafkan aku."
"Maafkan Papa sayang, saat ini usia mu masih muda, nikmatilah hidupmu, temukan pasangan hidup dan saling mencintai. Berbahagialah tanpa peduli tentang masa lalu, diketahui oleh orang atau tidak kamu tetaplah putri Papa dan mama. Cinta kami selau berlimpah untuk mu. Putri Papa, Aresha Dude."
Tes! tanpa dia kehendaki ada air mata yang tiba-tiba jatuh dengan deras dari kedua mata gadis berkacamata itu.
Tenggorokan tercekak, seketika kesulitan untuk bicara.
Lalu tanpa kata, Disha putuskan sambungan telepon diantara mereka.
Di ujung sana, Alam pun merasakan dadanya yang sesak.