" Dia tidak mencintaimu, dia mencintaiku. Dia tidak ingin menikahi mu, akulah satu-satunya wanita yang ingin dia cintai. Kami saling mencintai, tapi karena beberapa hal kami belum bisa mewujudkan mimpi kami, berhentilah untuk menolak percaya, kami sungguh saling mencintai hingga nafas kami berdua amat sesak saat kami tidak bisa bersama meski kami berada di ruang yang sama. " Begitulah barusan kalimat yang keluar dari bibir indah wanita cantik berusia tiga puluh tahun itu. Tatapan matanya nampak begitu sendu dan ya tega mengatakan apa yang baru saja dia katakan. Rasanya ingin marah Ana mendengarnya, tapi bisa apa dia karena nyatanya memang begitu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
Sekembalinya mereka dari, mereka memutuskan untuk menggunakan satu mobil saja karena mobil Kendra mengalami kerusakan entah bagian mana. Karena membutuhkan waktu cukup lama, Kendra dan Soraya akhirnya ikut serta.
Ada sedikit drama yang membuat Ana merasa begitu geram, tadi saat menuju mobil Jordan, Soraya tanpa sadar membuka pintu depan untuk duduk di samping Jordan tanpa sadar. Ana tentu saja kesal, tapi untunglah dia segera mencegah Soraya sebelum dia benar-benar duduk disana.
" Maaf Bu, ini bukan mobilnya Ayah. Ini adalah mobil suamiku. "
Kalimat itu membuat Soraya membeku sebentar di ambang pintu mobil. Iya, dia lupa dimana perannya sekarang. Jordan yang nampak terkejut dari awal Soraya meraih pembuka mobil hanya bisa menatap Ana meminta tolong maksudnya.
" Ah, maaf Ibu lupa. "
Semuanya tenang cukup lama tak ada yang bicara. Jordan, dia fokus mengendarai mobil, Ana tertidur karena semalaman dia tidak bisa tidur disana. Soraya, wanita itu juga tertidur dengan menyenderkan kepalanya di pundak Kendra.
Greb!
Kendra mengepal tangannya, rahangnya mengeras mengingat terus menerus photo yang ia lihat semalam tentang Soraya dan punggung seorang pria yang dipeluknya. Jujur dia begitu munafik dan sok naif karena mencoba untuk tetap tenang dan berpikir positif padahal hatinya begitu gundah memikirkan hal yang membuatnya tak tenang. Padahal dia sudah melakukan segala cara untuk memanjakan Soraya, memenuhi kebutuhan secara materi dan biologisnya, mencoba mempercayainya meski selama ini dia merasa aneh dengan Soraya yang sering pergi di saat dia bekerja. Benar pergi ke rumah Ibunya, tapi hanya sebentar, dan sisa waktunya dia gunakan untuk apa? Selama ini dia sudah coba menutup mata karena ingin mempertahankan Soraya yang terlihat menyayangi anaknya juga, tapi jika benar dugaannya sekarang ini, maka dia sendiri saja tidak tahu apa yang akan terjadi. Memikirkan dugaan itu sebenarnya cukup membuat hatinya sakit, tapi ingin melupakan begitu saja juga tidak bisa.
" Jordan, tolong ambil sebelah kiri ya? Kita mampir ke rumah orang tuanya Soraya dulu. Mereka mengirim pesan pagi tadi mengatakan jika mereka merindukan Ana. "
Jordan mengartikan pegangannya di kemudi mobil, sungguh tidak terduga, di luar ekspektasi kalau akan menemui orang tua Soraya dalam keadaan sekarang ini. Dia datang sebagai menantunya Soraya, lalu jika nanti dia datang sebagai calon suaminya Soraya apakah tidak membuat orang menjadi jantungan?
" Jordan, kau dengar kan? "
" Iya. " Jordan tak punya pilihan, tentu dia hanya bisa mengikuti apa yang dikatakan Kendra tadi. Sesampainya disana, Jordan hanya bisa menahan debaran jantungnya yang seperti ingin copot.
" Ana, bangun sayang! Kita sampai di rumah Ibu untuk menyapa nenek dan kakek mu. " Ucap Kendra pelan dia menggerakkan lengan Ana agar dia terbangun. Sayup-sayup mata Ana terbuka, dia melihat sekeliling dengan dahi mengeryit karena jelas kalau dia tidak di rumahnya. Soraya yang baru saja di bangunkan Kendra juga hanya bisa terdiam menahan keterkejutan yang luar biasa.
" Sayang, kenapa kita ke rumah orang tuaku? " Tanya Soraya.
