SEQUEL LENTERA DON GABRIEL EMERSON
Meskipun menikah atas dasar perjodohan, Zeda Humaira Emerson dan Arsyad Ibrahim menjalani pernikahan dengan cinta yang tulus.
Arsyad adalah seorang pria yang sholeh, pintar, dermawan, pendiri sekolah TK gratis, dan tentu Arsyad juga sangat tampan, tidak ada alasan bagi Aira untuk menolak perjodohan itu.
Cintanya pada Arsyad tumbuh semakin besar saat Arsyad tak mempermasalahkan Aira yang tak kunjung hamil setelah 5 tahun pernikahan mereka berjalan.
Namun, Aira tertampar sebuah kenyataan pahit saat ia menemukan fakta, bahwa sang suami telah menikah lagi dengan salah satu guru TK-nya, bahkan istri kedua suaminya itu kini tengah mengandung.
Sementara Arsyad, ia sangat mencintai Aira lebih dari apapun, Aira adalah wanita muslimah yang begitu taat pada agama, orang tua, dan suami. Namun, ia terpaksa menduakan Aira karena sebuah alasan yang tak bisa ia tolak.
Apakah karena Aira yang tak kunjung hamil?
Atau ada alasan yang lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MC Zeda Humaira #29 - Antara Menantu & Mertua
"Please, Aira! Aku janji akan menceraikan Anggun secepatnya karena aku sama sekali tidak mencintainya, aku mencintaimu, hanya mencintaimu!"
Kata-kata itu terus terngiang dalam benak Aira, dan ia juga teringat dengan tatapan frustasi Arsyad saat mengucapkan kata-kata yang sangat menyakitkan itu bagi wanita manapun.
Untuk sementara waktu, Arsyad setuju tinggal terpisah dengan Aira dan memberikan wanita itu sedikit waktu, dan Arsyad menunggu keputusan Aira untuk kembali padanya.
Dan sudah beberapa hari Aira berada di rumah Micheal, tinggal terpisah dari sang suami untuk pertama kalinya.
Saat ini, Aira sedang video call dengan Ummi juga Abinya menggunakan laptop Micheal.
"Ummi tidak tahu harus berkata apa, Sayang," kata Ummi Firda dengan lirih. "Jika kamu tanya pada Ummi, tentu Ummi ingin kamu meninggalkan Arsyad dan jika Ummi ada di posisi kamu, Ummi juga akan melakukan hal yang sama. Tapi kamu sendiri yang bilang, sebenarnya Arsyad sangat mencintaimu dan dia terpaksa melakukan ini karena ibunya, dia memang terlalu naif karena terlalu mencintaimu sampai dia membohongimu soal diagnosa Dokter. Tapi Ummi juga ingatkan, berbagi itu sangat sulit, Nak. Hanya orang-orang pilihan yang mampu melakukannya."
"Jujur saja, rasanya aku benar-benar tidak ikhlas, tidak ridho, dengan apa yang Arsyad lakukan, Ummi. Rasanya masih sangat menyakitkan," keluh Aira.
"Apalagi Ummi Ridha ikut andil dalam masalah ini, aku benar-benar seperti ... seperti...." suara Aira tercekat di tenggorokannya. "Aku seperti tidak bisa memaafkannya." ia berkata dengan lirih, kekecewaan begitu besar dalam hatinya di karenakan cintanya yang juga begitu besar.
"Tapi mungkin aku yang salah, aku terlalu percaya pada mereka, aku terlalu mencintai mereka, mungkin ini teguran dari Allah, supaya aku tidak mencintai seseorang melampaui batas,"cicitnya kemudian.
"Kamu nggak salah, Nak. Cinta kamu untuk mereka luar biasa indah, hanya saja mereka tidak mengerti akan hal itu, hanya karena satu kekuranganmu, semua yang kamu lakukan seolah tiada ada artinya."
"Aku harus bagaimana, Ummi? Aku nggak sanggup pulang ke rumah suamiku lagi, aku udah nggak sanggup menatap matanya, aku udah nggak sanggup!"
