Digo Melviano, seorang CEO tampan yang merasakan pertentangan dihidupnya.
Disatu sisi ia memiliki istri yang nyaris sempurna. Namun itu saja tidak cukup, orang tua Digo selalu mendesak mereka agar cepat memiliki momongan sebagai penerus tahta keluarga Melviano. Namun Kiara, istri Digo nampaknya acuh terhadap keinginan itu.
Hingga datanglah seorang wanita cantik dihidup Digo, yang membuat pria itu merasa tertarik padanya.
Digo meminta Renata Anastasya untuk menjadi istri keduanya, dan memiliki keturunan dari rahimnya.
Renata adalah artis sebuah majalah dewasa yang saat itu tengah menjalani kerja sama dengan perusahaan Melviano group.
Renata memiliki pemikiran yang cukup terbuka, hingga membuatnya berani mengambil keputusan untuk menjadi istri kedua Digo.
.. Happy Reading ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia_Ava02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Ulah Renata
Saat Renata masuk, Digo sudah berada di depannya sambil menyilangkan kedua tangannya sambil menatap wajah Renata.
Renata membuang tatapannya ke sembarang arah, dan tidak ingin langsung menatap bola mata Digo karena masih dalam mode marah.
"Jadi, kamu sengaja melakukannya tadi?" tanya Digo dengan suara yang masih terdengar santai.
"Ap-apa maksudmu?" tanya Renata pura-pura tidak tau.
Digo segera menurunkan tangannya dan meraih pinggang Renata dan menekannya lebih dekat dan intens.
"Kamu tau bukan? Aku paling tidak suka jika kamu berpose nakal seperti tadi didepan orang lain. Aku melihat mata Bagas begitu lancang menatap tubuhmu." ucap Digo.
"Lalu? Aku juga tidak suka kamu abaikan." timpal Renata.
"Sayang, aku tidak bermaksud untuk mengabaikan mu, percayalah. Aku hanya sedikit butuh waktu lebih banyak untuk meyakinkan orang tuaku." ucap Digo.
karena itulah yang memang ia lakukan, namun tetap saja sampai saat ini mereka belum juga mendapatkan restu.
"Lalu apa aku tidak membutuhkan mu? Jangan mempermainkanku Digo!" tegas Renata.
"Sungguh aku tidak pernah berfikir untuk mempermainkanmu Ren, aku sangat serius dengan hubungan kita. Kamu harus percaya itu." bujuk Digo.
Digo melepaskan pinggang Renata dan meraih kedua tangannya.
"Berikan aku waktu lebih Ren, aku berjanji akan memperjuangkan hubungan kita." ucap Digo.
Renata tidak bisa berbohong, ia selalu berhasil luluh dengan tatapan mata Digo padanya, hingga membuat Renata mengangguk setuju.
Digo langsung tersenyum dan memeluk tubuh Renata.
"Katakan, apa kamu tidak mau mengajakku untuk tidur di apartemenmu malam ini?" tanya Digo mencoba menggoda Renata untuk mencairkan suasana.
Renata menggeleng setelah melepas pelukannya. "Tidak!." ucap Renata sambil mengerutkan bibirnya.
Digo mengerutkan alisnya. "Kenapa? Bukankah kamu yang biasanya ingin aku untuk menginap disana?" tanyanya lalu.
"Kali ini tidak mas." jawabnya masih dalam mode ketus.
"Baiklah kalau begitu, aku yang ingin untuk menginap di apartemenmu. Aku akan datang nanti malam." ucap Digo mesra.
"Itu terlalu lama, bahkan aku sudah menunggumu untuk beberapa hari. Dan apa sekarang aku harus menunggu lagi?" protes Renata.
"Jadi bagaimana? Apa yang kamu inginkan?" tanya Digo.
"Aku ingin sekarang!" tuntut Renata.
"Astaga, apa harus secepat itu?" tanya Digo.
"Ya!" jawab Renata tegas. Mereka berdua pun sama-sama terkekeh.
Setelah beberapa hari terakhir tidak bertemu, mereka berdua kini saling melepaskan rindu sejak diruangan itu.
......................
Sementara diruangannya, Dafina tampak sangat kesal dan menerkutuki kesalahan Jovan. Menurut Dafina Jovan saatlah tidak sopan, ia sengaja memanfaatkan kesempatan yang ada untuk memegang tubuhnya.
