Ayana Yunita, wanita berusia 32 tahun dan sudah menjadi janda sejak 3 tahun lalu. Dia terpaksa menikahi pria yang 5 tahun lebih muda darinya dan juga dipaksa merahasiakan pernikahan itu. Karena pria yang menjadi suaminya itu malu memiliki istri seorang janda dan sudah berumur.
Namun, pesona Ayana mampu menggetarkan hati Handi sejak awal pertama melihat Ayana. Handi juga sudah menyukai Ayana jauh sebelum Ayana menjanda. Dan setelah tahu Ayana menjada, Handi pun bertekad untuk mendapatkan hati Ayana. Dia bahkan menyediakan waktu 24/7 untuk Ayana.
Mampukah Ayana bertahan dengan suami rahasianya?
Atau, Ayana malah berpaling pada Handi yang begitu baik dan tulus menyukainya?
Saksikan kisahnya dalam serial novel :
((SEBENARNYA AKU ISTRI DIA))
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYesi.614, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 Bukan milikku.
Sore ini Farraz dan Elsa duduk dipinggir pantai Santolo sambil menunggu moment matahari tenggelam. Elsa menyadarkan kepalanya dibahu Farraz, dan tangan Farraz merangkul bahu Elsa dengan erat. Sesekali Farraz mengecup puncak kepala kekasihnya itu.
"Sayang, sebenarnya ada hal penting yang ingin aku katakan padamu." Ucapnya.
"Katakan saja, Raz. Aku siap mendengarkan." Jawabnya.
Sebentar Farraz mengubah posisi duduknya. Dia mengajak Elsa untuk duduk saling berhadapan. Digenggamnya erat kedua tangan Elsa, dan ditatapnya dalam dalam bola mata kebiruan milik Elsa.
"Aku akan mengatakan sejujurnya padamu tentang satu hal. Dan aku berharap, setelah mengetahui hal itu, kamu tidak berniat meninggalkan aku." Ujar Farraz.
Hati Elsa bergetar hebat saat mendengar kalimat itu dari Farraz. Rasanya, dia tidak akan sanggup mendengar kejujuran Farraz tentang hal yang sama sekali tidak bisa dibayangkannya sedikitpun.
"Katakan, Raz. Aku tidak mau berjanji untuk tidak meninggalkanmu. Tapi, aku janji akan mendengarkan kamu sebagai pendengar yang baik dan tidak akan menyela sedikitpun perkataanmu. Lalu, setelah aku mengetahui semuanya, baru aku akan memutuskan untuk tetap tinggal disisimu ataukah aku harus benar benar pergi." Ujarnya dengan mencoba terlihat tenang.
"Maafkan aku karena tiba tiba menghilang malam itu. Karena sebenarnya, malam itu Mama memasukkan obat tidur kedalam minumanku dan juga Ayana. Mama menjebakku, sayang." Ucapnya mulai bercerita.
Elsa masih diam, seperti janjinya untuk tidak menyela sedikitpun sebelum Farraz selesai bercerita. Meski sebenarnya hatinya mulai terasa perih dan sakit. Dia seakan sudah bisa menebak apa akhir dari cerita yang akan Farraz ceritakan padanya.
"Malam itu aku dan Ayana terbangun di kamarku. Ayana sudah tidak memakai jilbabnya, sementara aku juga sudah berantakan. Saat itu, aku memaki dan mengatai Ayana janda penggoda dan bersekongkol dengan mama untuk menjebakku. Dia tidak terima dengan tuduhan itu, dan malah membalikkan tuduhan itu padaku. Malam itu aku sangat membencinya dan rasanya aku ingin mengusirnya dari hidupku. Tapi, saat itu Mama dan papa datang..." Berhenti sejenak untuk menatap wajah Elsa yang terlihat sendu.
"Percayalah sayang. Malam itu tidak terjadi apapun antara aku dan Ayana. Kami hanya tertidur di tempat tidur yang sama di kamarku. Hanya itu. Aku bahkan tidak menyentuhnya meski hanya seujung kuku." Menjelaskan agar Elsa tidak menuduhnya.
"Mama dan papa memergoki kami seakan mereka tidak tahu menahu tentang itu. Dan tiba tiba mama memintaku untuk menikahi Ayana. Aku menolak keinginan mereka. Tapi, saat aku menatap pada Ayana, aku lihat dia sangat bingung dan ketakutan. Aku merasa kasihan padanya, sayang. Akhirnya aku menyetujui pernikahan itu."