"Fikirkanlah kembali dengan tenang, Aira. Keputusan apapun yang akan kamu ambil, bertahan, atau melepaskan. Apapun keputusanmu, Ummi akan selalu mendukung kamu."
"Kalau Abi, lebih ridho kamu pisah dengan dia, Sayang. Abi nggak bisa melihat kamu rapuh seperti ini," sambung Abi yang membuat Aira tersenyum tipis. "Ustadz bilang, pahala poligami memang sangat besar, tapi apakah kamu siap? Bukan hanya sabar yang di butuhkan tapi juga ikhlas, apakah kamu bisa?"
"Entahlah, Bi. Aku belum bisa berfikir dengan baik, aku masih mumet."
"Mendiang kakekmu pernah berpesan, jika kamu bingung, nggak tahu mau melangkah kemana, hilang arah, lakukan sholat istikharah, minta petunjuk sama Allah."
"In Shaa Allah, Bi," jawab Aira.
"Apa lagi yang perlu di cari tahu jawabannya?" sambung Micheal yang tiba-tiba masuk ke kamar adiknya itu kemudian ia duduk di samping Aira dan menatap kedua orang tuanya itu dari layar laptopnya. "Lebih baik kamu cerai aja, Dek. Kakak nggak terima kamu di sakiti seperti ini sama mereka." ketusnya.
"Micheal, jangan bicara begitu," sambung sang ibu.
"Tapi itu benar, kalau saja membunuh itu nggak dosa. Aku sudah pasti membunuh pria brengsek itu!"
"Dia melakukannya sebagai bentuk bakti pada ibunya, Micheal."
"Apa harus dengan menyakiti Aira? Kalau begitu, suruh dia pilih, Aira atau ibunya?"
"Kalau kamu yang di suruh milih, kamu pilih siapa, Kak? Mbak Zenwa atau Ummi?" Tanya Aira yang membuat Micheal langsung terdiam.
...***...
Arsyad kembali melakukan aktivitasnya seperti biasa, walaupun perasaannya masih kacau luar biasa.
Setiap saat, ia selalu berdo'a dan berharap agar Aira kembali padanya. Beberapa hari ini yang ia lewati tanpa Aira sungguh terasa begitu menyesakkan, ia merasa kesepian meskipun di tempat ramai. Ia merasa tidak ada yang berarti dalam hidupnya meskipun ia sudah memiliki semuanya.
Sementara Ummi Ridha, ia masih menjadi ibu mertua yang sangat baik untuk Anggun, selalu berkunjung ke rumah Anggun setiap hari, memperhatikan kesehatan menantunya itu dan menghiburnya di kala Arsyad masih terus mengabaikannya.
"Aku kasihan sebenarnya sama Anggun, dia benar-benar kekurangan kasih sayang darimu," kata Fahmi yang saat ini sedang berada di ruang kerja Arsyad.
"Aku juga kasihan padanya, karena itulah aku sudah ingin menceraikannya dan sebagai gantinya, akan aku berikan sepertiga dari hartaku untuknya."
"Apa? Kamu gila?" Pekik Fahmi.
"Mau bagaimana lagi, Fahmi? Aku nggak bisa menjadi suami yang baik untuk Aira yang aku cintai, apalagi untuk Anggun yang sama sekali nggak pernah aku cintai," ujar Arsyad penuh penekanan.
"Kalau kamu sudah tahu kamu nggak akan pernah bisa mencintai orang lain selain Aira, lalu kenapa kamu bawa Anggun masuk dalam hidup kamu? Pernikahan kamu dan Aira yang di pertaruhkan. Dan sekarang lihat dua orang wanita yang kamu sakiti, kasian Anggun dan Aira, Syad!"