"Tidak di sangka, pria seperti dia sangat licik!" umpat Dafina.
"Wajahnya saja sok dingin, tapi otaknya mesum juga!" lanjutnya yang masih tidak terima.
"Hiih! Kenapa harus dia yang memegangnya. Kenapa tidak tuan Digo saja sih." lanjut Dafina sambil mengibaskan baju dibagian dadanya seolah membuang bekas tangan Jovan.
Sungguh, masih amat terasa remasannya itu. Dafina tidak bisa melupakannya, apa lagi ada orang lain yang sangat jelas melihat mereka berdua. Dafina takut ini akan menjadi gosip yang sangat ramai dikantor. Ia bahkan tidak berani untuk keluar dari ruangannya bahkan saat istirahat siang sekalipun.
Dafina masih mengamati ruangan Digo dari balik kaca ruangannya sendiri. Sudah cukup lama, tapi Renata belum juga keluar. hal ini tentunya membuat Dafina merasa semakin kesal saja.
"Apa sih yang sedang dibicarakan mereka! Kok lama banget." umpat Dafina sambil melipat kedua tangannya.
Dafina mencoba kembali ke depan mejanya untuk mengerjakan pekerjaannya. Tapi tetap saja, pikiran dan matanya tidak bisa tenang dan terus mencuri pandang ke arah pintu ruangan Digo.
"Ini semua gara-gara asisten sialan itu! Harusnya aku bisa sedikit mendengar percakapan mereka." kesal Dafina.
......................
Di dalam ruangan, kini Digo dan Renata sama-sama melakukan pelepasan dengan cepat. Ia tidak mau orang-orang sampai curiga jika mereka terlalu lama bermain.
"Akh! Eumph! Sayanggh.." Renata menggoyangkan pinggulnya lebih cepat, sementara Digo terus menyesap dada besar Renata dengan ganas.
"Mmh.. Akh.." Renata terus meracau karena hampir menuju puncak. Digo pun mulai membatu Renata agar lebih cepat, karena ia pun juga hampir sampai.
"Akh.. Akh! umph!" akhirnya mereka sama-sama melakukan pelepasan. Renata sambil memeluk Digo lemas akibat pelepasan yang baru saja mereka lakukan. Nafas mereka berdua pun masih sangat terengah-engah.
Digo segera membantu Renata untuk memakai pakaiannya lagi setelah beberapa menit.
"Kamu benar akan datang malam ini bukan?" tanya Renata.
"Tentu saja sayang.. Aku pasti akan datang. Memangnya kenapa?" tanya Digo.
Renata tersenyum. "tidak apa-apa, aku akan masak dan siapkan makan malam sepesial untuk kita malam ini." jawabnya.
Digo ikut tersenyum. "Baiklah, jika itu tidak merepotkanmu." ucap Digo.
"Tentu saja tidak, kamu harus mencicipi masakan terlezatku." ujar Renata.
Digo meraih pinggang Renata lebih erat. "Aku jadi tidak sabar ingin cepat malam hari. Aku ingin menghabiskan malamku bersamamu." ucapannya.
"Aku juga." jawab Renata.
Cup! Mereka saling berciuman sebentar.
"Aku harus pulang dulu, aku akan pergi ke supermarket untuk membeli bahan yang akan aku masak nanti." ucap Renata.
"Baiklah, hati-hati sayang." ucap Digo.
Renata pun merapikan baju dan rambutnya sekali lagi sebelum keluar dari ruangan Digo.
Dari ruangannya, Dafina tampak melebarkan tatapannya ketika melihat Renata keluar dari sana.
"Itu dia." Dafina langsung mendekatkan diri ke kaca ruangannya. Ia melihat wajah Renata yang tampak lemas dan lelah.
Dafina berfikir, pasti wajah Renata lesu karena sudah mendapatkan teguran dari Digo. Padahal Renata malah mendapatkan jatah enak-enak hari ini dari Digo.
"Lagi-lagi kamu membuat ulah Renata! Aku tidak tau, apakah waktumu masih cukup lama dikantor ini?" gumam Dafina sambil tersenyum miring.
Dafina segera kembali ke meja kerjanya dan melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda karena sibuk memikirkan Digo dan juga Renata.