Elsa masih tetap diam seperti tadi. Namun, hatinya terasa hancur berkeping keping. Tapi, dia berusaha untuk tetap terlihat tenang mendengarkan cerita Farraz.
"Percayalah, sayang. Pernikahan itu hanya karena terpaksa. Aku tidak menginginkan pernikahan itu. Dan aku juga sudah mengatakan pada Ayana bahwa aku hanya akan menikah denganmu."
"Kalian tinggal serumah?" Tanya Elsa penasaran.
Farraz mengangguk ragu. "Tapi kami tidak benar benar seperti suami kstri. Aku dan Ayana tidur di kamar terpisah. Dan pernikahan itu hanya diketahui oleh keluarga inti saja. Aku yang meminta agar pernikahan ini di rahasiakan."
"Kamu mencintai Ayana?" Tanya Elsa lagi.
"Tidak sama sekali, sayang. Aku hanya iba padanya." Ungkap Farraz memelas, berharap Elsa percaya padanya.
"Lucu ya. Aku kira, aku yang di selingkuhi. Ternyata akulah pelakornya." Ucap Elsa berat menahan rasa menggelitik dihatinya.
"Tidak, sayang. Aku yang salah. Aku mohon maafkan aku. Dan aku mohon percayalah, aku akan segera menikahimu." Mencoba meyakinkan Elsa.
Sebentar Elsa menghela napas yang membuatnya merasa sangat sesak dan gerah juga sakit.
"Nikahi aku dalam waktu dekat. Aku beri kamu waktu dua minggu. Jika kamu tidak juga menikahiku, maka aku akan pergi dari hidupmu, Raz." Ucap Elsa mengancam.
Farraz tersenyum lega mendengar ancaman dari kekasihnya itu. "Elsa, maukah kamu menjadi wanitaku selamanya. Mendampingi aku hingga menua bersama. Dan sudikah kamu menerimaku apa adanya dengan semua masa laluku yang tidak baik?"
Farraz mengucapkan itu sambil menatap serius kedua bola mata Elsa. Tangannya menggenggam erat kedua tangan Elsa.
"Apakah kamu yakin ingin hidup bersamaku?" Tanya Elsa.
"Aku yakin. Dan aku memang hanya ingin menikahi kamu, sayangku." Mengeluarkan kotak merah kecil berbentuk hati.
Diulurkannya kotak kecil itu pada Elsa. "Pakailah cincin ini jika benar kamu siap hidup denganku?"
"Bagaimana dengan mbak Ayana?" Tanya Elsa sebelum menjawab lamaran Farraz.
"Aku sudah memberitahu Ayana tentang kita dan juga keinginanku untuk menikahimu. Dan Ayana bilang, dia akan mengurus semuanya agar tidak ada lagi yang bisa menghalangi kita untuk segera menikah." Ucap Farraz menjelaskan.
"Benarkah?" Tanya Elsa merasa kurang yakin dengan penjelasan Farraz.
"Benar, sayang. Kamu bisa langsung bertanya pada Ayana tentang itu."
Dia menatap penuh cinta pada kekasihnya itu. Dia berharap, Elsa percaya padanya dan bersedia menerima lamarannya.
"Baiklah."
Elsa tersenyum bahagia sambil mengulurkan jari manisnya pada Farraz. Dan dengan senang hati, tanpa menunggu lama, Farraz langsung memasangkan cincin itu dijari manis Elsa.
"I love you, Raz." Ucap Elsa dengan mata berkaca kaca.
Farraz menarik tubuh Elsa masuk dalam pelukannya. Dia juga memberikan kecupan manis di bibir Elsa.
Kebahagiaan dua insan itu disaksikan oleh angin pantai, ombak dan juga sinar matahari yang semakin menghilang di ufuk barat.
...🍀🍀🍀...
Usai sholat Magrib, Ayana langsung memakai kembali jilbabnya dengan rapi. Dia akan segera melakukan pekerjaan pertamanya malam ini di Singapur. Dia akan bertemu langsung dengan klien yang mempercayakan proyek ini pada Farezz Crupt untuk mengerjakannya.
Driiitttt…
Ada panggilan masuk untuk Ayana.
"Pasti Handi." Tebaknya sambil meraih handphone diatas kasur.
Matanya menatap lekat layar ponselnya. Disana tertera nama Farraz. Dengan malas Ayana terpaksa harus menjawab panggilan itu.
"Assalamualaikum." Ucap Ayana malas.
