Suka Jeruk mateng? itu biasa, suka Mangga mateng? itu juga biasa, tapi kalau suka sama Duku Mateng gimana? biasa tidak? oh tentu saja tidak!
Duren memang keren
Tapi Duku lebih menantang
Duku Mateng yang satu ini beda dari yang lain, tidak percaya? buktikan saja sendiri.
Squel dari OPERATOR HATI BARATA jadi aku sarankan untuk membaca itu dulu ya guys biar nyambung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Terlalu Sombong
"Kalau jalan itu pakai mata, lihat baju saya kotor gara gara kamu." Wanita yang ada dihadapan Berliana, menudingkan telunjuk kearah wajahnya.
Sedangkan berliana masih berusaha untuk tidak terpancing emosi, menudingkan telunjuk pada wajah seseorang itu, sungguh tidak sopan bukan? namun Berliana tetap slow, jangan terpancing.
"Maaf, bukannya mbak sama Ibunya yang jalan gak lihat lihat. Saya jalannya udah bener loh, mbaknya aja yang jalan tapi matanya celingak celinguk kesana kemari. Jadinya numbur, lagian kenapa harus pakai kaca mata hitam sih." Berliana berkata santai, tenang dan apa adanya. Walaupun telur pesanan sang Mama, terlihat banyak yang pecah karena tas belanjaannya terjatuh, Berliana tetap slow jangan bar bar diwaktu yang belum tepat.
"Kamu saja punya mata tidak dipakai! Anjeli tidak bersalah, kamu yang bersalah!" Kini giliran wanita paruh itu, ikut mengangkat suaranya membuat Berliana sedikit tersentak. Ribut dengan emak emak, sampai kapan pun tidak akan pernah berhasil, dengan kemenangan.
Berliana menghela napasnya kasar, kalau menaikan suara didepan orang yang lebih tua dosa tidak ya? kalau tidak bolehkan Berliana mengeluarkan suara emasnya.
"Ibu maaf, punteun anak Ibu yang numbur saya. Kenapa mata saya yang Ibu salahkan." suara Berliana mulai berat.
Wanita cantik ini mulai terpancing, dia tidak suka yang namanya drama atau pun playing fictim.
"Kamu ya, sama orang yang lebih tua tidak sop..,"
"Tiara?" Suara seseorang dari belakang tubuh Berliana, membuat ucapan wanita paruh baya itu terhenti.
"Kenapa kamu ribut ditempat umum?" wanita yang memanggil Tiara, pada wanita paruh baya yang tengah bersitegang dengan Berliana itu, semakin mengikis jarak dengan mereka bertiga.
"Mbak Soraya, ngapain mbak disini?" Pertanyaan yang dilontarkan wanita yang bernama Tiara itu, membuat Berliana mengernyitkan dahinya.
'Memangnya mau apa lagi kesini? ya mau belanjalah, ya kali nyari duda.' batin Berliana menjerit.
"Aku memang tidak tahu awal masalah ini, tapi karena kamu sudah dewasa harusnya kamu jadi penengah, bukan malah ikut terprovokasi oleh orang lain. Ini masalah sepele bukan? hanya tidak sengaja menabrak dan menyebabkan baju kalian kotor, bukan membuat nyawa kalian hilang. Ayo Nak, sini Ibu bantu bersihin belanjaan kamu dari pecahan telurnya."
Wanita itu hendak meraih tas belanjaan Berliana, namun wanita itu menggelengkan kepalanya pelan, senyum manisnya tidak lupa dia tampilkan walaupun sedang kesal.
"Ah tidak usah Bu, tidak apa apa. Nanti biar saya bersihkan di rumah saja."
Berliana menolaknya dengan halus agar Ibu Ibu yang dia temui dilorong ikan dan sayur itu tidak tersinggung.
"Biar ku ganti semua belanjaannya, sebutkan saja berapa jumlahnya?" wanita yang bernama Anjeli itu memandang rendah pada Berliana. Apa lagi saat melihat penampilan rumahan yang apa adanya itu, membuat tatapan sinis wanita itu pada Berliana semakin terlihat jelas.
"Aku yakin, ujung ujungnya kamu akan minta ganti rugi pada kami. Orang orang seperti kalian memang selalu begitu kan." senyuman sinis serta merendahkan, tertuju pada Berliana yang tengah menatap santai, pada wanita berwajah asing ini.
"Tiara tolong ajarkan calon menantu mu ini attitude, dan tutur bahasa yang baik pada orang lain. Jangan pernah memandang rendah seseorang, dari harta atau pun penampilannya. Ingat Anjeli, yang kamu gunakan sekarang itu adalah uang keluarga Malik. Bukan keluarga Rajendra, jadi ingatlah posisimu dulu, kalau Ayah mertuaku tidak menjodohkan mu dengan Arjuna, kau dan keluargamu itu bukan apa apa. Ya walaupun aku tau kalau keluarga Rajendra itu kaya raya, tapi selama kalian masih hidup disini makan serta bernapas dari harta keluarga Malik, jangan terlalu sombong."
Ucapan panjang lebar wanita itu membuat Tiara dan Anjeli bungkam, bahkan Berliana pun terlihat tengah mengingat sesuatu saat ini.
'Arjuna? apa Arjuna yang menjadi klien si Papa ya?' Pikiran Berliana terus saja bertanya tanya.
"Ibu?"
Pangilan seseorang membuat atensi keempat wanita itu, menoleh kearah suara, seorang pria yang tengah menggendong anak balita didepan tubuhnya, mulai mendekat kearah mereka.
Berliana sampai tidak bisa berkata kata lagi saat melihat siapa orang itu, bahkan kantung belanjaan yang dia genggam hampir saja terjatuh.
'Radja,' gumamnya dalam hati
HAYO KECEAN SIAPA ARJUNA APA RADJA, SETELAH SI GONDRONG DIBOTAKIN