" Mereka bilang merindukan Ana, jadi kita temui dia sekalian. Kenapa? "
Soraya menggeleng cepat. Sebenarnya dia masih terkejut karena tiba-tiba ada di halaman rumahnya, tapi cara Kendra menjawab pertanyaannya tadi semakin membuatnya terkejut. Entah itu perasaannya saja atau apa, tapi mimik wajah Kendra agak dingin tadi.
Ana sebenarnya juga amat sangat terkejut, tapi mau bagaimana lagi karena mereka.juga sudah sampai disana. Setelah keluar dari mobil, Ana menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan, dia menatap Jordan yang baru saja berdiri di sampingnya. Ana tersenyum minat bagaimana wajah Jordan yang terlihat agak pucat.
" Atur mimik wajah mu, Jordan. Kau terlihat seperti tersangka yang terintimidasi. " Ucap Ana berbisik.
Jordan, pria itu tak bisa berkata-kata, dia memilih untuk menarik nafasnya dulu baru mencoba untuk memperbaiki ekspresi wajahnya.
Ana segera tersenyum membuat mimik wajahnya ceria, dia berjalan setengah berlari mencari keberadaan orang tua Soraya di dalam rumah.
" Nenek, kakek? "
" Ana? " Ayahnya Soraya berjalan cepat menghampiri Ana, lalu memeluknya dengan erat karena memang dia merindukan Ana.
" Kakek, kenapa kakek jadi tambah gendut?! " Protes Ana saat merasakan perut Ayahnya Soraya lebih maju dari pada sebelumnya.
" Anu, kakek ini sedang sangat nafsu makan. "
" Wah, Ana sudah datang? " Ibunya Soraya yang duduk di kursi roda dan adiknya Soraya mendorong kursi itu untuk menuju dimana Ana berada.
" Nenek! " Ana berlari, memeluk Ibunya Soraya yang duduk di kursi roda.
" Nenek, aku merindukan nenek. Maaf ya tidak menjenguk Nenek selama Nenek sakit. "
Ibunya Soraya menangkup wajah Ana dan mengusapnya dengan lembut.
" Tidak apa-apa, kau kan juga baru saja menikah. Malah Nenek sedih karena tidak bisa menghadiri pernikahan mu. Kau ini katanya sedang hamil, kenapa berlarian seperti itu. Baik-baik jaga kehamilan mu ya? "
Ana memaksakan senyumnya, sungguh dia lupa kalau harus berpura-pura sedang hamil.
" Kita terlalu fokus dengan Ana, sampai kita lupa kalau ada kak Kendra, kak Soraya, dan itu pasti suaminya Ana kan? " Ucap Adiknya Soraya yang bernama Moana. Ana mengangguk dan tersenyum.
Soraya, sebenarnya dia sangat menyukai pemandangan itu. Dia menyukai Ana yang manja dengan kedua orang tuanya, tapi kenapa situasinya harus begini? Soraya menoleh ke arah Kendra, dan ternyata pria itu terus saja terdiam tidak seperti biasa.
" Apa kabar, Ibu, Ayah? " Sapa Kendra, kali ini dia sudah terlihat seperti biasanya yang begitu lembut, perhatian dan ramah kepada orang tuanya Soraya. Kendra menyamai dan mencium tangan kedua orang tua itu dengan sopan, di susul Jordan melakukan hal yang sama, hanya saja bedanya tangan Jordan terasa dingin dan agak gemetar membuat orang tua Soraya membatin bingung.
Sebentar mereka berbincang saling menanyakan kabar, dan beberapa hal yang menyenangkan jadi orang tua Soraya merasa terhibur.
" Aku izin ke toilet dulu ya? " Ucap Kendra.
Soraya bukanlah anak dari orang kaya yang memiliki rumah gedongan dan toilet di setiap kamarnya, maka Kendra hanya bisa pergi ke dapur dimana toilet berada.
" Aduh! "
Moana yang sedang membawa kue kering di nampan yang ia pegang hampir saja terjatuh ketika berbalik badan dan terkejut karena Kendra berada di sana.
" Kau baik-baik saja kan? "
Moana yang sempat terdiam karena terpaku melihat wajah Kendra segera menggelengkan kepalanya menepis perasaan itu. Sudah bertahun-tahun perasaan itu tak hilang, tapi bagaimana lagi karena pria yang membuatnya tak henti terpana nyatanya adalah Kakak iparnya sendiri.
" Maaf ya kak. " Ucap Moana seraya membenahi posisinya.
" Tidak apa-apa, aku yang minta maaf karena mengejutkan mu. " Kendra tersenyum.
Bersambung.
..maaf Thor AQ tinggal dulu ya sebenarnya suka tp masih kurang greget