"Aku hanya ingin memberitahumu, bahwa aku sudah melamar Elsa dan dia menerima lamaranku. Aku juga sudah mengatakan sejujurnya tentang kita pada Elsa. Dia tidak keberatan sama sekali. Tapi, seperti yang pernah aku katakan, dia tidak mau berpoligami. Jadi, aku harap kamu segera menyelesaikan tugasmu secepat mungkin. Kami akan menikah dua minggu lagi." Tutur Farraz menceritakan panjang lebar.
"Setidaknya jawab dulu salam saya, tuan Farraz Ehsan. Tapi tidak apa. Saya paham betapa bahagianya anda karena akan segera menikahi wanita yang sangat anda cintai." Ucap Ayana kesal, tapi tetap terdengar tenang.
"Saat ini saya sedang bekerja di Luar Negeri demi mengharumkan nama perusahaan. Tapi, jika anda ingin saya segera pulang ke Jakarta untuk menyelesaikan urusan perceraian kita, maka saya akan sangat berterimakasih, tuan Farraz Ehsan." Tegasnya.
"Apa kamu marah padaku?" Tanya Farraz.
"Hhaahhaa… Anda pikir saya siapa untuk bisa marah pada anda tuan Farraz. Saya hanya mengingatkan, bahwa saya sedang punya banyak pekerjaan berkat kebaikan hati anda. Tapi, jika anda ingin saya kembali dan mengurus hal yang lebih penting dari pada proyek ini, maka saya akan lebih berterimakasih lagi pada anda." Jawab Ayana sambil tersenyum dan tertawa geli dengan perlakuan Farraz padanya.
"Baiklah, kerjakan saja dulu proyek itu. Aku akan menjelaskan pada Elsa, agar dia bisa bersabar menunggu sampai kamu kembali ke Jakarta." Ucapnya.
"Yana!" Teriak Handi dari luar kamar.
Suara Handi terdengar jelas oleh Farraz. Dan Ayana tahu itu, sehingga dia mencoba membalas dendam atas perlakuan Farraz padanya.
"Iya, Han. Tunggu bentar. Aku lagi dandan." Teriaknya sengaja mendekatkan mulutnya kelayar handphone agar terdengar oleh Farraz.
"Tidak perlu berdandan, kamu sudah cantik dan selalu cantik dimataku, Yana." Ujar Handi dari balik pintu kamar Ayana yang masih tertutup.
Sementara, Ayana segaja mendekat ke pintu itu agar bisa memperdengarkan suara Handi pada Farraz.
"Tuan Farraz, sepertinya saya sudah ditunggu. Jadi saya harus segera pergi. Bye." Langsung mengakhiri pembicaraan itu.
Lalu, Ayana segera bergegas menemui Handi. Dengan keadaan hati yang terasa tidak menentu, lagi dan lagi Ayana tetap tersenyum untuk menyembunyikan semua masalah hatinya dari Handi dan Klien.
Malam itu pertemuan dengan Klien berjalan dengan baik sesuai rencana. Dan mereka juga sangat menyukai cara Ayana mengutarakan idenya untuk proyek ini dan juga cara kerja Handi yang terlihat sangat tenang dan pasti.
"Thank you Ms. Ayana, thank you Mr.Handi. See you tomorrow." Ucap Klien saat meeting berakhir.
Ayana dan Handi tersenyum dan mengangguk senang menanggapi ucapan klien mereka. Lalu, mereka juga melambaikan tangan mengiringi keberangkatan klien menggunakan mobil mewahnya.
"Yana, kita berhasil ditahap awal. Semangat untuk tahap berikutnya." Ucap Handi merasa senang.
"Semanggaaaatttt!" Teriak Ayana sambil tersenyum.
Handi pun ikut berteriak bersamanya. Mereka bahkan tidak peduli dengan orang orang yang menatap heran pada mereka.
'Tenanglah wahai hati. Farraz bukan milikmu. Biarkan dia pergi dengan kekasihnya.' Pikir Ayana denga bibir yang tidak berhenti menampilkan senyum manisnya.
tarik nafas...
sidijah: kabuuuuurrrrrr
pdhal knyataan gak sperti itu thoorrr😭😭😭😭😭
Ganteng itu bonus,yg penting hati,sifat & sikapnya...
Sprti aq memilih suamiku🤭
Alhamdulillah mski tdk bergelimang harta tp aq d hargai & d ratukan sbg seorg istri🤲
janda selalu terdepan
😁😁😁