"Sebelum aku menikahinya, aku sudah menolaknya ribuan kali, Fahmi!" sanggah Arsyad. "Karena aku sudah sangat cukup dengan Aira. Tapi Ummi terus mendesakku, memelas dan memohon agar aku menikahi Anggun, apalagi Anggun terus mengatakan pada Ummi kalau dia mencintaiku sejak lama, tidak masalah jadi yang kedua, tidak akan menuntut apapun dariku. Yang dia inginkan hanya bersamaku dan memberikan anak untukku seperti yang Ummi mau, dan itu sama sekali bukan mauku!" tutur Arsyad penuh emosi dan pernyataan itu cukup membuat Fahmi terkejut.
"Terus kenapa kamu mau, Arsyad? Sekarang, saat dia hamil, kamu mau menceraikan dia? Kalau di fikir-fikir kamu itu seperti laki-laki nggak punya perasaan, egois," seru Fahmi
"Aku tahu," lirih Arsyad. "Tapi kamu nggak ada di posisiku, Fahmi. Saat ibuku, yang selama ini membesarkanku sendirian, terus mendesakku bahkan memelas siang hari siang malam dan mengatakan ini akan menjadi permintaan pertama dan terkahirnya. Aku bisa apa?"
Fahmi terdiam, karena terkadang ia pun juga tak bisa menolak permintaan ibunya ketika ia terus di desak.
"Jadi Anggun selama ini mencintai kamu?" Tanya Fahmi lagi.
"Katanya sih, iya. Bahkan sejak lama, jauh sebelum aku menikah dengan Aira."
"Astagfirullah, seharusnya dia memendam cinta itu kalau memang tidak bisa di hapus. Bukan malah terjun ke medan perang seperti ini dan mengambil kesempatan dalam kesempitan, kasihannya Aira."
Arsyad hanya bisa menghela napas lesu, dan Fahmi benar, Aira yang malang.
...***...
Setelah dari rumah Anggun, Ummi Ridha kini pergi ke rumah Micheal untuk menemui Aira. Meskipun awalnya ragu, namun Ummi Ridha memberanikan diri untuk menemui Aira karena ini demi putranya.
Meskipun Aira masih merasa begitu marah dan kecewa padanya, namun Aira tetap menyambutnya dan mempersilahkannya masuk. Bahkan Zenwa pun menjamunya dengan ramah.
"Terima kasih," kata Ummi Ridha saat Zenwa menjamunya.
"Sama-sama, Tante. Silakan di minum tehnya, aku permisi," kata Zenwa karena ia tak ingin mengganggu privasi Aira dan ibu mertuanya.
"Via dimana?" Tanya Ummi Ridha setelah menyeruput tehnya.
"Main sama Tanvir," kata Aira.
"Hem, begitu...." Ummi Ridha mengangguk-anggukan kepalanya namun ia tak menatap mata Aira sementara Aira terus menatapnya dengan dalam.
"Ada apa?" Tanya Aira kemudian karena sang ibu mertua hanya diam saja.
"Aira, Ummi mau minta maaf karena Ummi sudah menyakiti kamu."
"Sedang ku usahakan," kata Aira dingin yang membuat hati Ummi Ridha mencolos.
"Aira, kamu tahu, Ummi sangat mencintai Arsyad, dia satu-satunya putraku, dan....."
"Dan Ummi hanya ingin yang terbaik untuknya," sela Aira.
"Iya, dan Anggun adalah yang terbaik untuknya." Aira tersenyum kecut mendengar ucapan ibu mertuanya yang begitu nyelekit di hatinya itu.
"Aku tahu, karena dia hamil dan aku nggak," ujar Aira lirih.
"Arsyad ingin menceraikan Anggun, Aira. Bahkan dia akan akan memberikan sepertiga dari hartanya untuk Anggun, dia melakukan semua ini demi kamu," kata Ummi Ridha namun Aira tidak terkejut, karena Arsyad sudah memberi tahunya akan hal ini. "Jadi...." Ummi Ridha tiba-tiba bersimpuh di depan Aira yang membuat Aira terkejut dan langsung menjauh. "Jika kamu tidak bisa menerima Anggun, Ummi mohon tinggalkan Arsyad!"
...TBC......