Merajut Benang Kusut.

"Iya nona. Kami disuruh nyonya Chloe," jawab pengawal itu.

Pengawal itu menyerahkan kotak tersebut ke tangan Sascha. Mereka akhirnya berpamitan dan meninggalkan Sascha. Melihat kepergian para pengawal tersebut Sascha masuk ke dalam sambil bingung. Kemudian Dewa mendekati Sascha sambil mengerutkan keningnya, "Kenapa?"

"Aku bingung dengan kotak ini. Nyonya Chloe memintaku memakai gaun ini dan mengundangku makan malam bersama," jawab Sascha.

Dewa tersenyum manis dan berkata, "Kamu adalah gadis yang beruntung mendapatkan undangan dari Nyonya Chloe. Nyonya Chloe jarang atau bahkan tidak pernah sama sekali mengundang siapapun."

"Maksudnya?" tanya Sascha.

"Nyonya Chloe termasuk wanita tertutup," jawab Dewa.

"Jadi?" tanya Sascha.

"Sepertinya kita harus menghormati nyonya Chloe. Kita akan ke sana," jawab Dewa.

"Kalau begitu baiklah," ucap Sascha.

Sascha segera mengganti bajunya memakai gaun pemberian Chloe. Sementara itu Dewa memakai baju yang sudah dipilihkan oleh Sascha. Dewa memakai kemeja hitam dan celana bahan berwarna hitam juga. Setelah selesai Dewa duduk di tepi ranjang sambil menunggu Sascha.

Ceklek.

Pintu terbuka.

Sascha keluar dengan memakai gaun hitam yang elegan. Dewa yang sedari tadi mengecek email langsung mengangkat kepalanya sambil merasakan jantungnya berdetak kencang. Dewa menatap wajah Sascha sangat cantik sekali.

"Astaga... Ada bidadari turun dari surga," ucap Dewa.

Sascha menggelengkan kepalanya lalu mengatakan kepada Dewa, "Kak... Aku sudah mendaftarkan diri ke Black Tiger. Katanya tunggu kualifikasi kloter berikutnya."

Duaaaarrr.

Jantung Dewa mendadak berhenti. Entah kenapa Sascha mendadak menjadi lady mafia. Apakah Sascha bisa menjadi kuat untuk membalas dendam perlakuan Billi dan sekeluarga? Rasanya Sascha harus menjadi kuat agar bisa menghadapi Billi.

"Boleh ya," pinta Sascha.

"Ah... Ayo kita pergi! Nyonya Chloe tidak mau menunggu kita!" ajak Dewa yang mulai mengalihkan perhatiannya.

Sascha menganggukan kepalanya dan tersenyum. Dewa segera menggandeng tangan Sascha keluar dari kamar hotel. Di tempat lain Jake yang sedang mengotak-atik laptopnya tak sengaja mendapat email dari seseorang. Jake mengerutkan keningnya dan membuka email itu dan mulai melihat CV yang dikirimkan dari orang yang tidak dikenalnya.

Saat membaca CV tersebut mata Jake membulat sempurna dan hampir saja keluar dari tempatnya. Jake menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.

Beberapa saat kemudian datang Bima dan Timothy. Mereka menghempaskan bokongnya di sofa secara serempak. Mereka tidak sengaja memandang wajah Jake yang kebingungan itu. Mereka menatap wajah Jake secara serempak dan Bima pun bertanya, "Ada apa? Sepertinya kamu malam ini kurang sehat?"

"Ah.... Enggak aku baik-baik saja. Kamu tahu aku sungguh terkejut malam ini," jawab Jake.

"Lalu?" tanya Timothy.

"Calon istrinya Dewa ingin masuk ke dunia bawah tanah. Dan kamu tahu aku bingung menerimanya," jawab Jake.

"Lebih baik kamu bicarakan ini kepada Dewa bagaimana baiknya. Kamu tahu perlakuan Billi terhadap Sascha? Sepertinya Sascha akan menjadi wanita tangguh," celetuk Timothy.

"Kamu benar," ucap Timothy.

Sesampainya di restoran yang dituju. Sascha merasakan jantungnya berdetak kencang dengan ditambah darahnya berdesir. Sascha sudah tidak kuat lagi menahan kakinya yang tidak memiliki tulang. Matanya memerah dan memeluk Dewa sambil berkata, "Sepertinya aku tidak bisa menemui Nyonya Chloe."

"Tell me why?" tanya Dewa.

"Aku merasakan ada sesuatu di dalam hatiku," jawab Sascha.

"Kamu tahu perasaan itu apa? Jika kamu tahu dan paham dengan perasaan itu. Kamu sudah menemukan orang tuamu. Semakin lama aku merasakan kalau kamu memiliki otak dan kemampuan di atas rata-rata seperti Tuan Gerre. Cara bicaramu, cara tatapanmu yang sangat tajam bagaikan pedang yang menghunus jantung sang lawan," ucap Dewa dalam hati.

Sebenarnya Sascha siapa sih? Ada apa dengan Sascha yang detik ini masih bingung dengan Gerre. Lalu Gerre menghubungi Sascha untuk mengajaknya bertemu Chloe. Seumur-umur Sascha mengakui kalau dirinya adalah putri dari pasangan Andika dan Nirmala. Namun pagi tadi Sascha bingung karena bertemu dengan Gerre. Setiap menatap wajah Gerre dirinya seakan melihat wajahnya di cermin.

"Aku ini siapa sih kak? Jujur saja aku bingung. Aku memang karyawan kamu. Sahabat dekat kamu. Kok aku tiba-tiba saja aku diklaim anak orang. Aku jadi bingung. Aku kan anaknya Pak Andika dan ibu Nirmala. Lalu kenapa tiba-tiba saja Tuan Gerre mengklaimku menjadi anaknya," rutuk Sascha dengan kesal.

"Sebaiknya kita masih ke dalam. Nanti kita bicarakan ini dengan baik-baik," jawab Sascha.

"Baiklah," balas Sascha.

Mereka akhirnya masuk ke dalam namun sebelum melangkah lebih jauh, mereka dicegat oleh para pengawal. Kemudian mereka mengantarkan Sascha dan Dewa ke ruangan VVIP. Sesampainya di sana Dewa membuka pintu lalu masuk sambil menggandeng tangan Sascha. Kemudian Dewa mengajak Sascha masuk ke dalam sambil melihat Chloe. Yang menurut Sascha sendiri Chloe adalah wanita yang glamor dan arogan.

"Apakah kamu masih takut?" tanya Dewa sambil berbisik.

"Tidak. Aku tidak takut," jawab Sascha sambil berbohong.

"Kalau begitu dekati mereka. Berikan salam kepada mereka," suruh Dewa.

Sascha menganggukan kepalanya dan mendekati mereka. Sementara Chloe sangat terkejut sekali kalau Sascha sangat mirip dengan Gerre. Airmatanya menetes dan merentangkan kedua tangannya berharap untuk dipeluk.

Entah ada dorongan apa yang membuat Sascha memeluk Chloe. Yang jelas hatinya yang menuntunnya untuk melakukan itu semua. Saat memeluk Chloe, Sascha sangat nyaman berada di dalam dekapan Chloe. Seumur-umur Bu Nirmala tidak pernah memeluknya. Namun dibalik itu semuanya Ibu Nirmala sangat menyayanginya.

Sascha mendongakkan kepalanya sambil melihat Chloe. Sascha tidak pernah menyangka kalau dirinya akan bertemu dengan orang nomor satu di dunia bisnis. Bahkan Chloe sendiri adalah seorang artis. Tak sengaja tangan Chloe memegang rambut Sascha dengan lembut sambil memperhatikan warna bola matanya. Chloe terkejut karena warna bola mata Sascha berwarna abu-abu.

"Apakah kamu memakai lensa mata?" tanya Chloe.

"Tidak. Aku tidak pernah memakai lensa. Kata ibu memang warna mataku berbeda," jawab Sascha.

"Kamu tahu warna mata itu memang dimiliki oleh orang Eropa. Kamu bukan orang asli sini," jelas Chloe.

"Apakah itu benar? Ah... Rasanya itu tidak mungkin," jawab Sascha.

"Sa... Bisakah kamu besok ikut aku ke rumah sakit?" tanya Gerre.

"Ada apa tuan?" tanya Sascha.

"Aku ingin kita melakukan tes DNA," jawab Gerre.

"Kenapa kita harus melakukan tes DNA?" tanya Sascha.

"Aku ingin tahu kamu anak siapa?" jawab Gerre yang bertanya.

"Aku putri dari bapak Andika dan ibu Nirmala," ucap Sascha dengan datar.

"Jika kamu bukan putri mereka?" tanya Gerre.

Suasana di ruangan VVIP yang hangat berubah dingin. Sascha bingung apa yang ditanyakan oleh Gerre. Jika Sascha bukan anak kandung Ibu Nirmala dan Pak Andika lalu siapa orang tua Sascha?

"Aku rasa itu tidak benar," jawab Sascha. "Aku yakin sekali itu."

Ceklek.

Pintu terbuka.

Tak lama Devan dan Tara masuk. Suasana yang dingin berubah menjadi hangat. Lalu Sascha terdiam dan berubah menjadi patung. Melihat Sascha menjadi patung, Tara mendekati Sascha sambil bertanya, "Kamu kenapa?"